jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto dinilai berhasil menjaga soliditas internal partai tanpa mengorbankan nilai-nilai demokrasi.
Meski Golkar memiliki banyak faksi, semua perbedaan dikelola secara demokratis dan tidak merusak kinerja partai.
BACA JUGA: Golkar Soppeng Siap Habis-habisan demi Antar Airlangga ke Istana
“Golkar partai modern, demokratis. Golkar solid, meski banyak faksi tapi mampu berdinamika secara demokratis. Golkar ke depan ini bisa menjadi leading dalam hal generasi milenial lebih suka jenis partai ini,” kata pengamat kebijakan publik Trubus Rahadian saat dihubungi wartawan, Selasa (19/10).
Airlangga dinilai berhasil menyelesaikan masalah-masalah yang ada di tubuh partai beringin tersebut secara tegas dan minim kontroversi.
BACA JUGA: Pergantian Wakil Ketua DPR, Sekjen Golkar Menjadi Perhatian Airlangga Hartarto
Dosen Fakultas Hukum Universitas Trisakti ini menyebut Airlangga berhasil menjaga tradisi Golkar yakni mendapat kepercayaan dari publik dan pemerintah.
Menurutnya, dengan duduknya beberapa tokoh Golkar seperti Airlangga dan Luhut Binsar Panjaitan dalam posisi strategis serta bisa merangkul semua pihak telah membuktikan kepercayaan publik terhadap Golkar tinggi.
BACA JUGA: Golkar Berjaya di Era Akbar, Memalukan Jika Keok di Masa Airlangga
“Airlangga relatif baik dalam hal, dulu terbelah ada kubunya Bamsoet, mampu merangkul. Hubungan dengan pemerintah di tingkat daerah baik, jarang terjadi intrik-intrik yang merugikan partai,” ujarnya.
“Pandemi Covid Pak Luhut dan Airlangga Jawa-Bali, menjalankan kinerja yang bagus, publik trust tinggi,” tambahnya.
Dengan keberhasilan tersebut, Airlangga dianggap layak menjadi pemimpin Indonesia selanjutnya.
“Sebagai seorang sosok leader, 2024 bisa bergandengan dengan tokoh yang punya popularitas tinggi, minimal bisa RI 2,” ungkap Trubus.
Terkait dengan posisi tawar, Trubus yakin Golkar akan tetap mendapatkan posisi yang baik di masyarakat.
Menurutnya sejarah partai Golkar telah membuktikan bahwa meskipun diguncang berbagai masalah internal dan sering ditinggalkan tokoh-tokoh yang membuat partai baru, tetapi posisinya di masyarakat tidak tergoyahkan. (dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil