Parade Gizi Buruk di Sintang

Selasa, 07 April 2009 – 12:49 WIB
PENEMUAN tiga bayi dengan gizi buruk di Kabupaten Sintang sepekan ini seakan tergerus oleh hingar bingar kampanyeJika masalah ini tidak ditangani serius, akan menjadi ancaman untuk generasi muda mendatang.

GIZI buruk masih menghantui daerah ini

BACA JUGA: TNI-AL Jaring Kapal Pencuri Ikan Asal Malaysia

Sumber daya alam yang melimpah seakan tak cukup untuk memenuhi kehidupan
Kekurangan gizi membuat tiga anak di Kabupaten Sintang kondisinya sangat memprihatinkan

BACA JUGA: Pemprov DKI Perbaiki Waduk Pluit



Jefri Yadi, bocah berusia dua tahun dua bulan, kondisinya sudah memasuki stadium lima
Kulitnya mulai keriput dan tampak selaput putih pada kornea mata akibat kekurangan Vitamin A

BACA JUGA: Sekda Sumbar Lantik Pejabat Perwakilan di Jakarta

Ini bisa memicu kekurangan air mata dan berisiko terhadap kebutaan.

Sabtu (4/4) lalu Jefri Yadi asal Dusun Sebara, Desa Tanjung Sari, Kecamatan Ketungau Tengah, Kabupaten Sintang ini, bersama ayahnya, Inin, dirujuk ke Pusat Penatalaksanaan Gizi Buruk (PPGB), Dinas Kesehatan SintangPenemuan ini menambah daftar panjang pasien gizi buruk menjadi 13 orang pada tahun 2008

Sebelum ditemukannya Jefri, pada tanggal 27 Maret dan 2 April 2009, juga ditemukan anak dengan penyakit yang sama yakni Aji Karel dan Iga, masing masing warga Kayan Hulu dan Ketungau TengahDengan jumlah tersebut, dalam sepekan terakhir, tiga orang menderita gizi buruk akut harus mendapatkan perawatan intensif.

Ketika ditemuai, Jeffry yang memiliki berat badan 5,6 Kg kondisinya sangat mengenaskanKulitnya tampak keriput dengan tangan dan kaki yang tinggal tulang berbalut kulitDimatanya, tampak selaput putih yang membuat siapapun melihatnya menjadi ibaBahkan, ketika disambangi Jeffy langsung menangis
Inin ayah Jeffy mengatakan, ketika lahir kondisi anaknya normal seperti anak lainnyaNamun, menginjak tahun ke dua, kondisi kesehatan mulai bermasalah dengan mengalami sakit perut dan mencretBerhubung tempat tinggalnya jauh dari Puskesmas, ia memutuskan berobat dengan obat-obatan kampung untuk menyembuhnya“Sebelumnya kita pakai obat kampung dulu, karena untuk membawa ke kecamatan sangat jauhBahkan, untuk pergi ke Puskesmas Merakai dengan jarak kurang lebih 16 kilometer, ditempuh berjalan kaki selama empat jam,” kata Inin sambil memberi susu pada anaknya yang sedang digendong.

Walaupun demikian, dirinya tidak putus asa untuk tetap membawa anaknya berobat ke PuskesmasNamun pengobatan yang dilakukan tak kunjung membawa perubahan kearah yang lebih baik“Saya ke sini (PPGB, red), cuma dengan anak saya sajaIbunya baru habis melahirkan anak ketujuhJadi belum bisa pergi jauh untuk menemani saya,” jelas Inin.
 
Sebelum Jefri Yadi, kasus gizi buruk ditemukan pada Alji Karel berusia 22 bulan berasal dari Dusun Tanah Merah, Kecamatan Kayan HuluBocah munggil tersebut  mengalami gizi buruk stadium empatKini dirawap inap di Pusat Penatalaksanaan Gizi Buruk (PPGB) SintangAnak pasangan Jiana (21) dan Habel (26) ini seakan tak berdaya terhadap masalah yang dihadapi“Sudah berulang kali saya membawa anak kami ke rumah sakit, awalnya ke Puskemas di Nanga Tebidah Kayan Hulu,” cerita Jiana. 

Ia juga mengemukan apabila terserang pilek penyakit asmanya pun mulai kambuh“Sebelumnya kami tidak mengetahui kalau Alji menderita gizi burukSetelah mendapatkan pemeriksaan dokter baru diketahui,” tuturnya

Berat Badan Alji, dikatakan Jiana, sempat mencapai 7 kg 2 ons“Sekarang berat badannya  turun menjadi  6 kg 9 ons, dikarenakan susah makan nasi  paling-paling hanya 4 kali suap,” kata Jiana

Kekurangan gizi juga dialami Iga, bocah berusia 4 tahun 2 bulan asal Dusun Lubuk Nibung, Desa Surya Jaya, Ketungau TengahMenurut Juanti, ibu kandungnya, penyakit yang menimpa Iga tersebut telah terjadi sejak lahir
Bahkan, dia beserta suami mengupayakan berbagai cara untuk mengobati penyakit ituNamun belum satupun membuahkan hasil“Banyak cara telah kita lakukan untuk menyembuhkan anak kamiSeperti pengobatan kampung maupun cara medis ke PuskesmasTapi belum sembuh-sembuh juga,” ungkapnya. 

Kerena cukup jauh menjangkau Puskesmas Merakai, bersama dengan suaminya terpaksa jalan kaki untuk pergi berobatBerbekal surat rekomendasi dari Puskesmas itu, diputuskan membawa anaknya ke Sintang“Kita ini petaniDengan berbekal rekomendasi itulah kami memberanikan diri membawa anak pergi ke SintangTerlebih lagi, setelah berkali-kali di bawa ke Puskesmas, belum ada tanda-tanda akan sembuh,” ungkapya sedih

Koordinator PPGB Sintang, Adi Sulityanto S Si TM Kes dikonfirmasi diruang kerja mengatakan, pasien tersebut baru di bawa ke PPGB tanggal 1 April lalu dengan berat 3,5 kilogramSejak lahir Iga memang telah menderita gizi buruk“Setelah kita dioagnosa, Iga memiliki penyakit hati serta komplikasi penyakit lainnya yang sudah mencapai stadium empatUntuk penyembuhan pasien gizi buruk biasanya memerlukan waktu paling lama tiga bulanItupun bila pasien memiliki penyakit penyerta seperti kanker yang membahayakan,” pungkasnya.

Bagaimana dengan Jefri Yadi, dijelaskan Adi Sulityanto, Jeffy menderita gizi buruk parah mendekati satadium limaBila melihat berat dan tinggi badan yang mencapai 77 centimeter, sebelumnya anak tersebut memiliki gizi yang bagus
“Beratnya 5,6 kilogram dari 10,3 kilogram berat yang seharusnyaKondisinya sekarang, menderita gizi buruk berat yang disebut MarasmusTanda-tanda yang tampak berupa keriput pada kulit yang menyerupai orangtuaJeffy juga kekurangan Vitamin A, yang bisa memperkering air mataTandanya muncul selaput putih pada kornea mata,” jelasnya

Untuk penyembuhannya, lanjut Adi, akan dilakukan terapi dengan standar WHO“Kunci penyembuhannya adalah patuh pada peraturan dalam pelaksanaan terapiMaka kita menghimbau pada masyarakat agar tidak segan membawa anak yang menderita gizi buruk ke Puskesmas maupun ke PPGBSehingga, penyakit tersebut tidak makin parah,” pungkasnya.(far/zal)

BACA ARTIKEL LAINNYA... JK Kirim Pengacara untuk Rimba


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler