SEBAGAI kelompok negara baru, MIKTA (Meksiko, Indonesia, Korsel, Turki dan Australia) memberi banyak harapan kepada negara anggotanya, tak terkecuali bagi para pemudanya. Beberapa di antara mereka bahkan ingin kemitraan ini bisa seperti Uni Eropa. 

Digelar mulai 6 Juli 2015, MIKTA Young Professional Camp memberi keyakinan dan harapan baru pada puluhan pemuda dari 5 negara. Walau masih berusia 2 tahun - sejak dibentuk tahun 2013 di New York - MIKTA dinilai memiliki potensi besar di panggung global.

BACA JUGA: Warga Sydney ini Menderita Penyakit Sapi Gila Strain Langka dan Ganas

Sejumlah pemuda internasional tersebut bahkan menyebut bahwa MIKTA bisa seperti Uni Eropa. Kami hadirkan beberapa sosok pemuda internasional ini:

Ozge Aspolat dari Turki

BACA JUGA: Di Sela Kegiatan Syuting, Johnny Depp Kunjungi Pasien Anak di RS Brisbane


Ozge Ospolat dari Turki. (Foto: Nurina Savitri)

Perempuan yang akrab disapa Ozge ini adalah dosen di Universitas Ekonomi dan Teknologi Tobb, di Ankara. Ia berpendapat bahwa MIKTA adalah komunitas yang penuh potensi bagi negara anggotanya.

BACA JUGA: Lebih dari 80 Persen Ibu di 4 Negara ini Tetap Konsumsi Alkohol Selama Hamil

Dalam MIKTA Young Professional Camp kali ini, Ozge berharap agar kelompok negara ini bisa lebih aktif, terutama dalam melakukan pertukaran budaya di antara negara anggotanya.

“Kita belum terlalu mengenal satu sama lain, jadi saya pikir MIKTA harus lebih aktif dalam melakukan pertukaran orang antar negara anggotanya agar masyarakat di masing-masing negara bisa saling memahami lebih baik,” tuturnya.

Perempuan berusia 26 tahun ini mengatakan, sebagai komunitas yang masih muda, MIKTA juga harus bisa lebih profesional.

“Ini masih muda, saya harap ke depannya MIKTA bisa seperti Uni Eropa, lebih terinstitusionalisasi,” ujarnya.

Bartholomew Rockwell Csorba dari Australia


Bart (tengah) berpose bersama rekan senegaranya, Darcy (kiri), dan Steven Yohanes dari Indonesia. (Foto: Nurina Savitri)

Bartholomew (Bart) mengaku beruntung bisa menjadi bagian dari diskusi pemuda ini meski tak tahu banyak soal MIKTA sebelum ia mengikut Young Professional Camp.

“Sejujurnya saya tak tahu banyak tentang MIKTA sebelum datang ke Seoul. Saya dapat undangannya, dan saya pikir ini kesempatan bagus,” akunya.

Karenanya, ia berpendapat bahwa MIKTA harus berupaya lebih keras agar lebih bisa dikenal masyarakat di masing-masing negara dan masyarakat internasional.

“Ada begitu banyak organisasi multilateral di dunia yang berusaha bekerjasama. Beberapa lebih efektif daripada yang lainnya. Nah, MIKTA harus bisa menempatkan posisinya dan lebih merapatkan barisan di masing-maisng negara anggota,” kemukanya.

Menurut Bart, bidang pendidikan adalah awal yang bagus, karena bidang ini bisa melibatkan pemuda. “Pendidikan tentu langkah yang baik, selain itu melibatkan pengusaha muda juga merupakan langkah yang tepat untuk lebih mengembangkan komunitas ini. MIKTA sudah berusia 2 tahun tapi belum banyak yang tahu. Kita harus bekerja keras,” utaranya.

 

Miguel Angel Torhton Granados dari Meksiko


Miguel (dua dari kanan) berpose bersama rekan senegaranya di wilayah Dongdaemun, Seoul. (Foto: Nurina Savitri)

Menempuh perjalanan belasan jam dari negara asalnya, Miguel mengaku sangat bersemangat mengikuti MIKTA Young Professional Camp ini. Bagi pria yang sedang menempuh studi pasca sarjana di Universitas George Washington, Amerika Serikat ini, masing-masing negara MIKTA memiliki potensi. Namun untuk lebih mengembangkan kelompok negara ini, Miguel mengatakan, diperlukan upaya yang lebih strategis.

“Saya pikir kami harus membua komunitas ini lebih besar, lebih kuat dari sekarang. Ini masih muda, banyak sekali yang harus dilakukan,” sebutnya.

Bertemu dengan puluhan pemuda dengan berbagai latar belakang, pria asal Mexico City ini mengaku bahwa MIKTA adalah komunitas yang sangat menarik.

“Tapi, kami punya tantangan yang besar untuk mengembangkan pemahaman di antara maisng-masing negara, karena kalau tidak, komunitas ini sulit berjalan efektif,” ujarnya.

Onder Aydemir dari Turki


Onder dari Turki. (Foto: Nurina Savitri)

Ketua delegasi Turki ini sedang menyelesaikan studi pasca doktoralnya di Universitas Vienna, Austria. Ia adalah seorang ilmuwan teknik yang tengah mengembangkan kursi roda berteknologi sensor mata.

Pengalaman Onder yang jauh berbeda dengan latar belakang pemuda MIKTA lainnya, membuatnya mampu memberi perspektif lain dalam diskusi MIKTA Young Professional Camp.

Sama seperti kebanyakan anggota delegasi lainnya, Onder tak memiliki pengetahuan banyak soal MIKTA sebelum ia datang ke Seoul.

“Ketika saya melamar untuk ikut Young Professional Camp ini, saya tak tahu banyak soal kelompok negara ini. Ketika saya tahu ternyata ini adalah sarana diplomasi bagi negara-negara ‘middle power’ (berkekuatan menengah), saya juga tak tahu apa itu ‘middle power’. Ya maklum saja, bidang saya adalah teknik,” aku pria yang bekerja di Universitas Teknik Karadeniz, Turki, ini.

Namun kini, pengetahuan Onder soal MIKTA telah bertambah banyak. Ia bahkan menyebut bahwa MIKTA memiliki potensi besar dalam peta kekuatan global.

“Lima negara ini ingin mengimbangi  kekuatan negara besar pada isu-isu global. Ini bukannya tidak mungkin. Ada potensi ke sana. Beberapa negara MIKTA punya karakter yang hampir mirip, misalkan dalam soal eknomi. Karena itu, jika berjalan bersama pasti hasilnya jauh lebih baik dan kuat,” utaranya.

Ia berharap agar MIKTA bisa jauh lebih berkembang dan terus bertahan. “Bagaimanapun juga organisasi ini bisa menolong negara anggotanya untuk lebih maju. Mudah-mudahan MIKTA bisa bertahan lama,” pintanya.

Gayun Jang dari Korea Selatan


Gayun (ke-3 dari kiri) bersama delegasi profesional muda dari negara lain di Dongdaemun, Seoul. (Foto: MIKTA 2015)

Gayun memiliki ketertarikan pribadi pada negara-negara anggota MIKTA selain, tentunya, negaranya sendiri. Karena itu, ketika berhasil terpilih untuk mengikuti Young Professional Camp ini, Gayun sangat bersemangat dan mulai mengingat-ingat mimpinya saat berkuliah sarjana.

“Waktu dulu saya kuliah, saya belajar banyak soal Uni Eropa. Dan kapanpun saya belajar, saya kemudian  berpikir, sepertinya Korea harus memiliki komunitas seperti ini karena ini bisa membuat dunia yang lebih baik bagi Korea dan negara-negara lain,” ungkap perempuan yang kini sedang menempuh studi S2 di Universitas Korea ini.

Walau demikian, pengetahuan soal MIKTA tak banyak didapatnya sebelum mengikuti Young Professional Camp. Gayun-pun lantas mengutarakan keinginannya soal MIKTA.

“Kelompok ini masih baru, belum ada pencapaian besar yang bisa dipamerkan ke negara-negara lain. Tapi jika kami bekerjasama erat, hal itu pasti bisa terkejar.”

Ia mengungkapkan, MIKTA Young Professional Camp ini adalah salah satu cara dasar untuk mengembangkan dan menggali potensi MIKTA.

“Di forum ini, kami (pemuda) bisa bicara apa saja, mendiskusikan apa saja, bahkan sedikit melupakan kepentingan internasional. Kalau semangat ini terus dijaga, saya rasa MIKTA bisa berkembang pesat, walau tentu tak mudah ke arah sana,” sebutnya. (admin)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia Pilih Ketua Baru

Berita Terkait