PDIP Pengin Teks Pancasila Dibacakan di Setiap Acara Kampus, Ini Alasannya 

Rabu, 02 Februari 2022 – 19:15 WIB
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto memberikan kuliah umum yang diselenggarakan secara virtual oleh Universitas Negeri Semarang (Unnes), Rabu (2/2). Foto: DPP PDIP.

jpnn.com, JAKARTA - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengusulkan teks Pancasila tetap dibacakan di acara-acara di kampus. Sebab, Pancasila bukan sekadar jalan hidup rakyat Indonesia, tetapi juga konsepsi kepemimpinan negara bagi dunia.

"Perguruan tinggi seharusnya wajib membacakan teks Pancasila pada tiap acara resmi, agar spirit Pancasila yang mengandung cita-cita kemerdekaan dan sekaligus menjawab suatu tata dunia baru setelah Perang Dunia II betul-betul dapat kita rasakan," kata Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto. 

BACA JUGA: Rayakan Imlek, Hasto PDIP Singgung Pembumian Pancasila

Hasto mengungkap itu dalam kuliah umum bertema "Peran Perguruan Tinggi Dalam Pembangunan Ekonomi Hijau dan Digital Menuju Indonesia Emas 2045" yang digelar secara virtual oleh Universitas Negeri Semarang, Rabu (2/2). 

Dalam kesempatan itu, Hasto menyampaikan strategi Proklamator Kemerdekaan RI Bung Karno untuk mewujudkan konsep ekonomi berbasis Pancasila. 

BACA JUGA: Gilbert PDIP Sebut Anggaran JIS 80% dari Jokowi, Anies Baswedan Hanya Gunting Pita

Menurutnya, Bung Karno membangun Indonesia melalui politik tata ruang dengan menetapkan koridor perekonomian strategis. 

Hal itu termuat dalam Pola Pembangunan Semesta Berencana. 

BACA JUGA: Banteng Muda Indonesia Gelar Aksi Tanam Pohon untuk Peringati Hari jadi PDIP

Di dalam penguasaan teknologi atom pun, sudah dirancang dengan baik saat itu.

Hasto berujar di zaman Orde Baru, konsepsi ekonomi didorong oleh kepentingan kapitalisme global, yang dulu membantu melengserkan Bung Karno.

Saat ini, Pemerintahan Jokowi merancang kembali pembangunan ekonomi Indonesia yang terinspirasi dari Pola Pembangunan Semesta Berencana era Bung Karno itu. Jokowi mengamanatkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia dengan pembangunan infrastruktur masif di seluruh Indonesia.

Peran kampus, lanjut Hasto, adalah sebagai penopang kemajuan ini lewat penguasaan iptek, riset dan inovasi yang membumi.

Hasto lalu menceritakan kritik Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri ketika ada seorang Prancis di Sleman, menyewa lahan dan mengembangkan bambu nusantara dengan kultur jaringan. 

Padahal, ilmu kultur jaringan sudah diajarkan di IPB saat Megawati masih menjadi mahasiswa.

Hasto melihat kerap kali riset Indonesia tak memandang secara mendetail apa yang bisa dilakukan dengan potensi lokal untuk membawa kemajuan bagi rakyat.

"Kenapa itu tak dilakukan oleh kita? Maka, inovasi harus dilakukan disertai spirit membangun berdikari, berdiri di atas kaki sendiri," ujar Hasto.

Menurutnya, tolok ukur kemajuan kampus adalah seberapa besar kemampuan mendorong majunya bangsa dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, dan semangat berdikari.

"Albert Einstein mengatakan imagination is more important than knowledge. Maka mari kita berdaya imajinasi,” katanya.

Dia menambahkan ekonomi hijau adalah jalan yang harus ditempuh, fokus yang harus didayagunakan untuk memaksimalkan potensi maritim. 

“Jangan sampai laut kita hanya jadi keranjang sampah raksasa," ujar Hasto.

Politikus asal Yogyakarta itu juga menyatakan Pancasila dan Pola Pembangunan Semesta Berencana yang pernah dibuat di zaman Soekarno sejalan dengan konsep ekonomi hijau dan biru (green and blue economy). 

Dia menegaskan sudah saatnya Indonesia mewujudkannya dan perguruan tinggi berperan besar di dalamnya.

Ketua DPP PDIP Rokhmin Dahuri yang juga jadi pembicara di acara itu menawarkan sejumlah rekomendasi untuk Unnes. 

Di hadapan Rektor Unnes Fathur Rokhman, Rokhmin menginginkan kampus tersebut mendirikan sejumlah fakultas, jurusan, dan penguatan prodi.

Di antaranya adalah Fakultas Kelautan dengan jurusan teknik dan manajemen perkapalan, manajemen pelabuhan dan transportasi laut, coastal and ocean engineering, dan pariwisata bahari.

Lalu, Prodi Teknik Informasi mesti diperkuat dengan hal seperti digitalisasi, Internet of Things, hingga Metaverse untuk aplikasi. Bukan hanya pada sistem rantai pasok, tetapi pada sistem produksi dan industri manufakturing.

Rokhmin juga mendorong penambahan program studi nano bioteknologi dan material baru di Fakultas Teknik. "Tak lupa kampus harus melakukan implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka semaksimal dan sebaik mungkin," pungkas Rokhmin. (tan/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur : Boy
Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler