220 Kapal Perang Tiongkok di Laut China Selatan, Filipina Cuma Bisa Lakukan Ini

Minggu, 21 Maret 2021 – 16:09 WIB
Penampakan Hohhot (Hull 161), kapal perusak kawal rudal milik Komando Armada Selatan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA), saat berpatroli di perairan Laut China Selatan pada Kamis (20/8/2020) pagi. Foto: ANTARA/HO-ChinaMilitary/mii/TM

jpnn.com, MANILA - Filipina menyatakan keprihatinan atas aktivitas ratusan kapal militer Tiongkok di Laut China Selatan baru-baru ini, sebuah cerita lama yang terus berulang di jalur air penting itu.

Patroli Pantai Filipina melaporkan bahwa sekitar 220 kapal, yang diyakini diawaki oleh personel milisi maritim Tiongkok, terlihat tertambat dalam formasi barisan di terumbu karang tersebut pada 7 Maret.

BACA JUGA: Laporan Terbaru Ungkap Niat Jahat Tiongkok terhadap Muslim Uighur, Mengerikan

Menteri Luar Negeri Teodoro Locsin, saat ditanya apakah dia akan mengajukan protes diplomatik atas kehadiran kapal-kapal tersebut, memberi jawaban tegas. 

"Hanya jika para jenderal memberi tahu saya. Dalam pengawasan saya, kebijakan luar negeri adalah kepalan tangan di sarung tangan besi angkatan bersenjata," ujar dia.

BACA JUGA: Tiongkok Pengin Indonesia jadi Pusat Vaksin Covid-19, Lestari Moerdijat Bilang Begini

Satuan Tugas Nasional untuk Laut Filipina Barat menyatakan keprihatinannya tentang penangkapan ikan yang berlebihan dan kerusakan lingkungan laut, serta risiko keselamatan navigasi.

Kementerian Luar Negeri Tiongkok tidak segera menanggapi permintaan komentar pada Minggu, dan telepon ke Kedutaan Besar Tiongkok di Manila untuk meminta komentar tidak dijawab.

BACA JUGA: Anggaran Militer Tiongkok Naik Lagi, tetapi Belum Ada Apa-apanya ketimbang Amerika

Pengadilan internasional pada 2016 membatalkan klaim Tiongkok atas 90% Laut China Selatan, tetapi Beijing tidak mengakui keputusan tersebut. Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir telah membangun pulau-pulau di perairan yang disengketakan serta memasang jalur udara di beberapa pulau.

Taiwan, Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Brunei semuanya mengklaim sebagian kawasan laut itu.

Pada Januari, Filipina memprotes undang-undang baru Tiongkok yang mengizinkan patroli pantainya menembaki kapal asing, yang menggambarkannya sebagai "ancaman perang".

Amerika Serikat telah berulang kali mengecam apa yang disebutnya upaya Tiongkok untuk menindas tetangga yang memiliki kepentingan yang bersaing, sementara Beijing telah mengkritik Washington atas apa yang disebutnya campur tangan dalam urusan internalnya.

Gugus tugas Filipina menyebut Kapal Tiongkok berada di Julian Felipe Reef alias Whitsun Reef, di zona ekonomi eksklusif Manila.

"Meskipun cuaca cerah pada saat itu, kapal-kapal Tiongkok yang berkumpul di terumbu karang tidak menunjukkan aktivitas penangkapan ikan yang sebenarnya dan menyalakan lampu putih mereka pada malam hari," ujar pihak gugus dalam sebuah pernyataan.

Filipina berjanji untuk memantau situasi dan terus menjalankan inisiatifnya pada perlindungan lingkungan, keamanan pangan dan kebebasan navigasi di Laut China Selatan. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler