jpnn.com, JAKARTA - Partai Gelora Indonesia belum tentu menjadi ancaman bagi sejumlah partai yang selama ini berbasis suara umat Islam, seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Menurut pengamat politik Maksimus Ramses Lalongkoe, Partai Gelora belum menentukan sikap apakah akan berperan sebagai partai nasionalis atau partai berbasis umat Islam, meski pendirinya diketahui tokoh-tokoh politik kawakan yang telah membesarkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
BACA JUGA: 5 Hal yang Perlu Dilakukan Partai Gelora agar Tidak Layu Sebelum Berkembang
"Partai Gelora belum tentu partai berbasis agama, bisa jadi partai nasionalis meskipun sebagian besar penggawanya mantan pembesar PKS yang merupakan partai berbasis Islam. Sehingga Gelora bukan partai yang mengancam partai-partai itu," ujar Maksimus kepada JPNN.com, Jumat (8/11).
Dosen di Universitas Mercu Buana ini juga menyebut pendiri Partai Gelora masih harus bekerja keras untuk bisa membawa partainya diterima masyarakat pada Pemilu 2024. Tidak semudah membalik telapak tangan hanya bermodalkan nama besar tokoh-tokoh yang ada.
BACA JUGA: Partai Gelora Ancaman Serius Bagi PKS, Begini Penjelasannya
"Partai Gelora perlu belajar dari pengalaman Pemilu 2019, bahwa tak ada satu pun partai baru yang masuk Senayan atau lolos parliamentary threshold," katanya.
Apalagi, kata Direktur Eksekutif Lambaga Analisis Politik Indonesia (LAPI) ini, jika nantinya PT kembali naik, maka kerja keras kader Partai Gelora harus super ekstra.
BACA JUGA: Anis Matta & Fahri Hamzah Bikin Gelora, Ini Analisis Kang Ujang soal Efeknya ke PKS
"Saya kira Partai Gelora harus bekerja ekstra untuk lolos dan harus mampu menciptakan terobosan-terobosan yang bisa memengaruhi pilihan masyarakat, perlu strategi luar biasa untuk mendulang suara. Tidak bisa dengan pola-pola biasa saja," pungkas Maksimus. (gir/jpnn)
Redaktur & Reporter : Ken Girsang