Pangdam Kasuari Singgung Soal Darah dan Air Mata, Begini Katanya

Senin, 02 Agustus 2021 – 21:46 WIB
Pangdam XVIII/Kasuari Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa bersama Gubernur dan Kapolda meninjau dan bertatap muka dengan para pengungsi Moskona Bintuni, Senin (2/8/2021). ANTARA/HO-Kodam XVIII/Kasuari

jpnn.com, TELUK BINTUNI - Pangdam XVIII/Kasuari Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa menyebut soal darah dan air mata saat menjenguk sejumlah pengungsi bersama Gubernur dan Kapolda Papua Barat.

Para pengungsi tersebut sebelumnya terpaksa kabur meninggalkan kampung halaman, saat terjadi kontak senjata di Kampung Mayerga, Distrik Moskona Barat, Teluk Bintuni, Papua Barat.

BACA JUGA: 1 Puskesmas dan 3 Pustu Ditutup, Amran: Ibu-ibu Berdosa Pada Masyarakat

Pangdam XVIII/Kasuari Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa menjamin keamanan para pengungsi akibat kontak senjata antara kelompok Organisasi Papua Merdeka dan TNI-Polri pekan lalu.

"Kita tinggal di negeri sendiri, kita punya Tanah Air di sini karena negara, Pemerintah hadir untuk menjamin keamanan."

BACA JUGA: Demokrat Jateng Laporkan Wamendes ke Polisi, Penyebabnya Tudingan Biang Rusuh?

"Keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi di negara kita Indonesia. Saya selaku Pangdam bertanggung jawab atas keamanan terhadap saudara-saudara sekalian,” ujar Pangdam.

Pangdam Kasuari menyatakan sikap prihatin atas masalah keamanan yang berdampak adanya pengungsi warga dari Kampung Mayerga ke Bintuni.

BACA JUGA: Hasto Tuding Ada yang Lakukan Manuver Politik, Bicara Tanpa Melakukan Apa-apa

Dia mengatakan keselamatan adalah yang utama bagi masyarakat Indonesia, sehingga alasan tersebut yang mendasari TNI harus tampil segera untuk mengamankan masyarakat.

"Kita semua prihatin atas kejadian ini, apalagi saat ini dihadapkan pandemi COVID-19. Akibatnya masyarakat harus mengungsi hampir dua minggu dan terpencar," katanya.

Dia menegaskan, kejadian di Distrik Moskona Barat menjadi bukti bahwa masih ada yang tidak sejalan dengan NKRI.

Dia kemudian mengingatkan, Lodwick Mandacan sebagai kepala suku besar sudah mengikrarkan diri untuk bergabung dengan NKRI.

“Pengorbanan darah, air mata, tenaga, nyawa sudah habis-habisan dan sudah sepakat menjadi NKRI, hari ini kita sedang berjuang untuk anak cucu kita jangan sampai mereka tidak bisa sekolah, karena kita terus terombang-ambing dengan isu-isu Papua Merdeka, sudah hentikan,” ujar Pangdam.

Dia menyatakan, pada tataran provinsi, baik Pangdam, Gubernur dan Kalpoda telah bersepakat, bagaimana bersama-sama membangun SDM di Papua Barat.

"Mereka yang masih berteriak Papua Merdeka adalah mereka-mereka yang kalah bersaing, tidak mau bekerja keras dan hanya bisa merongrong negara," ucapnya lagi.

"Kita tidak bisa memilih tempat untuk kita dilahirkan. Kebetulan kita lahir di Papua. Jangan dijadikan konflik. Perbedaan harus ditutup, kita dukung pemerintah daerah," tuturnya.

Pada kesempatan tersebut, Pangdam juga menghadirkan empat orang prajurit Korps Wanita TNI Angkatan Darat (Kowad) yang merupakan asli warga Teluk Bintuni.

"Ini bukti, kita sedang membangun SDM Papua. Lewat Program Caba Otsus yang diinisiasi Gubernur, maka 1.000 prajurit Asli Orang Papua (OAP) akan kembali untuk membangun Tanah Papua, Pemerintah telah memberikan banyak kesempatan, peluang untuk kita berkarya," ujar dia.

Pada akhir acara, Pangdam mengajak agar menyudahi masalah perbedaan, saatnya fokus untuk membangun Papua Barat.

“Menciptakan kedamaian itu sulit. Diperlukan kerja keras dan toleransi, silaturahmi dengan sesama. Sekarang kita tinggal menyiapkan bagaimana anak kita untuk sukses dan bekerja,” katanya lagi.

Acara diakhiri dengan memberikan bingkisan sembako sekaligus melepas 115 warga yang mengungsi akan dikembalikan ke tempat tinggalnya di Kampung Mayerga, Distrik Moskona Barat, Kabupaten Teluk Bintuni.(Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler