jpnn.com - jpnn.com - Tensi politik di Gorontalo jelang pemungutan suara pemilihan gubernur-wakil gubernur, semakin terasa panas.
Bahkan, dinamika di panggung politik terasa kasar. Fitnah, saling lapor ke aparat kepolisian, mengumbar aib, menyerang pribadi calon, tidak jarang menjadi materi utama dalam kampanye.
BACA JUGA: Diduga Sebarkan Gambar Syur, Adhan Dambea Dipolisikan
Kenyataan ini, menurut Direktur Lingkar Studi Ilmu Sosial dan Politik, Novalliansyah Abdussamad, sama sekali tidak ada manfaatnya.
"Suasana politik lokal dalam konteks Pilgub di Gorontalo, sangat memprihatinkan. Demokrasi dimaknai hanya sebatas memperoleh kekuasaan dengan menghalalkan segala cara," ungkap Novalliansyah, seperti diberitakan Radar Gorontalo (Jawa Pos Group).
BACA JUGA: Bawaslu Gorontalo Pastikan Pencalonan Rusli-Idrus Sah
Seharusnya, lanjutnya, masyarakat semakin dewasa.
“Mestinya di Pilgub di Gorontalo tahun 2017 ini, ada kemajuan berpikir bagi elit politik dan masyarakat Gorontalo bahwa pilgub adalah arena aktualisasi gagasan dan pemikiran pembangunan, bukan semata-mata adu kuat diantara calon dan mengabaikan isu-isu publik, yang terjadi adalah saling fitnah antar calon,” imbuhnya.
BACA JUGA: Timses Pastikan Tidak Ada Celah untuk Gugat Rusli-Idris
Lebih lanjut, menurutnya lagi, para calon harus lebih pintar dan elegan dalam mempengaruhi serta merebut suara masyarakat Gorontalo.
“Masyarakat seharusnya mendapatkan pendidikan politik yang baik dari para calon, masyarakat wajib direbut suaranya dengan visi-misi, solusi dan strategi pembangunan." tandasnya. (rg-28)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Survei: Rusli-Idris Berpeluang Besar Terpilih Lagi
Redaktur & Reporter : Soetomo