jpnn.com - Perkembangan baru di kawasan Terminal Bungurasih adalah semakin banyaknya panti pijat bermunculan. Bahkan, dari segi pemasaran, mereka cukup agresif. Tidak sekadar memasang papan nama, tapi juga memanfaatkan tukang ojek yang beroperasi di sana sebagai tenaga marketing.
---
BACA JUGA: Cuaca Ekstrem, Turis Diminta Waspada
"PIJAT, Mas, ayo murah dan enak. Cocok bagi Anda yang habis perjalanan jauh," kata pria yang mengaku bernama Udin, tukang ojek yang mangkal di dekat area pintu masuk Terminal Bungurasih, Jalan Letjen Sutoyo, saat menawarkan jasanya mengantar penumpang ke tempat pijat.
Mengandalkan motor keluaran awal 2000-an, pria berusia sekitar 40 tahun tersebut bersedia mengantar para lelaki yang bermaksud melepas lelah dan menjaga kebugaran ke beberapa tempat pijat yang memang tersebar di area itu.
BACA JUGA: Dorong Honorer jadi Peserta Jamsostek
Untuk sekali pengantaran, selain menerima uang dari penumpang yang menyewa jasanya, dia mendapat tip dari pemilik tempat pijat. Besarannya beragam. "Saya ndak pernah minta berapa. Biasanya ada yang ngasih Rp 5.000, tapi ada juga yang Rp 20.000," katanya saat ditemui di area pintu masuk Terminal Bungurasih.
Menurut Udin yang asli Sidoarjo tersebut, sudah setahun terakhir dirinya bekerja sebagai tukang ojek. Nah, untuk menawarkan jasa antar ke tempat pijat, baru enam bulan dia melakoninya. Awalnya berlangsung tidak sengaja.
BACA JUGA: Bongkar Ratusan Vila Liar di Puncak
Suatu malam, saat menunggu penumpang, seorang laki-laki yang baru turun dari bus memintanya untuk mengantar ke penginapan. Nah, saat di jalan itulah, sang penumpang yang memang baru datang kali pertama ke Surabaya tersebut menanyakan lokasi pijat. "Ya sudah saya antar saja. Toh, dekat dengan penginapannya," jelas dia.
Semula dia tidak menganggap hal itu sebagai peluang bisnis baru. Namun, ketika sedang menunggu penumpang kembali, ternyata perempuan yang memijat tamunya tempo hari itu menyapa Udin. "Katanya, mbok dibantu cari penumpang yang capek lagi untuk dipijit. Nanti saya dikasih uang. Ya sudah, sekarang saya tekuni. Hasilnya lumayan," ceritanya.
Dari sekadar menunggu, kini Udin mulai aktif bergerilya langsung menawarkan jasanya kepada setiap penumpang yang turun dari bus di pintu masuk terminal tersebut. Pastinya yang dia sapa dan tawari adalah penumpang laki-laki. "Saya sudah mulai paham ciri laki-laki yang suka pijat itu seperti apa," katanya lantas mengisap rokok kereteknya dalam-dalam.
Hanya pijat? Tentu tidak. Sebab, dia sudah menanyakan langsung kepada para pemijat yang sering didatanginya untuk mengantar penumpang tentang layanan yang mereka sediakan. "Jawabannya ya macam-macam. Saya pernah membuktikan, rasanya memang mantap," ujarnya berpromosi.
Dalam sehari, tidak tentu jumlah tamu yang bisa dia antar ke panti-panti pijat tersebut. Kadang bisa 10 orang, kadang tidak ada sama sekali. Kalau ramai, biasanya para pemijat itu bisa melayani di penginapan yang juga tersebar di sana. "Karena ada juga penumpang yang malas pijat di tempat mereka. Maunya dipanggil ke penginapan," ungkap ayah dua anak itu. Untuk pengantaran ke penginapan, biasanya dia mendapat tip dobel.
Kini tidak hanya Udin yang beroperasi seperti itu. Sebab, beberapa tukang ojek pun sering melakukan hal sama. Ketika Jawa Pos memintanya untuk mengantar ke panti pijat, Udin langsung menghidupkan sepeda motor berpelat W itu. "Mau yang mana, Mas? Muda atau setengah tua? Atau, Mas pasrah saja dengan saya. Saya anterin ke yang lumayan baik," tanya Udin penuh semangat sambil menarik gas motornya. (timjp/nw/mas)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menteri PU Perintahkan Lelang Jalan Tol Manado-Bitung
Redaktur : Tim Redaksi