Pastikan Ketersediaan Obat Kerancuan Kelamin Masih Aman

Senin, 23 Maret 2015 – 08:23 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Ketersediaan obat bagi penderita Disorders Of Sexual Development (DSD) atau kelainan perkembangan seksual hingga kini masih aman.

Termasuk pada obat penyakit kerancuan kelamin atau congenital adrenal hyperplasia (CAH) yang dikhawatirkan semakin langkah lantaran Belanda memutuskan hubungan kerja sama pemberian obat gratis.

BACA JUGA: Wow... Kubu Agung Gelar Ruwatan

Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Upaya Kesehatan (BUK) Kemenkes Akmal Taher mengatakan, pemutusan kerja sama tidak akan berdampak pada ketersediaan obat hydrocortisone di Indonesia.

Akmal memastikan para penderita CAH akan tetap dapat mengkonsumsi obat mereka seperti biasa. Kemenkes akan menempuh cara lain untuk  obat tersebut dengan cara mendatangkan obat secara berbayar atau membeli. Oleh karenanya, ia meminta para penderita penyakit kelainan genetik ini untuk menghilangkan kecemasan mereka.

BACA JUGA: Lima Tertangkap, Tokoh Kunci ISIS di Indonesia Harus Terungkap

"Intinya pasti akan kita penuhi," tuturnya pada Jawa Pos (induk JPNN) kemarin (22/3).

Diakuinya, penyakit ini memang belum masuk program prioritas Kemenkes. Namun, pengadaan obatnya tetap dapat dilakukan. Pengadaannya pun memiliki jalur tersendiri dari pengadaan obat-obat lainnya yang memiliki nilai komersial. Jalur tersebut biasa disebut special access in.

BACA JUGA: 12 dari 16 WNI yang Ditangkap di Turki Dipulangkan ke Indonesia

Dokter Ahli Bedah itu melanjutkan, obat yang masuk melalui jalur spesial ini akan didatangkan secara langsung dari luar negeri tanpa perlu melalui screening Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Biasanya, pihak rumah sakit (RS) rujukan pasien yang memerlukan obat khusus akan mengajukan permohonan ke ke pusat rujukan obat nasional yakni RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Dalam permohonan tersebut, pihak RS melaporkan adanya suatu penyakit khusus yang tengah ditangani pihaknya. Laporan disertai dengan penjelasan jumlah pasien dan jumlah kebutuhan obat untuk mereka dalam beberapa bulan ke depan.

"Setelahnya, ahli yang ada di sana mengkaji jenis obat dan jumlahnya sebelum dibeli," ungkap Mantan Direktur Umum RSCM itu.

Proses pembelian secara khusus ini kemungkinan akan dilakukan dalam jangka panjang. Pasalnya, belum ada rencana pembuatan secara mandiri di dalam negeri. Menurut Akmal, hal itu lantaran penyakit CAH masih dinilai langkah dan belum ada produsen yang berminat. (mia)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Terduga Anggota ISIS Pernah Tertangkap tapi Dilepas, Mengapa?


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler