Pantang Menyerah, Jualan Ikan Hias, Omzet Rp 50 Juta per Bulan

Sabtu, 17 September 2016 – 00:06 WIB
Hamzan Mulyadi menunjukkan ikan hias. Foto: Lombok Post/dok.JPNN.com

jpnn.com - JALAN menuju kesuksesan berbisnis tidak harus bermodal besar.  Hamzan Mulyadi membuktikannya. 

Dengan hanya berjualan ikan harga lima ribuan, ia bisa membeli tanah bernilai ratusan juta.

BACA JUGA: Kisah Hebat Dua Penyandang Disabilitas

WAHYU PRIHADI, Mataram

Badannya kurus, cenderung ceking.Tatapan matanya sayu. Seolah tak ada yang spesial dari sosok Hamzan Mulyadi, yang saat ditemui Lombok Post (Jawa Pos Group), hanya duduk di pojokan salah satu ruas jalan di Mataram, kemarin.

BACA JUGA: Tugas Ganda Prajurit TNI, Jaga Perbatasan dan Mengajar di Kelas

Membawa sejumlah akuarium mini, plus ember dan ikan yang sudah ada dalam plastik, tak sepatah katapun keluar dari mulutnya. Dia hanya terdiam di pinggir jalan. 

Namun tak lama, satu demi satu orang berdatangan. Mereka adalah pembeli setia ikan yang dijualnya. Ya, pria 30 tahun itu adalah penjual ikan hias.

BACA JUGA: Tradisi Unik, Warga di Desa Ini Dilarang Jual Beras

Jalan Majapahit dan Udayana adalah dua kawasan tempatnya biasa mangkal. Dengan gayanya yang sangat biasa, ia tak ubahnya PKL lain yang sedang mencari peruntungan. 

Harga ikannya pun sangat murah. Hanya dengan Rp 5.000 saja, sebuah ikan jenis maskoki sudah bisa diperoleh pembeli.

Namun siapa sangka, dengan ikan berharga murah itu, ia bisa meraup omset hingga Rp 50 juta per bulan. Itulah yang membuat dia berani mempekerjakan dua karyawannya. 

Dengan keuntungan bersih pada kisaran belasan juta, ia sebenarnya masuk kategori pengusaha muda yang sukses. 

Memulai berjualan ikan sejak 2008, ia kini bisa membeli sejumlah kendaraan roda dua dan empat.

Pria asli Yogyakarta itu juga sudah memiliki sejumlah aset tanah bernilai ratusan juta rupiah.

"Alhamdulillah, dari ikan yang sangat murah bisa hidup,” katanya terkekeh.

Baginya, ketekunan adalah kunci keberhasilan. Hanya berstatus lulusan SMA, Hamzan muda tak memiliki bekal apapun untuk memulai bisnis. 

Jangankan modal, pengetahuan juga sangat minim. Bahkan nihil.

Namun berbekal tekad dan kemauan, ia meneguhkan hati. Mengirim ikan dari Tulungagung.  Kala itu harus berhutang saat memulai bisnisnya.

Belajar otodidak, belajar dari kesalahan, belajar sambil langsung melakukannya adalah langkah yang dipilih. 

Hasilnya? Jelas tak langsung sukses. Pernah satu waktu semua ikan kiriman mati. Itu karena  hujan yang mengguyur sehingga membuat kandungan dalam air berubah. 

Rugi, sudah tak terhitung. Namun ia menolak menyerah. Dia sejak awal yakin, bisnis ikan yang tak banyak digeluti orang prospeknya cerah. Jatuh bangun sudah dirasakan. 

Mencari untung lebih, ia juga pernah mencoba langsung membudidayakan di Mataram. 

Namun iklim yang tak cocok, kandungan air yang juga tak pas, membuatnya rugi besar. 

Lagi-lagi itu bukan lantas membuatnya tutup buku dan menyerah. Ia terus bangkit setiap terjatuh. 

Dengan semangat yang berlipat, ia mengambil pelajaran untuk tak diulangi lagi. 

”Banyak kesialan dan cobaan, tapi saya pantang menyerah,” ujarnya memberikan tips.

Kini, dia makin mantap dengan bisnisnya. Siap mengembangkan sayap terus menancapkan kekuatan di pasar Mataram. Ia ingin semakin banyak omset yang diraih. (*/r5/sam/jpnn) 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dibedaki, Disisir, Direbahkan...Darah Segar Mengalir


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler