Pangkostrad, Anak Medan yang Nakal

Sabtu, 01 Oktober 2011 – 02:22 WIB
Pangkostrad Letjen TNI Azmyn Yusri Nasution (paling kanan) bersama Romo Broto di halaman Gereja Kathedral, Jumat (30/9). Foto: Soetomo Samsu/JPNN

GAYANYA khas militerTapi, begitu bicara soal kampung halaman, jenderal bintang tiga kelahiran Medan 1954 itu begitu rileks dan antusias

BACA JUGA: Hanafi Rais, Putra Amien Rais, setelah Kalah dalam Pilkada Jogja

Kenangan masa remaja masih begitu melekat di benak Letjen TNI Azmyn Yusri Nasution, yang kini menjadi Pangkostrad.

Soetomo Samsu-JPNN

Alumni SMA 2 Medan itu masih ingat betul, dulu suka main kebut-kebutan motor di kawasan bundaran dekat bandara Polonia, yang sekarang ada SPBU-nya.

"Dulu di situ penuh, kalau sore kebut-kebutan di situ," ujar mantan Aster Panglima TNI itu, saat ditemui sejumlah wartawan usai acara Kerja Bhakti Kostrad di Masjid Istiqlal dan Gereja Kathedral, Jakarta, Jumat (30/9).

Mantan Pangdam XVII/Cenderawasih itu tak memungkiri, di kala remaja dirinya nakal, seperti para remaja Medan pada umumnya
"Saya agak nakal

BACA JUGA: Zamrisyaf, Penemu Energi Listrik dari Gelombang Laut

Nakal boleh asal tak jahat
Nakal itu biasa, laki-laki," ujar alumni AKABRI 1977 itu.

Kampung halaman suami HS Hanum Siregar itu ada dua, yakni Medan dan Padangsidempuan

BACA JUGA: Tak Ada Lagi yang Menyebut Nama Syamsul Arifin

Ini lantaran ayahnya, Kol Infantri HM Nurdin Nasution, dari Medan mendapat tugas menjadi bupati Padangsidempuan, dari 1960-1975.  Sekolah TK di Medan, lantas SD di Padangsidempuan, mengikuti sang ayah.

Masa kanak-kanak di Padangsidempuan itu juga membentuk sifat karakter tentara yang tiga kali terjun di Operasi Seroja, Timtim, ituMeski dari keluarga muslim, AY Nasution kecil begitu baur dengan umat Kristen.

"Di samping rumah dinas bapak saya ada gereja, teman bermain saya juga banyak yang beda agamaSaya sering bermain di gereja, menarik loncengPagi jam enam datang ke gereja, menarik lonseng, sore datang lagi menarik tali lonceng lagi," kata bapak dua anak itu.

"Masa kecil itu mempengaruhi saya," imbuhnyaKemarin, dengan mengerahkan 1200 pasukan Kostrad, AY Nasution bersama Walikota Jakarta Pusat Dr.H.Saefullah, M.Pd, memimpin kerja bakti pembersihkan kawasan Masjid Istiqlal dan Gereja KathedralBahkan, dia ikut naik perahu karet bersama sejumlah pasukannya untuk membersihkan kali di seputar Istiqlal.

Saat di Gereja Kathedral, didampingi Romo Broto,  pria yang mengeyam pendidikan di sejumlah negara itu juga tak sungkan masuk gereja, mengagumi arsitektur bangunan gereja.

"Jangan ada pejabat dan tokoh-tokoh masyarakat di Sumut yang membuat pengkotak-kotakan berdasarkan suku dan agamaJangan dipilah-pilahkan, itu sangat tidak baik," pesannya saat ditanya kondisi Sumut saat ini.

Budaya Batak, katanya, juga sangat membentuk karakternya"Harus diingat, agama itu belakangan lahir, adat budaya duluan," katanya"Budaya, dalihan na toluItu yang membuat Sumut bertahan, tak terganggu oleh pengaruh upaya perpecahan dari luar," imbuh pria yang mengawali karir militer sebagai Danton 1/A Yon 521 DAM VIII/Brawijaya, itu.

Penugasan militer, yang selalu di operasi dan tak pernah di intelijen, membuatnya lebih bersifat terbuka dan selalu berpikiran positif.  "Berpikir positif, kreatif, dan optimisKalau di intelijen, harus curiga terus," ucapnya berseloroh.

Eh, kapan Panglima biasanya balik Medan? Dia cerita, lantaran di Sumut tak ada kesatuan Kostrad, maka tak ada alasan dinas ke MedanJadi, ke Medan jika ada acara keluarga atau undangan resmi dari kolega"Atau saat ziarahKuburan orang tua saya dan mertua saya, bertetangga, di Taman Makam Pahlawan di Medan," pungkasnya****

BACA ARTIKEL LAINNYA... Deradjat Ginandjar, Pengidap HIV/AIDS yang Berprestasi Internasional lewat Sepak Bola


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler