Eks Aktivis ‘98 Ajak Mahasiswa Aksi Bersama Melawan Jokowi

Minggu, 21 Januari 2024 – 21:59 WIB
Acara konsolidasi pro demokrasi yang bertema “Apa saja boleh beda musuh kita tetap sama pelanggar HAM, Politik dinasti & Neo Orba” di Grand Sahid Jaya Hotel, Sudirman, Jakarta, Minggu (21/1/2024). Foto: dok pribadi for JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Eks aktivis 98 Tendry Masengi mengajak para mahasiswa Indonesia untuk menggelar aksi bersama menurunkan rezim Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang menimbulkan persoalan-persoalan baru di masyarakat.

Para mantan aktivis 98, menurut dia, sudah geram melihat cara kepemimpinan Jokowi yang diketahui melahirkan kebijakan-kebijakan yang tak prorakyat.

BACA JUGA: Bertemu Aktivis Mahasiswa di Semarang, FIM: Pilpres 2024 Sekali Putaran untuk Indonesia Maju

Jokowi juga mengebiri demokrasi yang dibangun dengan memuluskan langkah putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres pendamping Prabowo Subianto.

“Apakah menerima pemilu sebagai jalan keluar dan pemberi harapan-harapan palsu atau tidak, bergantung di forum ini. Bergantung kepada komando adik- mahasiswa. Apakah kita marah atau kita hanya mengeluarkan amarah sebatas di ruangan ini atau kita mempraktikkan ke jalan yang ada di Jakarta atau kota kalian masing-masing,” kata Tendry.

BACA JUGA: Kemenkominfo Mengajak Mahasiswa Memanfaatkan Ruang Digital Jadi Produktif

Pernyataan tersebut diutarakan dalam acara konsolidasi pro demokrasi yang bertema “Apa saja boleh beda musuh kita tetap sama pelanggar HAM, Politik dinasti & Neo Orba di Grand Sahid Jaya Hotel, Sudirman, Jakarta, Minggu (21/1).

Tendry lalu mengutip pernyataan Julius Caesar. “Jika kalian harus melanggar hukum, pastikan kalian melawan kekuasaan yang korup. Jadi kalau hari ini kita turun ke jalan dan kita memilih resiko dipenjara, mati terluka itu karena kita sadar, kita sedang melawan kekuasaan yang korup,” katanya.

BACA JUGA: UT Buka Prodi S1 PAI & Magister PAUD, Targetkan 750 Ribu Mahasiswa

Dalam acara yang ikut dihadiri para mahasiswa dari sejumlah mahasiswa Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur dan Banten ini, Tendry menegaskan bahwa pemakzulan bagi aktivis dilakukan di jalan.

“Bagi aktivis pemakzulan itu tak ada di ruang konstitusi, tidak ada di MK, tidak ada di DPR. Pemakzulan oleh aktivis dilakukan di jalanan. Terserah kalian memilih jalan mana, di semanggi, gatsu terserah. Dan kita harus memberikan peringatan terakhir untuk kekuasaan zalim di negeri ini. Tidak boleh lagi ada presiden yang tidak dihukum di negeri ini ketika dia melakukan kejahatan,” tegasnya.

“Jadi kami menunggu undangan kalian kita aksi dimana. Saya terharu #kamimuak ketika kalian bergerak di 899 kampus, kami merasa terpanggil untuk bersama kalian. Kekuasan ini harus segera usai,” imbuh Tendry menegaskan. (dil/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler