Dibanding dengan Munas Golkar di Bali, lanjutnya, konflik internal yang terjadi di saat berlangsungnya Munas di Pekanbaru belum sebanding
BACA JUGA: Golkar jadi Penumpang Kekuasaan
Tapi sesudah Munas, semua konflik terselesaikan secara baik dan kekeluargaanBACA JUGA: Yuddy Ancam Hengkang dari Golkar
Jadi tidak ada yang perlu dicemaskan secara berlebihan.Menjelaskan adanya dua Wakil Ketua Umum DPP Golkar masing-masing dipegang oleh Agung Laksono dan Theo L Sambuaga, Musfihin menegaskan bahwa keputusan tersebut merupakan langkah penting untuk kembali fokus mengurus konstituen di dua kawasan Indonesia Barat dan Timur
BACA JUGA: Hanura Bukan Oposan Permanen
Tapi fakta politik tersebut tidak memberikan kontribusi sebagaimana yang diharapkanGolkar merosot di wilayah ituSecara nasional Golkar kehilangan suara lebih dari 9 juta," tegasnya.Untuk memulihkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap Golkar, maka Munas memutuskan harus ada dua Wakil Ketua Umum GolkarJadi itu bukan kehendak Ketua Umum, tapi amanah dari forum tertinggi Golkar, yakni Musyawarah Nasional yang diadakan 5 tahun sekali, imbuhnya.
Disinggung siapa yang pantas untuk menempati posisi Ketua Fraksi Golkar di DPR, setelah Priyo Budi Santoso terpilih jadi Wakil Ketua DPR, Musfihin, kelahiran Jakarta itu menegaskan bahwa semua kader Golkar yang lolos ke Senayan pantas untuk jadi Ketua Fraksi.
"Tapi di internal Golkar ada semacam konvensi yang telah berlangsung cukup lama dan dimasa akan datang tetap dipakai, yakni prioritas untuk manjadi Ketua Fraksi itu adalah pengurus harian DPP GolkarDan ini pun jumlahnya sangat banyak," ujarnya.
Saat ini DPP Golkar tengah menyusun mekanisme pemilihan Ketua Fraksi Golkar di DPR ituTapi secara informal sudah beredar beberapa nama seperti Ade Komaruddin, Airlangga Hartarto, Setya Novanto, Agun Gunandjar, dan Rully Chairul Azwar, imbuh Musfihin Dahlan(fas/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kabinet Ical Tak Punya Karakter
Redaktur : Tim Redaksi