PDASHL Hijaukan Kembali Sumsel Lewat Bibit Berkualitas

Rabu, 15 Agustus 2018 – 21:31 WIB
Tanaman tumpangsari karet dengan nenas di Desa Teluk Jaya KecamNatan Kelekar, Muara Enim. Foto: Natalia Fatimah Laurens/JPNN

jpnn.com, MUARA ENIM - Ditjen Pengendalian DAS dan Hutan Lindung (PDASHL) melalui Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Wilayah I berupaya meningkatkan kembali Indeks Lingkungan Hidup di Sumatera Selatan dari yang sebelumnya sebesar 2,74 persen pada 2016.

Upaya itu dilakukan setelah terjadi kerusakan sumber daya hutan dan lahan di Sumsel di waktu yang lalu.

BACA JUGA: Hutan Produksi Kemampo, Tumpuan Harapan Warga Banyuasin

"Hal ini disebabkan antara lain menurunnya tutupan lahan dan kebakaran serta penebangan liar," ujar Kepala Seksi Sertifikasi dan Peredaran Benih Tanaman Hutan BPTH Wilayah I, Mahendra Harjianto pada JPNN saat melakukan kunjungan ke Desa Teluk Jaya dan Desa Pelempang, Kecamatan Kelekar, Kabupaten Muara Enim, Sumsel.

Untuk meningkatkan indeks lingkungan hidup tersebut perlu penanaman pohon sebanyak-banyaknya.

BACA JUGA: Kebun Benih Semai, Selamatkan 3 Tanaman Asli Bumi Sriwijaya

Karena itu BPTH Wilayah I gencar memproduksi dan membagikan bibit tanaman hutan berkualitas dan jenis Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang dibagikan secara gratis kepada masyarakat di Sumsel.

Kepala Seksi Sertifikasi dan Peredaran Benih Tanaman Hutan BPTH Wilayah I, Mahendra Harjianto saat bersama kelompok tani di Desa Teluk Jaya

Bibit tanaman hutan yang disediakan dan dibagikan antara lain Bambang lanang, Tembesu, Jabon, Gaharu, Sengon dan Mahoni.

Sedangkan Bibit Hasil Hutan Bukan Kayu antara lain karet, durian, petai, salam, dan sirsak.

"Masyarakat di Sumatera Selatan umumnya menginginkan jenis Karet (Hevea brasiliensis) yang lebih dominan dibanding jenis tanaman lainnya. Akan tetapi kami tetap berikan jenis tanaman lainnya terutama jenis tanaman kehutanan yang disesuaikan dengan ketersediaan dan kondisi lahan," tegas Mahendra.

Bibit-bibit tanaman tersebut diserahkan BPTH Wilayah I kepada ketua kelompok tani setiap desa, selanjutnya dibagikan kepada anggota dan masyarakat lain di desa.

Mahendra mengatakan pada 2017 Persemaian Permanen Sukomoro yang dikelola BPTH Wilayah I telah memproduksi dan membagikan bibit tanaman hutan dan HHBK sebanyak 1.800.000 batang kepada instansi, perguruan tinggi, masyarakat di Sumsel.

Dengar pendapat masyarakat terkait manfaat yang diperoleh dari adanya bantuan bibit gratis dari BPTH Wil I Dit PDASHL KLHK. Foto: Natalia/JPNN

Khusus di Kabupaten Muara Enim pada 2017 telah terdistribusi sebanyak 775. 220 batang atau ekuivalen seluas 775 hektar area tanam yang tersebar di 38 Desa dan 5 Kecamatan.

Di antaranya Gelumbang, Sungai Rotan, Kelekar, Lembak, dan Belida Darat.

Mahendra berharap pembagian bibit ini bukan hanya membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat lewat bertani tanaman hutan tetapi juga memenuhi upaya Ditjen PDASHL KLHK untuk meningkatkan indeks lingkungan hidup melalui penghijauan kembali.

"Kami harapkan pembagian bibit bisa menumbuhkan minat masyarakat untuk menanam dan memelihara pohon sehingga bisa menjadi lifestyle masyarakat di Muara Enim dan Indonesia. Dengan demikian bisa membangun daerah dan negeri lebih hijau," ujarnya.

Tim Dit PTH dan BPTH Wil I bersama kelompok tani penerima bibit di Desa Teluk Jaya, Muara Enim.

Kepala BPTH Wil I Nelsi Adelina yang datang bersama staf tim Dit Perbenihan Tanaman Hutan Ditjen PDASHL bertemu langsung dengan anggota KT Tani Makmur di Kecamatan Kelekar Kabupaten Muara Enim.

Di lokasi tanaman, rombongan berdiskusi santai dengan para petani terkait penanaman sekaligus memberikan masukan dan saran untuk pemanfaatan bibit bantuan yang telah diberikan.

Kunjungan ini juga untuk memastikan bahwa semua bibit bantuan yang diberikan BPTH Wilayah I ditanam dan dimanfaatkan dengan baik dan benar oleh masyarakat.

Terbukti bibit karet yang diberikan pada 2017 tumbuh dan terpelihara dengan baik.

Masyarakat di Kecamatan Kelekar memanfaatkan lahannya semaksimal mungkin dengan menanam jenis tanaman hutan dan HHBK dengan tumpang nenas.

Nenas sudah menjadi sumber mata pencaharian tetap masyarakat yang saat ini sudah menjadi salah satu sentra produksi di Sumsel.

"Diprediksi pada kurun waktu sekitar 25-30 tahun ke depan, Sumatera Selatan khususnya Kabupaten Muara Enim akan lebih hijau dan meningkat indeks lingkungan hidup di Sumatera Selatan," kata Mahendra. (flo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler