Pasukan Inggris Sudah Masuk Libya

Koalisi Terpecah soal Cara Akhiri Perang

Sabtu, 26 Maret 2011 – 05:15 WIB
DI DARAT - Personil pasukan pemberontak Libya di sela pertempuran. Foto: Reuters/Goran Tomasevic.
TRIPOLI - Kabar bahwa pasukan koalisi kini mempertimbangkan opsi serbuan darat untuk menumbangkan rezim Muammar Kadhafi, tampaknya, bukan sekadar isapan jempolItu terbukti dengan telah diterjunkannya ratusan personel pasukan khusus Inggris di salah satu wilayah Libya.

Mengutip sumber-sumber di pemerintahan Perdana Menteri David Cameron, Daily Mail kemarin melaporkan bahwa 250 serdadu Inggris yang sudah berada di Libya itu diambilkan dari dua kesatuan elite

BACA JUGA: Gempa Myanmar, 75 Tewas

Yaitu, Special Air Service (SAS), pasukan khusus dari angkatan udara; dan Special Boat Service (SBS), skuad andalan angkatan laut.

Mereka bahkan telah disusupkan ke Libya sejak sebelum zona larangan terbang diterapkan pekan lalu
Namun, Daily Mail tidak menyebut lokasi persis para tentara Inggris itu

BACA JUGA: Terjegal Parlemen, PM Portugal Mundur

Yang pasti, makanan dan amunisi untuk mereka disuplai dari udara melalui Siprus.

Direncanakan, jumlah tentara negeri monarki konstitusional itu di Libya ditambah seratus personel lagi dalam beberapa hari ke depan
Pasukan tambahan tersebut diambilkan dari Special Forces Support Group.

"Itu menandakan bahwa pasukan koalisi akan meningkatkan tempo operasi militer," ujar sumber Daily Mail.

Masih ada 800 serdadu Angkatan Laut Inggris yang juga disiagakan

BACA JUGA: Bunuh Warga Afghan, Serdadu AS Kena 24 Tahun

Sewaktu-waktu, mereka bakal diterjunkan ke LibyaTetapi, pengiriman mereka lebih bertujuan membantu distribusi bantuan.

Memang belum ada konfirmasi dari militer Inggris maupun kubu koalisi tentang penempatan ratusan personel pasukan khusus Inggris di Libya ituNamun, Senin lalu (21/3) kepada BBC, Menteri Pertahanan Inggris William Hague mengatakan bahwa opsi serbuan darat seperti yang dilakukan di Iraq tetap belum dihapus dari agenda.

Pada hari yang sama, dari Washington, Kepala Staf Gabungan Militer Amerika Serikat Laksamana Mike Mullen mengisyaratkan hal senada"Adalah suatu kebodohan kalau menghapus salah satu opsi (penyelesaian masalah di Libya)," katanya dalam acara Meet the Press di kanal televisi NBC.

Wajar kalau koalisi mempertimbangkan opsi invasi darat ituSebab, pasukan pemberontak sulit diharapkan untuk melucuti loyalis KadhafiMereka tertahan di Benghazi, bagian timur Libya.

Selain itu, kendati digempur tiap hari dari udara selama enam hari terakhir, toh Kadhafi dan pasukannya terbukti masih bisa bertahanDiserang saat siang, mereka balik menggempur basis-basis pertahanan pemberontak kala malam.

:TERKAIT Misalnya yang terjadi di Misrata selama beberapa hari terakhirTank, tentara pro-Kadhafi, serta sniper yang disebar di berbagai penjuru Misrata terus menggasak pemberontak saat malam.

"Sniper mereka setidaknya sudah menewaskan 16 orang kemarin (Kamis, 24/3, Red)," kata seorang dokter di rumah sakit utama di Misrata kepada The Guardian melalui telepon.

Versi pemberontak, total sudah sekitar seratus orang tewas karena serbuan pasukan Kadhafi di Misrata dan 1.300 lainnya luka-luka selama enam hari iniSebagian besar adalah warga sipilTetapi, tidak ada yang bisa mengkonfirmasikan kebenaran berita tersebut.

Begitu juga klaim rezim KadhafiMereka menyatakan bahwa serbuan udara pasukan koalisi telah menewaskan seratus orang di Tripoli saja, yang hampir semuanya warga sipilSejumlah wartawan asing memang difasilitasi untuk melihat langsung para korban ituNamun, mereka sulit membuktikan bahwa para korban tersebut memang warga sipil dan tewas karena hajaran rudal dan bom koalisi.

Sementara itu, Aaron David Miller, mantan pejabat tinggi Kementerian Luar Negeri AS, yakin, tanpa serbuan lewat darat, operasi militer di Libya tersebut akan berakhir dengan posisi menggantung seperti yang terjadi di Afghanistan: Dana habis besar, korban sipil banyak, tapi lawan tidak kunjung bisa ditaklukkan.

"Situasi di Libya itu bisa dengan cepat menguntungkan kita (koalisi) asalkan ada penambahan kekuatan militer (melalui darat)," kata Miller, yang kini menjadi analis di Woodrow Wilson Center, seperti dikutip Daily Mail.

Persoalannya, jangankan menambah pasukan, anggota koalisi justru mulai terpecah dalam menentukan cara untuk menyelesaikan Operasi Perjalanan Fajar di Libya ituKendati kemarin mereka bersepakat menyerahkan pelaksanaan zona larangan terbang, embargo senjata, dan serangan udara di bawah komando NATO, belum ada titik temu apakah serbuan ke negeri tetangga Mesir itu akan diteruskan hingga Kadhafi lengser.

AS yang sejak awal mengatakan bahwa keterlibatannya bakal terbatas dan hanya dalam hitungan hari itu, mendesak agar penyelesaian akhir masalah Libya dilakukan oleh berbagai elemen di negeri itu sendiriArtinya, antara pro-Kadhafi dan anti-Kadhafi harus diberi kesempatan bernegosiasi.

Sikap AS tersebut didukung InggrisTetapi, motor koalisi lainnya, Prancis, telanjur menyatakan bahwa pemberontak adalah wakil Libya yang sahBahkan, tentang bagaimana memperlakukan Kadhafi, juga belum ada kesepakatanYakni, apakah Kadhafi sekalian dihabisi atau justru akan dilibatkan dalam kapasitas tertentu di Libya "baru" nantiAda pula anggota koalisi yang menghendaki operasi militer saat ini hanya dalam kerangka memberikan jalan bagi negosiasi di antara dua kubu yang berseteru.

Sedangkan Sekjen PBB Ban Ki-moon tetap menganggap bahwa operasi militer di Libya patut diteruskan"Operasi itu berhasil menghambat gerak militer Libya, sekaligus melindungi keselamatan warga sipil di Benghazi dan sejumlah area lainSelain itu, menciptakan atmosfer tertentu secara politik yang memberikan ruang bagi warga Libya untuk merundingkan masa depan mereka," papar dia(c11/ttg)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Makanan dari Jepang Harus Bersertifikat Bebas Radiasi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler