Zamrisyaf bukanlah sarjana, bukan pula ilmuwan ternamaNamun, imajinasi dan kreativitasnya mengantarnya menjadi penemu sebuah karya berharga: Pembangkit listrik dari tenaga gelombang laut
BACA JUGA: Tak Ada Lagi yang Menyebut Nama Syamsul Arifin
AHMAD BAIDHOWI, Jakarta
SIANG itu sebuah kapal meluncur dari Pelabuhan Teluk Bayur, Padang, Sumatera Barat, menuju Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta
BACA JUGA: Deradjat Ginandjar, Pengidap HIV/AIDS yang Berprestasi Internasional lewat Sepak Bola
Seorang pria bertanya-tanya dalam hati, untuk apa gerangan lonceng ituMalamnya, Samudera Hindia memamerkan keganasannya
BACA JUGA: Yosepa Hayat, Sosok yang Diduga Bomber di Solo
Gelombang besar menerjang, kapal pun terguncangSemakin kencang hantaman gelombang, bunyi dentang lonceng besar di dek kapal itu terdengar makin lantangItulah kisah tentang Zamrisyaf, karyawan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN)Pada awal 2000 itu dia melakukan perjalanan dinas dari Padang ke Jakarta
Setelah perjalanan itu, otaknya terus berpikir"Wah, jika energi gelombang itu bisa menggerakkan lonceng dengan begitu kuat, berarti energi gelombang itu juga bisa menggerakkan dinamo atau generator listrik," cerita Zamrisyaf, ditemui Jawa Pos di Kantor Penelitian dan Pengembangan (Litbang) PT PLN di Jakarta, Selasa pekan lalu (20/9)
Mengutak-atik peralatan listrik memang sudah menjadi hobinya sejak lamaLulus dari Sekolah Teknik Menengah (STM) Muhammadiyah Padang jurusan teknik elektro, Zamrisyaf muda mulai berpikir untuk menerangi desanya yang gelap gulita
Akhirnya, pada awal 1980, pria kelahiran Bukit Tinggi, 19 September 1958 itu mulai menemukan teknik pembangkit listrik tenaga mikrohidroDengan membuat kincir air dari kayu, dia memanfaatkan derasnya aliran air sungai untuk memutar kincir yang dihubungkan ke generator listrik
Hasilnya, kincir air itu berhasil mengalirkan listrik untuk 30-an rumah di desanya, Desa Sitalang, Lubuk Basung, Sumatera BaratKeberhasilan itu cepat tersiar dan ditiru puluhan desa lain di Sumatera BaratAtas jasanya itu, pada 1983 Zamrisyaf dianugerahi penghargaan Kalpataru oleh Presiden Soeharto
"Tapi, karena sulitnya mencari kerja, saat itu saya sebenarnya tengah merantau di Malaysia, sehingga penghargaan Kalpataru itu diterima oleh bapak saya," ujarnya
Setelah mendapat Kalpataru, dia diminta pulang oleh Azwar Anas, gubernur Sumatera Barat saat itu, untuk membantu pengembangan listrik di wilayah terpencil"Akhirnya, pada 16 Agustus 1983 saya mulai bekerja di PLN Sumatera Barat," ceritanya
Dia pun bertugas mencari sumber-sumber pembangkit listrik mikrohidro di wilayah Sumatera Barat, termasuk kepulauan-kepulauan kecil seperti MentawaiAkhirnya, pada 2000 itulah tercetus ide untuk menggunakan energi gelombang laut sebagai sumber pembangkit listrik
Namun, mempraktikkan ide itu rupanya tak semudah membalikkan telapak tanganKarena Zamrisyaf memang tidak mengenyam pendidikan tinggi atau kuliah di bidang energi laut, ide-idenya pun hanya dituangkan melalui serangkaian uji coba
Ide dasarnya adalah menggunakan ponton atau tongkang kecil yang di atasnya ada semacam bandul yang bergerak memutarLogikanya, ketika ponton miring atau bergerak karena empasan ombak, bandul akan memutar untuk mencari keseimbanganKarena empasan ombak datang terus-menerus, bandul akan terus bergerak memutar
Ketika poros dari bandul tersebut dihubungkan dengan dinamo, gerakan memutar itu akan diubah menjadi listrikKarena itulah, teknik itu dinamainya pembangkit listrik tenaga gelombang-sistem bandulan (PLTG-SB)"Idenya memang sederhanaTapi, praktiknya ternyata tidak semudah yang saya kira," ujarnya
Pada 2002 Zamrisyaf melakukan uji coba pertamaSaat itu dia merangkai enam drum menjadi pontonDi atasnya terdapat bandul, pelat becak, dan roda sepeda, namun belum dipasang dinamo
Peralatan itu diangkat beramai-ramai bersama tetangga di Perumahan Mega Permai Muaro Panjalinan, Padang, untuk diapungkan di pantai dekat rumahnyaNamun, hasilnya belum memuaskanMeski demikian, teorinya terbukti benarBandul bisa bergerak memutar, meski masih perlahan
Setelah itu serangkaian uji coba pun dilakukanKarena saat itu belum ada yang bersedia mendanai, Zamrisyaf harus merogoh kocek sendiriTak kurang dari Rp 40 juta dia keluarkan untuk membiayai percobaan-percobaannya
Barulah pada 2007, uji cobanya dibantu PLN Sumatera BaratPada uji coba di Pantai Ulak Karang, Padang, tersebut, peralatan sudah dipasangi dinamo"Lampunya bisa menyala, kadang terang, kadang redupTapi, intinya sudah terbukti bahwa energi gelombang laut bisa diubah menjadi energi listrik," ucap pria yang oleh teman-temannya dijuluki "Pendekar Listrik Gelombang Laut" tersebut
Untuk mengembangkan temuannya itu, pada 2009 Zamrisyaf dipindahtugaskan dari kantornya di PLN Sumatera Barat ke Divisi Penelitian dan Pengembangan (Litbang) PLN Pusat di JakartaDemi temuannya, Zamrisyaf juga harus rela tinggal di kos-kosan di Jakarta, berpisah dengan istri dan tiga anaknya yang tinggal di Padang
Di Litbang inilah temuannya terus dikembangkan, hingga akhirnya Zamrisyaf bertemu Profesor Mukhtasor, ahli teknik kelautan asal Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya"Selama ini, temuan saya hanya berdasar uji cobaJadi, kalau ditanya, berapakah besar ponton yang ideal, berapa panjang lengan, berapa berat bandulnya, saya tidak tahu rumusnyaTapi, setelah bekerja sama dengan ITS, kini hitungannya sudah ketemu," jelasnya
Berdasar kalkulasi ITS, model ponton terbaik bukanlah yang mengambang, melainkan ponton berbentuk seperti delima yang sebagian terendam dalam airUntuk ponton dengan panjang lengan 2 meter, bandulnya seberat 10 kilogramDengan asumsi tinggi gelombang sekitar 0,5 - 1,5 meter, akan dihasilkan putaran 200,6 per menit (rpm) dan daya 25,20 kilowatt (kW)
Menurut Zamrisyaf, dalam ilmu perkapalan, para ilmuwan mencari cara agar kapal tetap stabil, tidak bergoyang terlalu kencang ketika terempas ombak"Nah, untuk pembangkit listrik sistem bandulan ini, rumusnya dibalikJadi, dicari cara agar ponton bisa bergoyang lebih kencang ketika terkena ombak," terangnya
Dengan skema hasil perhitungan ITS tersebut, lanjut dia, selain memberi tenaga putaran optimal, generator juga terlindung di dalam pontonDengan demikian, generator tidak terkena air laut yang bisa menyebabkan korosi
Operasionalnya pun cukup sederhanaDalam satu ponton dipasang empat lengan beserta bandulnyaJika satu bandul menghasilkan 25 kW, satu ponton bisa menghasilkan 100 kWNanti, 50 ponton bisa dirangkai, sehingga total menghasilkan daya 5.000 kW atau 5 megawatt (MW)Dengan asumsi kebutuhan satu rumah 1.000 watt, rangkaian ponton tersebut bisa melistriki sekitar 5 ribu rumah
Zamrisyaf mengatakan, rangkaian ponton itu dipasang sekitar 500 meter dari bibir pantai dan diberi jangkar agar tetap berada di posisinya"Sistem ini sangat layak untuk melistriki kepulauan-kepulauan kecil di Indonesia," ujarnya
Dimintai komentar terkait dengan temuan Zamrisyaf, Profesor Mukhtasor mengatakan sangat mengapresiasi"Temuannya itu unik dan berdasar kalkulasi kami, bisa diterapkan di lapangan," kata anggota Dewan Energi Nasional (DEN) yang juga ketua Asosiasi Energi Laut Indonesia (Aseli) tersebut
Menurut dia, sistem pembangkit listrik tenaga gelombang laut dengan sistem bandulan (PLTG-SB) potensial dikembangkan di wilayah IndonesiaBerdasar kajian ITS, pembangkit ini cocok ditempatkan di garis pantai yang berhadapan dengan laut lepas"Kami sudah mengidentifikasi, di wilayah yang tidak mengganggu jalur lalu lintas laut, potensinya bisa mencapai 6 ribu megawatt (MW)Ini luar biasa besar," sebutnya.
Untuk itu, ITS bersama Zamrisyaf akan menggandeng Kementerian Riset dan Teknologi untuk melakukan uji coba lebih lanjut"Target kami, 2012 nanti mulai uji coba lapanganJika ada hal yang kurang, segera diperbaiki, dan jika hasilnya bagus, bisa langsung dijalankan," kata Mukhtasor
Zamrisyaf pun berharap PLN dan Kemenristek bisa membantu uji coba lanjutan agar ide tersebut bisa segera menghasilkan karya nyata"Saya lihat di situs YouTube, ilmuwan-ilmuwan di Amerika mulai mengembangkan sistem iniMudah-mudahan saja kita tidak kalah cepatSebab, teknologi ini sangat bagus untuk melistriki wilayah-wilayah terpencilSelain ramah lingkungan, bisa menghambat abrasi pantai akibat arus laut," ujarnya
Sebenarnya Zamrisyaf sudah mendaftarkan hak paten temuannya itu pada 2002Namun, karena lamanya proses pembuatan, hak paten itu baru keluar pada 2010 dengan nomor P.00200200854
Itulah kisah Zamrisyaf, lulusan STM yang kreatif dan sarat prestasiSelain Kalpataru pada 1983, dia pernah meraih penghargaan Perintis Lingkungan Hidup oleh Menteri Negara Sosial pada 1991, Tanda Kehormatan Satyalencana Pembangunan 2002 oleh Presiden, Dharma Karya Pertambangan dan Energi 2005 oleh Menteri ESDM, 100 Inovator Indonesia 2008 oleh Menteri Riset dan TeknologiYang terbaru, dia menjadi ikon program Inspirasi Indonesia di salah satu TV swasta(c2/kum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kesaksian Para Korban Bom Bunuh Diri yang Nyawanya Nyaris Terenggut
Redaktur : Tim Redaksi