jpnn.com, JAKARTA - Perjalanan mengarungi laut para Laskar Rempah dari 34 provinsi dalam rangka Muhibah Budaya Jalur Rempah (MBJR) akhirnya tiba di titik kelima Banda Neira, Maluku Tengah, Minggu (19/6).
Kedatangan para Laskar Rempah dengan KRI Dewaruci disambut langsung oleh Raja Banda Ely Basar Alimudin Latar.
BACA JUGA: Para Wakil Rektor Bertemu di Musyawarah Forwarek, Begini Harapan Kemendikbudristek
Muhibah Budaya Jalur Rempah merupakan program yang digagas Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk membangun kesadaran masyarakat tentang kekayaan rempah di Indonesia yang sudah ada sejak masa prakolonial.
Persebaran rempah nusantara sejak dulu menghubungkan peradaban baik di nusantara dan dunia.
BACA JUGA: Inilah Para Penerima Penghargaan Pengelola PIP Terbaik 2021, Selamat!
"Kemendikbudristek sedang menyusun nominasi Jalur Rempah sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO. Usulan ini akan disampaikan ke UNESCO pada 2024," kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid.
Dia menuturkan Muhibah Budaya ini diikuti pemuda terpilih dari 34 provinsi dan di setiap titik singgah melakukan interaksi dengan masyarakat.
BACA JUGA: Kemendikburistek: Pastikan Anak Kurang Mampu yang Dapat PIP
Rempah di Indonesia, lanjutnya, tidak sekadar keunikan flora, tetapi juga penghubung terciptanya peradaban kebudayaan di setiap daerah di Indonesia.
Lahir pertemuan antarbudaya di Indonesia disebabkan proses distribusi rempah dari satu daerah ke daerah lainnya sehingga bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang kaya dan besar.
"Bukan hanya oleh pedagang bangsa sendiri, tetapi juga dari bangsa lain. Rempah menjadi medium pertukaran budaya yang sepantasnya terus dibiasakan dan lestarikan,” ujar Hilmar.
Dia menegaskan kekayaan rempah nusantara bukan sekadar komoditas, tetapi berpengaruh besar dalam membangun peradaban nusantara.
Para pemuda peserta muhibah Jalur rempah diharapkan meneruskan pesan ini ke seluruh pemuda di Indonesia. Kesadaran mencintai dan merawat keberagaman di Indonesia diharapkan tumbuh dari program Muhibah Budaya yang diikuti 147 Laskar Rempah dan ribuan masyarakat di titik persinggahan.
Dalam momentum Muhibah Budaya Jalur Rempah ini, Kemendikbudristek mengundang dan memfasilitasi kunjungan Basaudara Wandan dipimpin Rajanya Bashar Alimuddin Latar yang telah tiba di Banda Naira pada 16 Juni 2022. Basudara Wandan adalah anak cucu keturunan Banda yang sekarang menetap di Kepulauan Kei yang disebut Banda Ely dan Banda Elat. Ketika itu mereka terusir dan selamat dari pembantaian VOC Tahun 1621, karena menolak usaha monopoli perdagangan pala dan fuli (rempah-rempah) di Kepulauan Banda.
“Ini adalah kunjungan bersejarah, untuk pertama kalinya warga Banda Ely menginjak tanah Banda setelah 400 tahun harus meninggalkan Banda karena menolak untuk dijajah,” jelas Hilmar.
Sementara itu, Raja Banda Ely Bashar Alimudin Latar mengungkapkan, Muhibah Budaya Jalur Rempah 2022 merupakan momentum tepat yang mempertemukan generasi asli Banda dengan tanah leluhurnya juga masyarakat Banda Kepulauan saat ini.
Raja Banda Ely menyampaikan kehadiran Laskar Rempah adalah untuk membangun silaturahmi.
“Hanya satu pesan yang kami sampaikan, jagalah negeri Banda untuk kepentingan Indonesia,” kata Raja Banda Ely. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Banyak Data Siswa yang Tidak Valid dan Jaringan Lelet, PPDB Luring Jadi PilihanÂ
Redaktur : Rah Mahatma Sakti
Reporter : Mesyia Muhammad