jpnn.com - JAKARTA - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tengah menggalang kekuatan dengan ulama-ulama internasional untuk memerangi terorisme. Hal itu dilakukan karrna ancaman terorisme, khususnya ISIS, telah benar-benar terjadi dengan serangkaian aksi terorisme di bulan Ramadan dan Idulfitri.
"Pemikiran radikalisme dengan mengafirkan orang lain bahkan sampai menghilangkan nyawa manusia lainya tidak bisa diterima dalam Islam. Oleh karena itu, Mei lalu, kami menggelar Forum International Summit of Moderate Islamic Leaders (ISOMIL). Kami ingin Indonesia menjadi penggerak sekaligus pelopor bagi perdamaian di dunia," ujar Sekjen PBNU Ahmad Helmy Faishal Zaini di Jakarta, Rabu (20/7).
BACA JUGA: Ingin Cepat Diangkat CPNS? Ini Saran Menteri Yuddy
Pernyataan ini sekaligus menanggapi adanya video ancaman ISIS di dunia maya untuk menyerang negara-negara Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Filipina. Ancaman ini jelas tidak main-main, apalagi faktanya di ASEAN banyak pengikut dan simpatisan ISIS.
Helmy menilai, pihaknya akan terus menggalang kekuatan, terutama dengan negara-negara yang hadir di ISOMIL kemarin. Antara lain Sudan, Libia, Aljazair, India, Rusia, Maroko, Thailand, Inggris, Senegal, Lithuania, Spanyol, Yunani, Korea Selatan, Yordan, Pakistan, Malaysia, Tunisia, dan Saudi Arabia.
BACA JUGA: Politikus Golkar Segera Berstatus Terdakwa
Kekuatan bersama dalam menciptakan perdamaian dan menangkal setiap aksi terorisme, diharapkan bisa efektif menangkal ancaman-ancaman tersebut.
Selain itu, kata Helmy, dengan digelarnya ISOMIL, Indonesia ingin memperlihatkan bahwa kehidupan beragama di Indonesia bisa berdampingan dengan semua suku, agama dan golongan tanpa ada gesekan atau pertikaian di antara anak bangsa, dalam Islam nusantara.
BACA JUGA: Menteri Yuddy: Saya Sudah Selesaikan Tugas Saya
"Islam Nusantara bukanlah agama baru, namun sejatinya Islam Nusantara telah ada di Indonesia sejak ratusan tahun yang lalu. Ambil contoh, di Indonesia ada Candi Borobudur sebagai simbol keagamaan orang Budha, namun tidak pernah menjadi masalah di tengah umat muslim yang mayoritas, beda halnya dengan negara lain,” katanya.
“Dengan adannya acara ISOMIL tersebut secara tidak langsung kita ingin mengimpor pemikiran dan cara keberagamaan orang Indonesia ke luar sehingga bisa menjadi rule model bagi negara-negara lain dalam mengaplikasikan keberagamaannya," papar Helmy.
Helmy mengungkapkan bahwa perang melawan terorisme bukanlah sesuatu yang main-main, tapi betul sungguh-sungguh untuk dilaksanakan.
Peran para ulama dan pemimpin agama di Indonesia sendiri terus memberi edukasi kepada para umat dan warga bahwa cara-cara yang dilakukan kelompok teroris itu bukanlah cara orang yang beragama.
“Karena agama Islam itu menjunjung tinggi kemanusiaan, sementara yang dilakukan kelompok terorisme itu menistakan kemanusiaan. Bom bunuh diri itu juga bukan bagian dari jihad, tetapi sesat,” ungkapnya.
Menurut Helmy, Islam itu agama yang mengajarkan kita kepada kedamaian. Karena dalam Alquran itu dikatakan bahwa islam itu adalah agama yang rahmatan lil alamin.
“Jadi kalau ada orang yang mengatasnamakan Islam dengan meneriakkan takbir dan sebagainya tetapi perilakunya merusak tatanan kehidupan manusia, maka pada hakikatnya dia telah bertentangan dengan ajaran islam,” ujarnya
Pria yang pernah menjadi Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal pada Kabinet Indonesia Bersatu II ini menambahkan, para ulama di Indonesia saat ini sedang mengembangkan tri ukhuawah.
Yaitu ukhuawah persaudaraan antar umat islam, ukhuawah persaudaraan kebangsaan, dan yang universal yakni ukhuwah persaudaraan antarsesama umat.
“Ukhuawah persaudaraan antar esama umat yakni membantu satu dengan yang lain jangan berdasarkan atas kesamaan asal-usul. Jadi siapa pun yang memerlukan bantuan kita dari bangsa manapun, golongan manapun, warna kulit manapun hendaknya kita tetap saling membantu secara persaudaraan,” katanya.
Menurutnya, para ulama Indonesia punya pekerjaan baru untuk mengekspor wawasan Islam yang damai di berbagai negara. Mengingat yang terjadi sekarang ini telah mendengar berbagai macam kejadian bom seperti di negara seperti Indonesia, Arab Saudi, Irak, Malaysia, Thailand, Turki dan sebagainya.
“Dan aksi tersebut pasti by design. Tidak ada yang kebetulan di waktu yang hampir bersamaan di berbagai macam tempat. Maka untuk itu ini sudah merupakan warning bagi bangsa kita. Beruntung aparat keamanan kita sudah melakukan tindakan tegas untuk menanggulangi masalah itu. Tapi itu tidak cukup karena ke depan ancaman pasti akan lebih berat,” pungkasnya. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... MPR Pastikan Tak Ada Niat Ambil Alih Pilpres
Redaktur : Tim Redaksi