jpnn.com - JAKARTA – Setelah harga premium naik Rp 200, produk bahan bakar lainnya seperti pertamax dan pertamax plus ikut diberi label harga baru. Begitu juga elpiji 12 kg, naik sampai Rp 5 ribu per tabung.
Direktur Pemasaran PT Pertamina (Persero) Ahmad Bambang saat dihubungi Jawa Pos (induk JPNN) mengatakan, ada beberapa penyesuaian harga. Itu dilakukan untuk merespons fluktuasi harga minyak dunia yang terjadi saat ini. Jadi, wajar ada kenaikan maupun penurunan harga.
BACA JUGA: Mana yang Lebih Pintar, Mafia Beras atau Jokowi-JK?
”Nanti masyarakat akan menjadi biasa. Seperti pertamax yang terus berubah seiring perubahan harga MOPS (Mean of Platts Singapore),” jelasnya.
Dia menyadari, perubahan harga untuk beberapa komoditas yang dilakukan serentak membuat kaget masyarakat. Tetapi, itu bagian dari membiasakan masyarakat dengan mekanisme penentuan harga BBM.
BACA JUGA: Transaksi Batu Mulia Secara Online Melonjak
Seperti diketahui, pada 1 Januari 2015 pemerintah mengeluarkan regulasi baru soal harga BBM. Terutama untuk premium yang tidak lagi disubsidi dan harganya mengikuti perkembangan minyak dunia. Harga bensin RON 88 itu akan dievaluasi tiap bulan untuk menentukan ada tidaknya perubahan.
Sedangkan pertamax, pertamax plus, dan Pertamina Dex merupakan produk bisnis Pertamina. Perusahaan pimpinan Dwi Soetjipto itu memiliki kewenangan untuk mengatur harga jual sendiri. ”Naiknya bareng dengan premium. Harganya jadi Rp 8.250 per liter,” imbuhnya.
BACA JUGA: Konter Tiket Ditutup, Maskapai Kewalahan Cari Lokasi Baru
Jadi, produk RON 92 itu mengalami kenaikan yang sama dengan premium, yakni Rp 200 per liter untuk harga di Pulau Jawa. Untuk pertamax plus, ada perubahan harga Rp 400 menjadi Rp 9.450. Perbedaan harga jual terjadi di beberapa wilayah Indonesia.
Misalnya, untuk Bali, harga pertamax dibanderol Rp 8.750 dan pertamax plus Rp 9.350 per liter. Di Kota Medan premium dijual Rp 9.300 dan pertamax plus Rp 10.250. ”Tren harga minyak memang naik dalam beberapa waktu terakhir,” ungkap Abe, sapaan akrab Ahmad Bambang.
Sumber energi lainnya, yakni elpiji 12 kg, naik Rp 5 ribu per tabung. Di Jakarta agen sudah melepas gas dalam tabung berwarna biru itu seharga Rp 134 ribu per tabung. Harga baru tersebut mirip dengan awal Januari saat per tabung dijual Rp 134.700.
Seperti diberitakan, pada 19 Januari harga gas sempat diturunkan menjadi Rp 129 ribu. Sama dengan bensin, harga baru dipengaruhi harga gas dunia yang ikut turun. ”Harga patokan di CP Aramco sudah naik. Per 1 Maret harganya kembali ke Rp 134 ribu per tabung,” terangnya.
Kembalinya harga elpiji 12 kg membuat perbedaan harga dengan tabung 3 kg makin terasa. Di Jakarta, misalnya, harga eceran tertinggi (HET) tabung melon di pangkalan Rp 16 ribu. Artinya, ada jarak harga Rp 118 ribu di antara dua produk gas itu.
Makin lebarnya perbedaan harga membuat kemungkinan terjadinya migrasi pengguna elpiji 12 kg ke elpiji 3 kg makin besar. Pertamina sendiri sudah berkomitmen memenuhi pasokan. Termasuk menjaga keberadaan produk dengan menggelar operasi pasar.
Plt Dirjen Migas Kementerian ESDM IGN Wiratmadja Puja menjelaskan, aturan distribusi tertutup makin mendesak. Pemerintah sudah membentuk tim untuk mengkaji regulasi itu. Diharapkan, pada tahun ini pilot project distribusi tertutup sudah berjalan. ”Saat ini jangan sampai langka,” harapnya.
Sementara itu, Menteri ESDM Sudirman Said menegaskan bahwa kenaikan harga BBM untuk saat ini tidak bisa dihindari. Selain terus merangkak naiknya harga minyak dunia, kenaikan dipengaruhi lemahnya rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Posisi rupiah dalam sepekan terakhir sempat berada di kisaran Rp 13 ribu per dolar AS. ”Jadi, berpengaruh ke harga keekonomian (BBM, Red),” terangnya.
Sudirman memastikan bahwa pemerintah terus memantau pergerakan harga minyak dunia dan kurs untuk menentukan harga jual April. Namun, tegas dia, kalau selisih harganya terlalu dekat, pemerintah cenderung tidak mengeluarkan harga baru.
Lebih lanjut Sudirman menjelaskan, harga solar seharusnya ikut naik. Tetapi, masyarakat mengalami tekanan karena harga elpiji yang ikut naik. Jadi, harga solar baru ditunda sampai batas waktu yang belum ditentukan. Sedangkan harga baru premium tidak bisa ditawar. ”Kami ingin membuat masyarakat paham bahwa energi ada harganya,” tutur dia.
Wakil Ketua Komisi VII Satya Widya Yudha mengungkapkan, perubahan harga dilakukan satu bulan sekali. Saat ini pemerintah sudah tepat dengan memberikan harga baru setelah mengevaluasi perubahan harga minyak dunia dalam sebulan terakhir. ”Kenaikan Rp 200 untuk premium bukan tetap,” ucapnya.
Apakah itu berarti harganya bakal turun lagi? Satya tidak tahu pasti. Yang jelas, harga minyak dunia memang fluktuatif. Kalau kembali anjlok, bukan tidak mungkin ada penurunan harga premium. Itulah sebabnya dia menyebut evaluasi bulanan menjadi keharusan.
Sedangkan untuk kenaikan harga elpiji 12 kg, Satya juga mengkhawatirkan adanya migrasi besar-besaran ke elpiji 3 kg.
Dia yakin kenaikan yang terjadi mulai kemarin berpotensi mengakibatkan perpindahan konsumsi gas elpiji. ”Harus ada aturan baru. Selama distribusinya terbuka, rawan migrasi,” tandasnya. (dim/c9end)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Harga Premium Seharusnya tidak Perlu Naik
Redaktur : Tim Redaksi