Para Siswa yang Masih Teguh Menekuni Kegiatan-Kegiatan Pramuka

Tinggalkan Sekolah Selama Sebulan demi Ikut Pelantara

Selasa, 23 Desember 2014 – 01:51 WIB
PRAJA MUDA KARANA: M. Rachman Nur Faiz, Jodan Yogatama, dan Ony Arya Wibowo, para pelajar yang menyelami pramuka sejak SD. Foto: Dimas Alif/Jawa Pos

jpnn.com - MEREKA bukan tipikal remaja masa kini yang lebih memilih bersenang-senang pada waktu senggang. Para siswa itu memilih concern menekuni pramuka. Hati dan jiwa mereka ingin mengembalikan rasa nasionalisme bangsa.

Laporan Titik Andriyani, Surabaya

BACA JUGA: Melayani Waria meski Penuh Cibiran

BERDIRI pada ketinggian 20 meter pasti memacu adrenalin bila dilakukan di atas kapal perang di lautan terbuka. Apalagi momen itu tidak sejenak. Berlangsung sekitar 45 menit. Embusan angin dan kapal yang bergoyang lantaran diterjang ombak setinggi 2–3 meter terus menggoyahkan kaki peserta upacara di atas KRI Surabaya pada 17 Agustus lalu di lautan Banda Aceh.

Keder dalam hati. Tapi, rasa haru dan menggebu hadir dalam lubuk hati mereka saat menghormat pada sang Saka Merah Putih di garis khatulistiwa tersebut. Saat itu menjadi pengalaman yang tak akan pernah terlupakan bagi peserta upacara pada Hari Kemerdekaan 17 Agustus lalu. Upacara tersebut diadakan dalam rangkaian Pelayaran Lingkar Nusantara (Pelantara) pada 6 Agustus–7 September lalu.

BACA JUGA: Aktivitas Arifin Panigoro setelah Gagal Merevolusi Sepak Bola Indonesia

Adalah Ony Arya Wibowo, Jodan Yogatama, M. Rachman Nur Faiz, tiga siswa SMAN 20, yang menjadi bagian peserta upacara itu. ”Jika tak ikut pramuka, belum tentu kami mendapat pengalaman yang sangat berharga seperti itu,” kenang Ony Arya Wibowo, pengurus Dewan Pramuka SMAN 20.

Pelantara diadakan Kementerian Pertahanan dan Keamanan (Kemenhankam). Kegiatan pengenalan wawasan kebaharian tersebut diikuti 950 peserta dari seluruh Indonesia. SMAN 20 adalah satu-satunya sekolah negeri yang mewakili kegiatan itu di Jatim. Konsekuensinya, sekitar sebulan mereka harus meninggalkan sekolah.

BACA JUGA: Gubuk Hebat Tempat Kumpul Ortu Penderita Cerebral Palsy

Selama itu mereka melewati rute Surabaya–Jakarta–Makassar–Raja Ampat (Papua)–Ambon–Kupang–Bali–Jakarta–Surabaya. Puncak kegiatan mereka sejatinya saat di Raja Ampat. Di sana mereka mengikuti acara Sail Raja Ampat, lomba kapal pesiar, maupun lomba selancar. Pada saat itu, Raja Ampat dinobatkan sebagai puncak wisata dunia. Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) hadir dalam kegiatan tersebut. Wisatawan dari berbagai negara pun tumplek-bleg di Raja Ampat. Misalnya, dari Australia, Korea, Jepang, Selandia Baru, dan Tiongkok.

Yang mengesankan adalah ssat mereka mengikuti upacara pengibaran bendera di Pantai Waisai Torang Cinta bersama mantan Presiden SBY. Pantas mereka bangga. Pengalaman mereka sudah demikian jauh. Terlebih, sudah dua kali ini SMAN 20 terpilih untuk mengikuti Pelantara.

Bagaimana dengan pelajaran di sekolah? ”Sudah pasti ketinggalan. Tapi, alhamdulillah guru membantu. Kami juga menyalin catatan teman-teman,” ucap Jodan Yogatama. Ya pasti, ada yang dikorbankan. Namun, kata dia, itu impas dengan pengalaman berharga yang didapatkan.

***

Itu baru sekelumit cerita mereka menekuni pramuka. Jodan Yogatama mengatakan, tidak mudah memperkenalkan pramuka kepada teman-temannya. Jodan ikut pramuka sejak di SDN Tanah Kali Kedinding. Jiwa petualang dan akrab dengan alam ada dalam dirinya sejak masih bocah.

Namun, saat SMP tidak ada kegiatan pramuka di sekolahnya. Jodan pun kecewa. Karena itu, saat SMA dia memilih sekolah yang punya kegiatan pramuka. ”Saya merasa bahwa nasionalisme kita semakin terkikis dengan perubahan zaman. Nah, lewat pramuka, saya ingin menumbuhkan rasa itu dalam diri sendiri dulu,” ucap siswa kelas XI tersebut.

Lambat laun Jodan mengajak teman-temannya. Itu bukan perkara mudah. Beberapa teman mencibirnya. Ada yang menganggapnya tidak gaul atau ketinggalan zaman. Namun, Jodan pantang menyerah. Dia terus mempromosikan kegiatan pramuka. Tahun ini pramuka menjadi kegiatan wajib dalam implementasi Kurikulum 2013. Jodan pun bersorak lantaran semua siswa wajib ikut kegiatan tersebut.

Namun, ternyata itu tidak menjadi jaminan teman-temannya rutin ikut pramuka. ”Saat kegiatan berlangsung, ada yang ngacir sampai lompat pagar, menghilang,” beber siswa kelahiran 21 April 1996 itu sambil tersenyum.

Padahal, menurut dia, pramuka mengajarkan banyak hal. Misalnya, kedisiplinan, kerja keras, belajar survive, tahan banting, bermental kuat, dan memiliki rasa nasionalisme. ”Dan, yang pasti terhindar dari berbagai kenakalan remaja. Apalagi, jika sudah benar-benar tekun. Wis ta, gak bakalan punya waktu untuk mikirin macem-macem,” ungkap remaja yang hobi olahraga dan kuliner itu.

Ony Arya Wibowo boleh dibilang yang paling sarat pengalaman di antara mereka. Dia menceritakan, sejak kelas IV SD dirinya menyukai pramuka. Ony gemar bertualang. Gara-gara pramuka pula, dia mempunyai teman-teman seantero Indonesia. Kegiatan pramuka itu juga diikutinya secara konsekuen di SMP dan SMA.

Ony dikenal sebagai senior yang disiplin. Kedisiplinan itulah yang ingin ditularkan kepada anak-anak muda saat ini. Ony tidak hanya senior di sekolahnya. Dia juga membina pramuka di empat sekolah. Yakni, SDN Pacar Keling VI di Tambaksari, SMP Yapita di Keputih, MTs Muhajirin di kawasan Suramadu, dan SMP Al Uswah di Ngagel. Pada saat teman-teman seumurnya menghabiskan weekend dengan teman, pacar, maupun keluarga, Ony sibuk membina pramuka di sekolah-sekolah.

Bagaimana dengan kencan saat weekend? Dengan malu-malu, Ony mengungkapkan sedang tak mempunyai pacar saat ini. Ony sadar mempunyai tanggung jawab besar. Karena itu, kepentingan pribadinya untuk sementara ini disingkirkan. ’’Kasih bimbingan ke generasi muda, ini sangat penting,” ungkap siswa kelahiran 7 November 1997 itu. Menurut dia, anak muda zaman sekarang harus dilatih disiplin dan kerja keras. Mereka harus diajarkan prinsip-prinsip hidup.

Berbagai prestasi pun pernah dia raih. Antara lain, juara III tingkat Gerbang Kertasusila dalam Lomba Tunas Camp Competition. Selain itu, juara III lomba sandi-sandi morse dan lolos seleksi mengikuti Pelantara.

Sementara itu, M. Rachman Nur Faiz juga jatuh cinta pada pramuka sejak SD. ’’Saya menyukai hal-hal yang berbau tantangan,” ucapnya.

Di sekolah, dia dipercaya Wakasek Kesiswaan untuk menjadi pelajar pelopor pramuka. Faiz pun sering membimbing adik kelasnya. Terakhir, dia berhasil mengantarkan lima adik kelasnya mengikuti Raimuna tingkat Surabaya. Raimuna adalah pertemuan pramuka penegak dan pramuka pandega dalam bentuk perkemahan besar yang diselenggarakan Kwartir Gerakan Pramuka.

Selain itu, banyak kegiatan yang diadakan tiga siswa tersebut. Misalnya, mengadakan pengembaraan dengan jalan kaki dari SMAN 20 di Medokan Semampir (Rungkut, Surabaya Timur) ke Kenjeran (Surabaya Utara). Kelompok pramuka laki-laki SMAN 20 bernama Dewaruci, sedangkan kelompok perempuan diberi nama Drupadi. Butuh waktu sekitar tiga jam untuk menempuh perjalanan 15 kilometer itu.

Anggota yang kelelahan bisa berhenti di pos-pos yang disediakan panitia. Pihaknya juga menyediakan ambulansuntuk berjaga-jaga bila ada yang kelelahan atau bermasalah dengan kesehatan.

Faiz berharap para siswa tidak hanya ikut pramuka karena kewajiban. Tapi, juga bersungguh-sungguh dari hati. Sebab, banyak sekali manfaat yang didapat. Pramuka, menurut dia, menempa seseorang bermental kuat, bekerja keras, dan tidak mudah menyerah. (*/c7/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Budi Rahardjo, IT-Preneur di Balik Domain .id


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler