jpnn.com, JAKARTA - Pergunjingan tentang panggilan "yang terhormat" untuk anggota DPR menjadi viral.
Anggota Pansus Angket KPK DPR RI Arteria Dahlan menjadi sorotan media karena pernyataannya saat mengingatkan pimpinan KPK yang tidak menyebut anggota DPR dengan panggilan "yang terhormat".
BACA JUGA: Masa Kerja Pansus untuk Selidiki KPK Bakal Diperpanjang
Namun, informasi yang disajikan tidak sepenuhnya utuh. Informasi yang sepotong-sepotong bahkan terkesan dipelintir membuat kesan sebagian anggota DPR gila hormat.
Padahal, kalau dicermati dengan baik, Arteria sejatinya hanya ingin mengingatkan para majelis rapat agar membangun peradaban yang baik.
BACA JUGA: DPR Ingin Indonesia Memiliki Kebijakan Satelit Nasional
Dia juga ingin menjaga forum rapat antara DPR dengan KPK penuh suasana respek, khidmat, dan tidak saling menjatuhkan antarlembaga negara.
Menurut Arteria, sangat tidak elok jika sesama lembaga negara yang seharusnya bersinergi malah justru sebaliknya.
BACA JUGA: Setjen dan BK DPR Gelar Parlemen Remaja
Karena itu, untuk menghindari kondisi tersebut, bisa dimulai dengan budaya saling menghormati.
Arteria menambahkan, esensi panggilan "yang terhormat" untuk mengingatkan para anggota DPR agar selalu menjaga kehormatan sebagai wakil rakyat.
"Panggilan yang terhormat tidak dimaksudkan sebagai saya gila hormat atau ingin dihormati. Namun, lebih mengingatkan kepada kami anggota DPR untuk berperilaku terhormat. Ini esensinya," ungkap Arteria, Rabu (13/9).
Menurut dia, saling menghormati di forum rapat antara lembaga negara berguna untuk membagun dialektika kebangsaan yang rukun dan harmonis.
Dia juga meminta media yang memberitakan peristiwa itu untuk menulis laporan yang objektif, fair, dan mengedukasi masyarakat.
Menurut Arteria, masih banyak wakil rakyat yang bekerja dengan baik.
"Perlu untuk diketahui bahwa pembicaraan saya dalam rapat tersebut sekitar 18 menit. Bahkan saya dengan tegas mengatakan bahwa saya siap mundur jika KPK dibekukan. Ini merupakan komitmen saya mendukung penguatan dan perbaikan KPK. Namun, sama sekali tidak menjadi bagian dalam pemberitaan," jelas Arteria.
Bahkan, saat rapat antara Komisi III dengan KPK pada Senin dan Selasa lalu, Arteria tidak melihat dialektika kebangsaan.
Menurut dia, ada dinding besar dan “bersekat", bukan sebagai balutan keluarga besar Indonesia.
"Saya cinta KPK. Saya cinta NKRI,” tegas Arteria. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Parlemen Berperan Dalam Pemberantasan Korupsi
Redaktur : Tim Redaksi