MENTERI Komunikasi Australia Malcolm Turnbull menyatakan ancaman ISIS terhadap keamanan nasional tidaklah sebesar yang dilontarkan berbagai pihak selama ini. Ia mengingatkan agar perdebatan mengenai pemberantasan terorisme jangan sampai sekadar "karikatur".
Menteri Turnbull membantah pernyataannya ini ditujukan kepada Perdana Menteri Tony Abbott yang selama ini begitu gencar mengecam ISIS sebagai "sekte kematian" dan "akan datang untuk menyerang warga Australia".
BACA JUGA: Pemuda 5 Negara Inginkan MIKTA Seperti Uni Eropa
"Perdana menteri sangat berhati-hati dalam setiap pernyataannya mengenai isu ini," kata Turnbull usai menyampaikan pidato di Sydney Institute.
Menurut dia, ancaman ISIS tidaklah sebesar ancaman yang ditimbulkan Adolf Hitler, misalnya. Namun, katanya, bukan berarti kita harus mengabaikan ancaman ISIS tersebut.
BACA JUGA: Warga Sydney ini Menderita Penyakit Sapi Gila Strain Langka dan Ganas
"Sama pentingnya dengan tidak mengabaikan ancaman ISIS, jangan pula kita terlalu melebih-lebihkannya," kata Menteri Turnbull.
"Daesh (ISIS) itu bukan Jermannya Hitler, Jepangnya Tojo, atau Rusianya Stalin," ujarnya.
BACA JUGA: Di Sela Kegiatan Syuting, Johnny Depp Kunjungi Pasien Anak di RS Brisbane
"Pemimpin ISIS bermimpi untuk, sama seperti tentara Arab di abad ke-7 dan ke-8, akan menyebar ke seluruh Timur Tengah dan Eropa. Mereka menduga tidak lama lagi akan menambatkan tali-tali kudanya di Vatikan," kata Turnbull.
"Namun, Idi Amin pun bukanlah Raja Skotlandia. Kita harus hati-hati jangan sampai memberi secara tidak langsung bisa memberikan kredibilitas kepada kelompok ini," tambahnya.
Turnbull menambahkan, pemberantasan terorisme yang terukur jauh lebih efektif daripada sekadar bertindak keras.
"kebijakan yang tegas bisa popular, bahkan bisa dibenarkan pada saat dikeluarkan, namun tetap saja bisa keliru," kata Turnbull mengutip invasi Amerika Serikat terhadap Irak di tahun 2003 - yang didasarkan atas informasi intelijen yang keliru.
Karena itu, katanya, kebijakan seperti UU yang membatasi kebebasan individu, justru sejalan dengan keinginan para teroris.
"Teroris ingin memprovokasi negara untuk bereaksi keras dan tegas sehingga akan menciptakan kondisi sosial yang cocok untuk proses rekruitmen mereka," katanya. (admin)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Lebih dari 80 Persen Ibu di 4 Negara ini Tetap Konsumsi Alkohol Selama Hamil