jpnn.com, JAKARTA - Video demo menolak penerapan full day school yang diduga dilakukan oleh santri Nahdlatul Ulama menjadi viral.
Dalam video itu terdapat teriakan untuk membunuh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy.
BACA JUGA: Anak-Anak Ucapkan Kalimat Kasar dalam Demo Tolak FDS, Ini Kata KPAI
Namun, video tersebut ternyata hoaks. Hal ini disampaikan oleh Sekretatis Jenderal PBNU Helmy Faishal Zaini.
Dari hasil pelacakan yang diilakukan PBNU, video itu pertama kali diunggah oleh situs portal-islam.id pada Minggu (13/8).
BACA JUGA: Jokowi Kembali Tegaskan Tak Ada Keharusan Sekolah Terapkan Full Day School
"Dari video tersebut bergulir sebuah isu yang mengatakan bahwa demo dilakukan oleh santri yang notabene merupakan nahdiyin," kata Helmy dalam keterangan tertulis, Senin (14/8).
Menurut Helmy, berita mengenai demo tersebut memiliki agenda untuk menyudutkan NU.
BACA JUGA: Jokowi Bisa Kehilangan Dukungan dari Kalangan Nahdliyin
PBNU telah melakukan klarifikasi dan menerima laporan bahwa aksi itu terjadi di Lumajang.
PBNU pun mendapatkan klarifikasi dari Aliansi Masyarakat Peduli Pendidikan Indonesia (AMPPI) sebagai penanggung jawab aksi yang ditandatangani oleh Gus Nawawi selaku Koordinator Umum Aksi dan Koordinator Lapangan Aksi Khoirun Nasichin.
AMPPI menjelaskan mengenai kronologi demo menolak penerapan full day school.
Pada Senin (7/8) pukul 08.00 WIB, seluruh pimpinan aksi sudah berkumpul di tempat utama aksi.
Tidak ada acara long march karena acara utamanya adalah istigasah.
Setelah pimpinan aksi berkumpul, peserta aksi mulai berdatangan dan aparat keamanan berseragam lengkap juga sudah berjaga di lokasi.
Sekitar pukul 08.30 WIB, peserta aksi dari beberapa pondok pesantren sekitar lokasi aksi berjalan kaki.
Sebelum masuk arena, peserta aksi meneriakan yel-yel yang tidak jelas karena banyaknya massa yang hadir.
Melihat situasi itu, korlap aksi bersama keamanan dari Polres Lumajang berupaya mengendalikan massa dengan meminta peserta aksi untuk bergabung kedalam barisan istigasah.
Pukul 08.45 WIB, semua massa terkendali dan mengikuti acara istigasah dengan khidmat yang dipimpin oleh KH Ahmad Hanif dan KH Ahmad Qusairy dari Syuriyah PCNU Lumajang.
Pukul 09.30 WIB dilanjutkan dengan orasi oleh korlap yang berisi tuntutan pencabutan Permendikbud no 23 tahun 2017.
Setelah itu, dilanjutkan dengan statement Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Lumajang dan diiringi pernyataan sikap oleh Kordum aksi, Gus Nawawi.
Pukul 10.15 WIB acara doa bersama dan peserta aksi membubarkan diri dikawal oleh polsek masing-masing kecamatan.
Pukul 00.00 WIB dilaporkan oleh pihak keamanan Polres Lumajang bahwa seluruh peserta aksi sampai ke rumah masing-masing dengan selamat.
Helmy menjelaskan, berdasarkan keterangan AMPPI bahwa acara aksi damai menolak kebijakan full day school lima hari sekolah telah mendapat izin dari pihak Polres Lumajang Nomor STTP/02/VIII/2017/SAT.IK.
Kemudian, konten acara aksi damai tolak full day school lima hari sekolah di Kabupaten Lumajang pada 7 Agustus 2017 berisi doa bersama dan istigasah dipimpin oleh Katib Syuriyah PCNU Lumajang.
"Terkait anak-anak yang hadir pada acara tersebut adalah santri yang diajak oleh orang tua (wali santri)," ucap Helmy. (gil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sekolah Lima Hari, Begini Pendapat Siswa dan Ortunya
Redaktur & Reporter : Gilang Sonar