jpnn.com, BATAM - Bandara Internasional Hang Nadim Batam dalam satu hari hanya melayani 144 penerbangan, dan itu kebanyakan rute-rute domestik.
Sedangkan rute internasional hanya beberapa flight saja. Untuk pengembangan rute internasional ini, sangat berat untuk Bandara Hang Nadim.
BACA JUGA: KemenPUPR Gelontorkan Rp 130 Miliar untuk Perbaikan Jalan di Batam
Sebab harus berkompetisi dengan Bandara Changi, Singapura yang melayani sekitar 1.400 penerbangan dalam satu harinya.
"Pangsa pasar penerbangan intenasional di kuasai Singapura," kata General Manager Operasional Hang Nadim Batam, Suwarso, pada beberapa waktu lalu.
BACA JUGA: Singapura Masih Investor Terbesar di RI, Sebegini Nilai Investasinya
Suwarso mengatakan Singapura sangat kuat mencengkram rute-rute gemuk penerbangan internasional tersebut. Sehingga membuat Hang Nadim kewalahan dalam bersaing memperebutkan rute-rute tersebut.
Beberapa penerbangan internasional dirintis, tapi beberapa kali mengalami kegagalan karena sepinya penumpang.
BACA JUGA: Bangun Fly Over, KemenPUPR Siapkan Anggaran Rp 350 Miliar
Dia mencontohkan pengaruh Singapura dalam pasar penerbangan. Dimana sebuah maskapai luar negeri, memiliki rute dari Hongkong-Singapura-Jakarta.
Pihak Singapura memperbolehkan maskapai tersebut membawa penumpang dari Hongkong-Singapura-Jakarta.
Tapi untuk rute balik, dari Jakarta pihak maskapai itu dilarang membawa penumpang oleh Singapura. Dan hanya boleh mengangkut penumpang dari Singapura ke Hongkong.
"Sebenarnya banyak aspek yang harus diperhatikan, bila ingin mengembangkan penerbangan internasional. Semua pihak harus duduk bersama membicarakan hal ini," ucap Suwarso.
Bila hal ini tak ada solusi atau pemecahan masalahnya. Maka bandara-bandara kebanyakan hanya bisa menggerakan penerbangan domestik, sedangkan rute gemuk di internasional tetap dikuasai Singapura.
Suwarso mengatakan beberapa kali pemerintah mencoba menggerakan penerbangan langsung dari luar negeri ke Indonesia. Penerbangan yang dikhususkan untuk menampung wisman ini, malah tak sesuai ekspektasi. Penyebabnya karena terbatasnya tujuan atau destinasi wisata.
"Mereka tiga hari disini, tapi dalam satu hari sudah habis. Jadi mau kemana, tak lagi kan. Harus ada opsi lain," tuturnya.
Dia mengatakan penerbangan-penerbangan internasional di bandara luar negeri sangat disokong pemerintah mereka. Dimana peran pemerintah adalah menyediakan destinasi-destinasi pariwisata terbaik, sehingga dapat menarik wisman yang dapat menumbuhkan penerbangan internasional.
"Saya rasa semuanya harus sinkron dan satu persepsi. Sehingga dapat mengembangkan itu semua," tuturnya.
Dengan sinkronnya semua pihak, kata Suwarso dapat mengembangan berbagai sektor di Indonesia. Dimana tak hanya sektor wisata, tapi juga sektor penerbangan dan sektor usaha kecil menengah milik masyarakat.
Agar meningkatkan kompetensi dan bersaing dengan Bandara Changi, Suwarso mengatakan Bandara Internasional Hang Nadim terus berbenah. Mulai dari penambahan apron, peningkatan kapasitas terminal dan infrastruktur.
"Ke depan kami juga akan membangun terminal II, LRT, semuanya demi meningkatkan pelayanan bandara," ucapnya.
Suwarso mengatakan Bandara Internasional Hang Nadim memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Dimana letaknya strategis, bandara ini juga memiliki landasan terpanjang se Asia Tenggara. Sehingga saat jarak pandang hanya dikisaran 500 meter, pesawat masih bisa mendarat.
"Landasan juga memiliki Instrument Landing System, sangat membantu pilot," ungkapnya. (ska)
BACA ARTIKEL LAINNYA... REI Batam Yakin Mampu Bangun 2.500 Unit Rumah Murah Pada 2017
Redaktur & Reporter : Budi