jpnn.com, JAKARTA - PDI Perjuangan menggelar pertunjukan wayang kulit dalam rangka memperingati peristiwa Kerusuhan 27 Juli 1996 (Kudatuli). Wayangan semalam suntuk itu digelar di pelataran parkir DPP PDIP Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Jumat (28/7) malam.
Dalang pada pergelaran wayang itu adalah Ki Warseno Slank dengan lakon Abimanyu Ranjam. Ceritanya tentang Abimanyu saat menghadapi kelicikan Kurawa dalam Baratayudha.
BACA JUGA: Respons Sekjen PDIP ke Prabowo soal Presidential Threshold Pedas Banget
Menurut Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto, wayang bukan hanya tontonan yang sarat falsafah kehidupan, tetapi juga menjadi media untuk memahami konstelasi politik terkini. "Tampilan politik dalam dunia kontemporer kini juga tecermin dari wayang," ujarnya sebelum pertunjukan wayang dimulai.
Lebih lanjut Hasto menceritakan perjalanan PDIP sejak masih bernama PDI di era Orde Baru dan munculnya Kudatuli. Menurutnya, Kudatuli merupakan puncak intervensi penguasa saat itu untuk membungkam suara arus bawah yang mengharapkan keadilan dan demokrasi pada sosok Megawati Soekarnoputri.
BACA JUGA: PDIP Wayangan, Abimanyu Jadi Inspirasi Memaknai Kudatuli
Kala itu, Megawati yang sudah terpilih menjadi ketua umum PDI hasil kongres luar biasa di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya pada 6 Desember 1993, diganggu dan dirongrong agar terdepak dari pucuk pimpinan partai berlambang kepala banteng tersebut. Hingga akhirnya pada 27 Juli 1996, kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat yang dikuasai pendukung Megawati diambil alih oleh kelompok yang didukung penguasa saat itu.
“Dalam peristiwa Kudatuli kita lihat PDI dihabisi oleh pemerintah dengan mengambil alih kantor secara paksa. Kantor adalah simbol dan tempat pusat pengorganisasian dalam menjalankan semua kegiatan partai,” tegas Hasto.
BACA JUGA: Hmmm... SBY dan Prabowo Bertemu di Tanggal Peringatan Kudatuli
Menurut Hasto, saat itu Sekretaris Jenderal PDI Alex Litaay sudah memberikan masukan kepada Megawati agar memanfaatkan peristiwa itu sebagai momentum politik untuk melakukan revolusi. Namun, kata Hasto melanjutkan, Megawati punya punya pandangan.
Putri Proklamator RI itu percaya bahwa perjuangan tak bisa dilakukan dengan kekerasan dan melanggar hukum. "Maka Ibu Mega mengatakan tak akan melakukan revolusi, tapi akan melakukan gugatan hukum,” sambung Hasto.
Dalam kesempatan itu Hasto juga menyatakan bahwa PDIP di bawah kepemimpinan Megawati terus berupaya menjaga dan mengamalkan Pancasila. Pernyataan itu juga menepis tudingan yang menyebut PDIP sama dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Sebab,
"Jadi salah besar PDIP dituduh sama dengan PKI karena PDIP sangat tegas dan kukuh di bawah Pancasila,” tegasnya.
Politikus asal Yogyakarta itu pun mengaku sudah mengetahui pihak yang selama ini mengembuskan tudingan bahwa PDIP menjadi sarang PKI. Hanya saja, Hasto enggan mengungkap nama politikus yang menyerang PDIP itu.
“Yang membuat tuduhan tak benar itu bagaikan Sengkuni dalam dunia pewayangan. Dan kita tahu siapa Sengkuni itu karena baru saja diruwat di Yogyakarta,” sebutnya.(ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PDIP Gandeng LDP demi Menopang Kerja Sama Indonesia-Jepang
Redaktur & Reporter : Antoni