Paskhas Tetap Lanjutkan Pendidikan Freefall

Rabu, 08 April 2009 – 08:59 WIB
KORPS TNI-AU sangat kehilangan menyusul insiden jatuhnya Fokker-27 yang menewaskan 24 prajurit (18 di antaranya Paskhas) di Bandung (6/4)''Kami sangat kehilangan

BACA JUGA: Fokker Naas Masih Layak Pakai

Mereka prajurit-prajurit terbaik,'' kata Komandan Korps Pasukan Khas TNI-AU Marsekal Pertama Hari Budiono, Selasa (7/4).

Meski begitu, Paskhas tetap akan melanjutkan sistem pendidikan dengan metode terjun freefall seperti yang sedang dilakukan saat pesawat jatuh.  Freefall merupakan penerjunan yang dilakukan pada ketinggian tinggi sekitar 10.000 kaki yang berbeda jauh dari terjun statik di ketinggian rendah
Bagi pasukan seperti Paskhas yang kadang harus melaksanakan misi khusus, terjun freefall merupakan awal sebelum mereka mengantongi kemampuan HALO (high altitude low opening) dan HAHO (high altitude high opening).

''Ini pendidikan khusus

BACA JUGA: SDA Merapat ke Prabowo

Jadi, apa yang sudah dilakukan mereka tetap berlanjut dan kematian 18 prajurit (Paskhas) itu harus menjadi dorongan semangat bagi para siswa lain,'' ujarnya


Menurut Hari, terjun freefall merupakan pendidikan kualifikasi khusus untuk mencetak prajurit terbaik

BACA JUGA: Teroris Lebih Hormati Teh Manis Ketimbang Vonis

Siswa para laju tempur itu berjumlah 35 orang angkatan 33Yang meninggal 18 orang dan yang tersisa masih 17 siswaProgram tersebut dilaksanakan selama tiga bulan dengan ketinggian terjun sekitar 12.000 kaki sebanyak 40 kali penerjunan.

Korpaskhas adalah prajurit elite TNI-AU paling tuaAwalnya dibentuk pada 17 Oktober 1947Saat itu, 13 personel dari pasukan payung TNI-AU tersebut diterjunkan di Hutan Sambi, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, untuk sebuah operasi militerKetiga belas personel itu berasal dari anggota PPP (Pasukan Pertahanan Pangkalan)

Kala itu, TNI-AU mempunyai tiga jenis pasukanYakni, Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP), Pasukan Gerak Tjepat (PGT), dan Penangkis Serangan Udara (PSU)Karena penerjunan di Kotawaringin itu dianggap cukup fenomenal, ditetapkanlah tanggal penerjunan tersebut sebagai hari jadi Korps Baret Jingga

Pada 19 April 1963, PGT, PSU, dan PPP dilebur menjadi satu dengan nama Koppau (Komando Pertahanan Pangkalan Angkatan Udara)Namun, tiga tahun kemudian, 27 Mei 1966, Komando Pasukan Tjepat (Kopasgat) resmi dibentuk menggantikan nama Koppau.

Sembilan belas tahun kemudian, 11 Maret 1985, Kopasgat berubah nama menjadi Pusat Pasukan Khas TNI-AU (Puspaskhasau)Hanya dua tahun berselang, Puspaskhasau ditingkatkan menjadi salah satu korps yang berkualifikasi pasukan khusus dalam TNI-AU dengan nama Korps Pasukan Khas Angkatan Udara (Korpaskhasau) hingga sekarangPenggunaan baret jingga terus dipertahankan sebagai identitas korps itu.

Paskhas merupakan satuan tempur khusus berkemampuan tiga matra, yakni laut, darat, dan udaraHanya, operasi, tugas, serta tanggung jawabnya lebih ditujukan untuk merebut dan mempertahankan pangkalan udara dari serangan musuhSelanjutnya, pasukan tersebut menyiapkan pendaratan pesawat kawan

Kemampuan itu disebut Operasi Pembentukan dan Pengoperasian Pangkalan Udara Depan (OP3UD)Korps itu juga mengajarkan berbagai ilmu pertempuran di berbagai medan sampai penanggulangan teror aspek udara yang dikenal sebagai Atbara (antibajak udara)

Seperti personel pasukan khusus lainnya, menjadi anggota Paskhas harus ditempa berbagai latihan khusus dan beratPada seleksi awal, para anggotanya harus punya tinggi badan minimal 163 cmSelain itu, mereka harus mampu push-up 70 kali (dalam 2 menit), sit-up 70 kali (dalam 2 menit), pull-up 15 kali, dan lari 2 mil (dalam waktu 15 menit)Selain itu, anggota harus ahli renang militer dan renang gaya bebas.

Materi latihan lainnya adalah mendalami ilmu serbuan counter terrorism serta penguasaan berbagai senjata api dan senjata tajamSetelah itu, materi pendalaman jungle warfare, infiltrasi laut dan udara, operasi raid dan patroli, plus pengintaian jarak jauh

Semua diperlakukan sama bagi perwira, bintara, atau tamtamaYang harus dijalani setidaknya 12 itemDi antaranya, lari sprint 3.200 m per 12 menit, lari cepat untuk kekuatan kaki 5 km per 24 menit, renang 2 km tanpa perlengkapan khusus selama 12 jam, dan panjat tebingLalu, mereka juga harus lolos dari materi kamp tawanan dan pelolosan yang sangat berat

Tahun lalu, Mabes TNI-AU menambah satu batalyon korps PaskhasSatu batalyon baru tersebut adalah Batalyon 467 Hardha Dedali berdasar Peraturan Kasau/41/VII/2008 tertanggal 9 Juli 2008(rdl/zul/iro)

BACA ARTIKEL LAINNYA... SBY Terbelenggu Neolib


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler