PDIP Bakal Wajibkan Kada Injakkan Kaki ke Kilometer Nol di Sabang dan Merauke

Sabtu, 24 September 2022 – 01:00 WIB
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto meresmikan kantor DPC PDIP Aceh Besar, Provinsi Aceh, Jumat (23/9). Foto: DPP PDIP

jpnn.com, ACEH - Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengupayakan kepala daerah dari partainya agar berkunjung ke Kilometer Nol di Sabang, Aceh dan Marauke, Papua.

Hasto mengatakan itu seusai mengunjungi Tugu Kilometer Nol sekaligus bersilaturahmi dengan tokoh masyarakat setempat di Kota Sabang, Jumat (23/9) malam.

BACA JUGA: Junimart PDIP Sebut Andi Arief Frustrasi dan Beropini Sesat

"Dari Kilometer Nol inilah, kami merasakan langsung Indonesia Raya kita. Banyak pejabat dan elite yang melihat Indonesia hanya dari peta saja, tanpa merasakan langsung wilayah Indonesia kita yang luar biasa. Belum lagi sejarah peradabannya, karya kebudayaannya, maka Indonesia adalah satu kesatuan kebudayaan yang satu jiwa," ujar Hasto.

Hasto melanjutkan Bung Karno menyebut Indonesia ialah dari Sabang sampai Merauke, yang mencerminkan tekad dan satu kesadaran sosial bagi kepeloporan Indonesia bagi dunia.

BACA JUGA: Sekjen PDIP Dorong Pemerintah Majukan Infrastruktur di Sabang

"Kami akan wajibkan kepala daerah dari PDI Perjuangan harus menginjakkan kaki ke titik Kilometer Nol di Sabang ini dan juga di Merauke, Papua," tambahnya.

Hasto juga berbicara mengenai kesadaran yang muncul dari peristiwa tsunami Aceh pada 2004. Saat itu, hampir seluruh negara di dunia datang dan memberikan bantuan ke Aceh. Saat itu Aceh terlihat bukan hanya milik Indonesia, tetapi milik dunia karena mengalir bantuan dari berbagai penjuru.

BACA JUGA: Anies Jadikan Pulau G Era Ahok untuk Permukiman, Gembong PDIP Menyindir, Jleb!

"Semua membantu tanpa membedakan di Aceh ini apa suku dan agamanya, tetapi murni karena kemanusiaan. Begitupun Aceh menerima bantuan itu tanpa melihat apa agama dan suku bangsa yang memberikan bantuan, maka tsunami membuka pemahaman bahwa nilai kemanusiaan bekerja. Ini harus membuka kesadaran bahwa kita harus membuka diri. Tentu yang datang harus sesuaikan dengan kebiasaan sini, kultur di sini," kata Hasto.

Hasto lalu memberi contoh bagaimana Jepang membangun sebuah universitas dan memberikan beasiswa bagi warga negara yang membantu mereka saat terjadi bencana akibat tsunami yang ikut merusak reaktor nuklir Fukushima.

"Aceh dengan religiositasnya yang tinggi, kita harus gelorakan semangat terbuka dengan membuka diri, sehingga orang datang ke Aceh dan melihat bahwa Aceh adalah bagian dari Indonesia yang memiliki daya survival yang tinggi dengan budaya termasuk kulinernya yang luar biasa," ujarnya.

Hasto juga mendorong aparat pemerintahan setempat tampil terbuka lewat cara-cara kreatif. Misalnya dengan membuat akun di soaial media, seperti YouTube yang menunjukkan apa yang terjadi di Aceh, masyarakatnya, tradisi minum kopi, dan main catur. Juga mengenai tradisi kulinernya yang luar biasa.

"Mumpung para pemimpin di Aceh masih muda, buatlah terobosan, acara kreatif melalui media sosial untuk umumkan ke Indonesia dan dunia bahwa Aceh luar biasa. Gelorakan visit to Aceh. Saya yakin Aceh akan menjadi destinasi penting," kata Hasto.

Menurut Hasto, seluruh elemen di Aceh harus mendobrak atmosfer yang masih ada kesan sepertinya Aceh ini tertutup. Padahal masyarakatnya sangat ramah, kokoh pada prinsip dan punya kehendak maju yang kuat.

"Sampaikan ke dunia, kita gelorakan semangat untuk menjadi tuan rumah yang baik, dengan Islam dan adat istiadatnya. Karena Aceh identik dengan semangat, struggling, tak pernah menyerah. Ini harus digelorakan," katanya.

Sebelum ke Sabang, Hasto melakukan pengguntingan pita untuk peresmian kantor DPC PDIP Aceh Besar. (tan/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Puan Sebut Capres PDIP Adalah Sosok Yang Sudah Berdarah Buat Partai 


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler