Direktur penerbangan sipil Malaysia mengundurkan diri menyusul dirilisnya laporan investigasi independen yang menyoroti kekurangan kinerja di pusat pemandu lalu lintas udara negara itu selama hilangnya pesawat MH370 empat tahun lalu.

Laporan yang dirilis pada Senin (30/7/2018) itu meningkatkan kemungkinan bahwa pesawat Boeing 777 milik Maskapai Malaysia Airlines itu mungkin telah dibajak meskipun tidak ada bukti konklusif tentang mengapa pesawat itu tetap mengudara dan beroperasi selama lebih dari tujuh jam setelah memutuskan komunikasi dengan otoritas di darat.

BACA JUGA: Wali Kota Bogor Bima Arya Ceritakan Tantangannya Benahi Birokrasi di Melbourne

Direktur penerbangan sipil Malaysia, Azharuddin Abdul Rahman mengatakan laporan itu tidak menyalahkan departemen penerbangan sipil atas hilangnya pesawat itu tetapi menemukan bahwa pusat pemandu lalu lintas udara atau air traffic controller (ATC) Kuala Lumpur telah gagal mematuhi prosedur operasi.

"Oleh karena itu, dengan rasa menyesal dan setelah melalui pertimbangan seksama maupun kontemplasi saya telah memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai Direktur Penerbangan Sipil Malaysia," kata Azharuddin Abdul Rahman dalam pernyataannya sambil menambahkan kalau dia telah mengajukan pengunduran dirinya ini dan akan mundur dalam waktu dua minggu.

BACA JUGA: Pria Asal Queensland Dijatuhi Hukuman 17 Tahun Karena Berencana Teror

Pesawat yang membawa 239 orang penumpang dan awak itu hilang dalam penerbangannya dari Kuala Lumpur menuju Beijing pada 8 Maret 2014, dan diduga jatuh di Samudera Hindia bagian selatan.

Laporan investigasi, yang disiapkan oleh tim internasional beranggotakan 19 orang, mengatakan penyebab hilangnya pesawat itu tidak dapat ditentukan sampai rongsokan dan kotak hitam pesawat ditemukan.

BACA JUGA: Semakin Banyak Warga Australia Ajukan Kebangkurtan

Namun demikian, laporan itu mengatakan penyelidikan menunjukkan adanya penyimpangan oleh pusat pemandu lalu lintas udara, termasuk kegagalan untuk dengan cepat menginisiasi prosedur tanggap darurat dan memantau radar secara terus menerus. Pusat pemandu lalu lintas Kuala Lumpur dikatakan terlalu bergantung pada informasi dari Malaysia Airlines dan tidak berhubungan dengan pihak militer untuk meminta bantuan.

Menteri Transportasi Malaysia yang baru, Anthony Loke, mengatakan bahwa pemerintah telah membentuk sebuah komite untuk menyelidiki dan mengambil tindakan terhadap setiap kesalahan berdasarkan temuan laporan tersebut.

Laporan akhir itu juga mengatakan tidak ada cukup informasi yang tersedia untuk menentukan apakah pesawat pecah di udara atau pecah akibat benturan di lautan.

Sejumlah potongan serpihan pesawat yang hanyut ditemukan berserakan di beberapa pantai di Afrika dan sejumlah pulau di  Samudera Hindia mengindikasikan pesawat itu kemungkinan jatuh di kawasan yang terpencil dari lautan Samudera Hindia.

Tetapi misi pencarian resmi yang dilakukan oleh Australia, Malaysia dan China telah gagal menentukan lokasi itu.

Dan pencarian pribadi kedua oleh perusahaan AS Ocean Infinity yang selesai pada akhir Mei lalu juga tidak menemukan tanda-tanda kemungkinan lokasi kecelakaan.

Pemerintah Malaysia mengatakan akan melanjutkan pencarian jika ditemukan bukti yang kredibel mengenai lokasi pesawat itu berada.

AP

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kita Telah Membuang Jutaan Ton Sampah Plastik ke Lautan dan Inilah Akibatnya

Berita Terkait