Pascabanjir Bandang, Infrastruktur Manado Digenjot

Kamis, 06 Februari 2014 – 07:42 WIB

jpnn.com - MANADO – Tiga pekan pascabencana banjir bandang dan tanah longsor yang menerjang kota Manado 15 Januari silam, Komisi V DPR melakukan kunjungan kerja meninjau lokasi-lokasi yang diterjang bencana.

Di depan para wakil rakyat dari Senayan, Wakil Gubernur Sulut Djouhari Kansil menjelaskan sejumlah data, seperti data korban, sebaran kejadian bencana, keadaan kota Manado saat kejadian maupun  pasca kejadian, sampai upaya penanganan darurat yang telah dilakukan Pemerintah Provinsi.

BACA JUGA: KA Tak Bisa Lewat, Tiga Desa Terendam

Dipaparkan juga bantuan yang telah diterima maupun yang telah disalurkan, kebutuhan penanganan pascabencana yang berjumlah total Rp1,7 triliun, serta beberapa perencanaan terkait antisipasi bencana pengembangan, rekonstruksi dan rehabilitasi insfrastruktur.

Terkait putusnya jalur akses Tomohon-Manado, Kansil melaporkan bahwa jalur ini direncanakan akan diadakan pelebaran.

BACA JUGA: Bantu Hajatan, Anak Tewas Ibu Koma

“Dengan perencanaan seperti ini, biaya yang dibutuhkan untuk peningkatan ruas jalan Manado-Tomohon sebesar Rp436 miliar,” ujar Kansil.  

Sedangkan untuk penataan Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano, Kansil menjelaskan bahwa akan dibangun Urban Flood Control System Improvement In Selected Cities (lihat grafis) untuk sungai Tondano sepanjang 7,2 km.

BACA JUGA: Bendung Impor, Banyuwangi Pacu Pengembangan Buah Lokal

“Fokus kegiatan fisik dan pembebasan lahan di seputaran jembatan Megawati sampai simpang lima Tikala-Sawangan (Kampung Ternate), ini sekira 7,2 km,” beber Kansil.

Ketua V DPR Yasti Mokoagouw menjelaskan, kedatangannya bersama rekan-rekannya untuk meninjau langsung. "Nanti akan berkoordinasi dengan instansi terkait dengan pemerintah provinsi untuk menampung aspirasi dan kebutuhan dari pemerintah dalam hal penanggulangan korban dan akan dibawa ke Jakarta untuk segera direalisasikan,” ujarnya.

Selesai mengikuti laporan pemerintah provinsi, rombongan tim kunjungan kerja melanjutkan meninjau beberapa titik lokasi bencana dan melihat beberapa infrastruktur yang rusak akibat banjir.

Sementara, konser penggalangan dana yang digelar di Jakarta, mendapat kecaman dari sejumlah warga korban banjir bandang di Manado.

Pasalnya, mereka tidak bisa melihat konser, meski sudah datang jauh-jauh dari Manado. Beberapa di antaranya mengaku sudah membeli tiket masuk sebesar Rp 100 ribu. Namun, tetap tidak bisa masuk menyaksikan konser, lantaran pihak panitia mengharuskan mereka membeli table (meja) senilai Rp 10 juta.

Konser di Hard Rock Cafe, Pacific Place Jakarta, pukul 15.00 - 23.00 WIB tersebut menampilkan band-band dan penyanyi kelas atas, antara lain Slank, Once, Glenn Fredly, Ermy Kulit, Connie Constantia, Musikimia, Alexa, Kerispatih, The Titans, Cherrybelle, Pee We Gaskins, Lala Karmela , Barrry Likumahua Project, The Fly, Soul id, Yacko, Intan Ayu & The Hammers, JFlow, Angela Nazar, Supergirlies, Roy Boomerang, The Painkillers, Budi Doremi, Pop the Disco, All in Band, Mariyos, Respito, ARockGuns dan Sanggar Bapontar.

Sevry Nelwan, salah seorang warga Tikala Ares Manado, mengaku diusir pihak panitia, tidak bisa masuk ke lokasi konser.

“Kami diusir dan harus keluar, padahal sudah membayar sumbangan masuk Rp 100 ribu, tapi tetap tidak bisa melihat konser karena harus membayar lagi Rp 10 juta,” kata Sevry, dalam keterangan yang diterima media ini kemarin.

Dia merasa heran, mengapa dia yang menjadi korban banjir pun tak bisa melihat konser. "Sebenarnya konser itu untuk siapa? Kok kami korban banjir malah diusir," ujarnya, seraya mengatakan dirinya akan langsung balik ke Menado.

“Dananya untuk apa? Padahal di acara tersebut ditampilkan foto-foto kami para korban banjir. Ternyata hanya untuk diekspolitasi cari dana. Kami datang pun diusir,” imbuhnya lagi.

Sevry mengaku datang ke Jakarta untuk melihat konser itu bersama pendeta dan sejumlah anggota KNPI Sulut.

Pihak panitia sendiri di sebuah media online sudah memberikan keterngan. Opah Andreas, dari pihak penyelenggara, tidak membantah telah memasang tarif pesan meja untuk acara itu. Dikatakan, hal itu wajar karena acaranya adalah untuk penggalangan dana. Sudah pasti, panitia berupaya mendapatkan dana amal sebesar-besarnya.

Dia enggan mengomentari soal pengusiran kepada korban banjir yang hendak menonton konser karena tidak memesan meja dengan tarif Rp10 juta. (ctr-03/sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Banjarmasin Segera Terbitkan Perda Waria


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler