Pejabat Blusukan Biasa, tapi yang Ini Beda

Pegang Ayam Sambil Bilang: Ini Matanya Bagus, Bulunya Juga

Rabu, 21 Januari 2015 – 07:22 WIB
PERSIAPAN PINDAH: Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Syaiful Hidayat melakukan sidak tempat penampungan ayam di kawasan Pisangan Baru, Jakarta Timur, Selasa (20/1). Foto: Haritsah Almudatsir/Jawa Pos

jpnn.com - JAKARTA – Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidajat termasuk pejabat yang rajin blusukan. Selasa (20/1) dia giliran berkunjung ke rumah penampungan ayam (RPA) di Jalan Pisangan Baru Utara, Jakarta Timur. Mantan wali kota berprestasi asal Jawa Timur itu menyambangi RPA untuk menindaklanjuti aspirasi warga.

”Daripada Bapak susah-susah datang ke balai kota, mending saya yang datang. Kan kita bisa sama-sama lihat kondisinya dan mendiskusikan bareng-bareng,’’ ujar mantan wali kota Blitar itu dengan ramah.

BACA JUGA: Hari Ini Ahok Mutasi 700 Pejabat DKI

Djarot tiba di lokasi sekitar pukul 14.30. Tampak pula dalam kunjungan itu, antara lain, Bambang M. (wali kota Jakarta Timur ), Agung Priyambodo (Kabid Peternakan DKI), Hari Nugroho (camat Matraman), Sri Ratnawati (lurah Pisangan Baru), Bayu Sari Hastuti (kepala Suku Dinas Kelautan, Pertanian, dan Ketahanan Pangan Jakarta Timur).

RPA yang dikunjungi Djarot tersebut berlokasi di permukiman warga dan tidak jauh dari kantor kelurahan. Sebetulnya, keberadaan RPA itulah yang diadukan ke Djarot. Sebab, bau dari RPA sangat menyengat.

BACA JUGA: Outlander Ngebut, Tiga Orang Tewas

Sebenarnya, RPA tersebut sudah disegel petugas. Sebagai gantinya, RPA itu akan direlokasi ke tempat lain, tetapi ternyata masih beroperasi.

Turun dari mobil, Djarot langsung mengunjungi RPA milik Handayani, 52. Dia tampak berbincang akrab dengan pemilik RPA. Dialog itu mengalir seperti sesama peternak, tanpa ada sekat birokrasi. Di hadapan Wagub, Handayani menyampaikan harapannya. ”Kami mau pindah, Pak, asal tempatnya lebih bagus dari sekarang,” katanya.

BACA JUGA: Camat Todongkan Airsoft Gun, BKD DKI Siapkan Pemeriksaan

Menurut Yani, panggilan Handayani, kondisi RPA yang berlokasi di Rawa Bebek tersebut sangat tidak layak. "Di sini, setiap hari masuk empat truk ayam. Satu truk isinya 3 ton. Jadi, setiap hari bisa sekitar 10.000 ton,’’ ujar dia.

Yani juga setuju relokasi. Tetapi, relokasi mesti dilakukan serentak atau tidak bertahap. Sebab, tempat pindah di Rawa Bebek maupun Rawa Terate sangat jauh. Jika tidak serentak, dia khawatir langganannya berpindah ke RPA yang lokasinya lebih dekat. ’’Di mana pun itu nggak apa-apa, asal bareng,” harapnya.

Djarot mendengarkan setiap aspirasi warga. Dia mengatakan, relokasi RPA semata-mata bertujuan untuk kebaikan bersama, serta mempermudah pengawasan. Baik tentang kualitas ayam maupun kebersihannya. ”Tapi, itu butuh kesadaran Anda semua. Keamanan, kebersihan, maupun penataan tidak bisa hanya dilakukan pemerintah,” jelas dia.

Dalam kesempatan itu, Djarot juga meminta warga membantu wali kota maupun camat setempat. ”Semua yang kurang akan diperbaiki secara bertahap. Nanti Pak Wali yang sesuaikan peruntukannya, termasuk pengolahan limbahnya,” lanjutnya.

Djarot tidak segan masuk kandang ayam. Dia menunjukkan ayam yang kondisinya baik. ”Ini nih ayam yang sehat. Matanya bagus, bulunya juga,” terang dia.

Sebelum ke RPA Pisangan Baru Utara, Djarot blusukan ke Terminal dan Pasar Senen, Jakarta Pusat. Tujuannya, memantau tarif angkutan umum dan harga sembako setelah pemerintah menurunkan harga BBM. Dengan mengenakan topi merah bertulisan Enjoy Jakarta, dia berdialog dengan beberapa calon penumpang angkutan umum.

Djarot menanyakan berapa tarif baru yang harus dibayar setiap naik angkutan umum. ”Rp 4.000, Pak. Masih sama (dengan sebelum harga BBM turun),” kata Fajar Fitria, 29, perempuan berkerudung yang ada di dalam angkutan umum.

Dia terus berbincang dengan penumpang lain. Djarot pun membenarkan harga BBM turun. Jadi, seharusnya tarif angkutan umum juga turun. Dia berjanji kepada para penumpang akan mendiskusikannya bersama Organda.

Untuk mengetahui alasan para sopir kendaraan umum tidak menurunkan tarif, politikus PDI Perjuangan tersebut langsung bertanya kepada mereka. Salah seorang sopir itu adalah Misbah. Pria 36 tahun tersebut mengatakan, dirinya belum menurunkan tarif karena menunggu keputusan resmi dari Dinas Perhubungan DKI. ”Belum ada keputusan dari dishub, Pak,” katanya.

Djarot lantas melanjutkan blusukan dengan mengamati setiap bus dan angkutan umum yang berjajar di tempat tersebut. Lokasi pasar yang berdampingan dengan terminal dimanfaatkannya untuk memantau harga bahan pokok di pasar.

Kedatangan Djarot lagi-lagi disambut antusias oleh para pegadang. Ada yang bersalaman, ada juga yang berfoto. ”Pokoknya, para pedagang tertib ya, termasuk soal harga,” ujar dia lalu tersenyum.

Saat berdialog dengan pedagang, Djarot menerima keluhan rencana perombakan pasar. Dia pun menjelaskan, pihaknya tidak akan menghilangkan pasar tradisional di Jakarta. Malah, pemprov bakal terus menggalakkan dan mendukung aktivitas perekonomian di pasar tradisonal. Selain itu, pemprov akan merevitalisasinya agar terlihat bersih dan rapi.

”Jadi, nggak ada lagi pasar-pasar yang becek dan bau,” jelasnya yang langsung disambut gembira oleh pedagang. (rya/fai/co1/hud)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Besok Dilantik, Banyak Pejabat DKI Belum Pegang SK Pelantikan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler