jpnn.com, JAKARTA - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan pasokan crude palm oil (CPO) secara nasional hanya cukup untuk mendukung program mandatori bidodiesel dengan campuran 50 persen minyak sawit atau B50. Menurutnya, pasokan CPO belum memenuhi untuk B100.
Berbicara dalam rapat kerja Komisi VII DPR dengan Pertamina di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (29/1), Nicke mengatakan bahwa saat ini mandatori biodiesel baru tahap B30. Namun, Pertamina akan berupaya meningkatkan secara bertahap ke B40 dan B50 pada 2023.
BACA JUGA: Penerapan Biodiesel Signifikan Tekan Impor BBM
“Pasokan CPO hanya cukup untuk B50. Kalau mau lebih harus replanting (penanamaan kembali) CPO," ucap Nicke.
Meski demikian perempuan kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat itu menegaskan, program mandatori biodiesel telah memberikan dampak signifikan terhadap pengurangan impor solar. Selain ada pengurangan impor solar, di dalam negeri juga terjadi peningkatan produksi BBM untuk mesin diesel itu.
BACA JUGA: Ikhtiar Cak Imin Yakinkan Eropa soal Komitmen Indonesia Tekan Emisi Karbon
"Maret 2019 sudah tidak ada ada impor solar. Gabungan karena peningkatan produksi di kilang dan penurunan penggunaan karena B20. Gabungan ini terjadi penurunan 60 persen. Di tahun ini tidak ada impor sama sekali. Avtur stop impor sejak April 2019," jelasnya.
Nicke menambahkan, penurunan impor solar itu telah menghemat devisa dalam jumlah cukup besar, yakni Rp 43,8 triliun pada 2019. Menurutnya, penghematan itu akan mencapai Rp 63,4 triliun pada 2020 ini.
"Demikian juga dari aspek lingkungan ada perbaikan pengurangan emisi gas rumah kaca 9,91 juta ton di 2019," ujar Nicke sembari menambahkan bahwa program tersebut telah meningkatkan penyerapan lapangan kerja hingga 1,2 juta orang.(fat/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam