Patroli Militer Temukan Bangunan Ilegal di Tengah Laut China Selatan, Tiongkok Berulah Lagi?

Kamis, 01 April 2021 – 23:59 WIB
Kepala operasi Angkatan Laut Amerika Serikat, Admiral John Richardson menyatakan bahwa militer AS telah melihat aktivitas China di sekitar Scarborough Shoal di bagian utara kepulauan Spratly, sekitar 200 km dari barat pangkalan Filipina di Teluk Subic. Foto: ANTARA/REUTERS/Planet Labs/Handout vi/tm

jpnn.com, MANILA - Militer Filipina telah mendokumentasikan keberadaan bangunan-bangunan ilegal di Union Banks, Kepulauan Spratly, di Laut China Selatan (LCS), tak jauh dari lokasi ratusan kapal Tiongkok berkerumun bulan lalu.

Panglima Militer Filipina Letnan Jenderal Cirilito Sobejana mengatakan bangunan-bangunan ilegal itu berada tidak jauh dari kepulauan yang diklaim oleh Filipina, termasuk di dalam zona ekonomi eksklusifnya.

BACA JUGA: 220 Kapal Perang Tiongkok di Laut China Selatan, Filipina Cuma Bisa Lakukan Ini

"Konstruksi dan kegiatan lain, ekonomi atau lainnya, merugikan perdamaian, ketertiban, dan keamanan perairan teritorial kami," kata Sobejana dalam pernyataan, Kamis.

Dia tidak mengatakan negara mana yang membangun struktur ataupun seberapa besar bangunan-bangunan tersebut.

BACA JUGA: Laut China Selatan Memanas, Pimpinan DPR Desak ASEAN Solid Jaga Stabilitas

Bangunan-bangunan itu ditemukan pada 30 Maret, saat pelaksanaan patroli penerbangan maritim militer di atas Laut China Selatan, tempat Filipina melakukan pemantauan secara cermat terhadap aktivitas kapal-kapal Tiongkok --yang diyakini diawaki oleh milisi.

“Upaya kami untuk dengan patuh menjalankan amanat guna melindungi dan memajukan kepentingan nasional kami di kawasan itu terus berjalan tanpa hambatan,” kata Sobejana.

BACA JUGA: Tiongkok Makin Kelewatan di Laut China Selatan, Blinken Pastikan Amerika Selalu Bersama ASEAN

Pulau-pulau dan terumbu karang Spratly merupakan subjek yang paling diperebutkan di dunia.

Vietnam, Tiongkok, Taiwan, Filipina, dan Malaysia mendirikan bangunan, komunitas kecil, dan pulau-pulau buatan di wilayah tersebut untuk mempertaruhkan klaim teritorial mereka di jalur perairan yang strategis itu.

Rekaman video yang dibagikan oleh militer menunjukkan ratusan perahu tersebar di sekitar terumbu Hughes, Gaven dan Whitsun, beberapa ditambatkan dalam kelompok sebanyak tujuh perahu berdampingan.

Pernyataan Sobejana muncul sebagai bagian dari dorongan baru oleh militer dan diplomat Filipina untuk secara terbuka menentang kegiatan maritim Tiongkok --setelah selama beberapa tahun kritik dibungkam.

Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah mengupayakan hubungan yang lebih dekat dengan Beijing. Duterte mengatakan menantang tindakan Tiongkok adalah sia-sia dan berbahaya.

Penasihat keamanan nasional Amerika Serikat dan Filipina melakukan pembicaraan melalui telepon pada Rabu (31/3). Para penasihat membahas kekhawatiran mereka atas aktivitas Tiongkok di LCS.

Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin akan bertemu dengan mitranya dari Tiongkok minggu ini.


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler