Pekanbaru, Kota Wisata dan Surga Kuliner Khas Melayu

Selasa, 11 November 2014 – 12:33 WIB

jpnn.com - PEKANBARU merupakan ibukota Provinsi Riau. Kota yang beberapa kali menyabet prediket sebagai kota terbersih di Indonesia ini, memiliki objek wisata yang layak untuk dikunjungi. Tak lupa di kota ini tersedia beraneka ragam jenis wisata budaya dan kuliner bagi para pecinta jalan-jalan dan makan.

 

BACA JUGA: Unikama Membara, Saling Tembak Sampai Sobek Bendera

Dahulunya kota ini dikenal dengan nama Senapelan yang dipimpin oleh seorang kepala suku yang disebut Batin. Sejarah kota ini tidak terlepas dari fungsi Sungai Siak sebagai salah satu sarana transportasi dalam transaksi jual beli para saudagar melalui Selat Malaka. Kota ini merupakan kota perdagangan dan jasa, termasuk sebagai kota dengan tingkat pertumbuhan, migrasi dan urbanisasi yang tinggi.

 

BACA JUGA: Tolak Pasok Listrik ke PLN, Ribuan Karyawan PT Inalum Demo

Pekanbaru mempunyai satu bandar udara internasional, yaitu Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II,dan terminal bus terminal antar kota dan antar provinsi Bandar Raya Payung Sekaki, serta dua pelabuhan di Sungai Siak, yaitu Pelita Pantai dan Sungai Duku. Saat ini Kota Pekanbaru sedang berkembang pesat menjadi kota dagang yang multi-etnik, keberagaman ini telah menjadi modal sosial dalam mencapai kepentingan bersama untuk dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakatnya

 

BACA JUGA: MenPAN-RB Usut Kasus Pelantikan 200 Pejabat Gorut

Perkembangan kota ini pada awalnya tidak terlepas dari fungsi Sungai Siak sebagai sarana transportasi dalam mendistribusikan hasil bumi dari pedalaman dan dataran tinggi Minangkabau ke wilayah pesisir Selat Malaka. Pada abad ke-18, wilayah Senapelan di tepi Sungai Siak, menjadi pasar (pekan) bagi para pedagang dari dataran tinggi Minangkabau.

 

Seiring dengan berjalannya waktu, daerah ini berkembang menjadi tempat pemukiman yang ramai. Pada tanggal 23 Juni 1784, berdasarkan musyawarah "Dewan Menteri" dari Kesultanan Siak, yang terdiri dari datuk empat suku Minangkabau (Pesisir, Limapuluh, Tanah Datar, dan Kampar), kawasan ini dinamai dengan Pekanbaru, dan dikemudian hari diperingati sebagai hari jadi kota ini.

 

Berdasarkan Besluit van Het Inlandsch Zelfbestuur van Siak No.1 tanggal 19 Oktober 1919, Pekanbaru menjadi bagian distrik dari Kesultanan Siak. Namun pada tahun 1931, Pekanbaru dimasukkan ke dalam wilayah Kampar Kiri yang dikepalai oleh seorang controleur yang berkedudukan di Pekanbaru dan berstatus landschap sampai tahun 1940. Kemudian menjadi ibukota Onderafdeling Kampar Kiri sampai tahun 1942. Setelah pendudukan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, Pekanbaru dikepalai oleh seorang gubernur militer yang disebut gokung.

 

Selepas kemerdekaan Indonesia, berdasarkan Ketetapan Gubernur Sumatera di Medan tanggal 17 Mei 1946 Nomor 103, Pekanbaru dijadikan daerah otonom yang disebut Haminte atau Kotapraja. Kemudian pada tanggal 19 Maret 1956, berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1956 Republik Indonesia, Pekanbaru (Pakanbaru) menjadi daerah otonom kota kecil dalam lingkungan Provinsi Sumatera Tengah. Selanjutnya sejak tanggal 9 Agustus 1957 berdasarkan Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 Republik Indonesia, Pekanbaru masuk ke dalam wilayah Provinsi Riau yang baru terbentuk. Kota Pekanbaru resmi menjadi ibu kota Provinsi Riau pada tanggal 20 Januari 1959 berdasarkan Kepmendagri nomor Desember 52/I/44-25 sebelumnya yang menjadi ibu kota adalah Tanjungpinang (kini menjadi ibu kota Provinsi Kepulauan Riau).

 

Secara geografis kota Pekanbaru memiliki posisi strategis berada pada jalur Lintas Timur Sumatera, terhubung dengan beberapa kota seperti Medan, Padang dan Jambi, dengan wilayah administratif, diapit oleh Kabupaten Siak pada bagian utara dan timur, sementara bagian barat dan selatan oleh Kabupaten Kampar.

 

Kota ini dibelah oleh Sungai Siak yang mengalir dari barat ke timur dan berada pada ketinggian berkisar antara 5 - 50 meter di atas permukaan laut. Kota ini termasuk beriklim tropis.

 

Sebelum tahun 1960 Pekanbaru hanyalah kota dengan luas 16 km² yang kemudian bertambah menjadi 62.96 km² dengan 2 kecamatan yaitu kecamatan Senapelan dan kecamatan Limapuluh. Selanjutnya pada tahun 1965 menjadi 6 kecamatan, dan tahun 1987 menjadi 8 kecamatan dengan luas wilayah 446,50 km², setelah Pemerintah daerah Kampar menyetujui untuk menyerahkan sebagian dari wilayahnya untuk keperluan perluasan wilayah Kota Pekanbaru, yang kemudian ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1987. Kemudian pada tahun 2003 jumlah kecamatan pada kota ini dimekarkan menjadi 12 kecamatan.

 

Sejak tahun 2010, Pekanbaru telah menjadi kota ketiga berpenduduk terbanyak di Pulau Sumatera, setelah Medan dan Palembang. Laju pertumbuhan ekonomi Pekanbaru yang cukup pesat, menjadi pendorong laju pertumbuhan penduduknya.

 

Etnis Minangkabau merupakan masyarakat terbesar dengan jumlah sekitar 37,96% dari total penduduk kota. Mereka umumnya bekerja sebagai profesional dan pedagang. Jumlah mereka yang cukup besar, telah mengantarkan Bahasa Minang sebagai salah satu bahasa pergaulan yang digunakan oleh penduduk kota Pekanbaru selain Bahasa Melayu atau Bahasa Indonesia.

 

Selain itu, etnis yang juga memiliki proporsi cukup besar adalah Melayu, Jawa, Batak, dan Tionghoa. Perpindahan ibu kota Provinsi Riau dari Tanjungpinang ke Pekanbaru pada tahun 1959, memiliki andil besar menempatkan Suku Melayu mendominasi struktur birokrasi pemerintahan kota. Namun sejak tahun 2002 hegemoni mereka berkurang seiring dengan berdirinya Provinsi Kepulauan Riau dari pemekaran Provinsi Riau.

 

Masyarakat Jawa awalnya banyak didatangkan sebagai petani pada masa pendudukan tentara Jepang, sebagian mereka juga sekaligus sebagai pekerja romusha dalam proyek pembangunan rel kereta api. Sampai tahun 1950 kelompok etnik ini telah menjadi pemilik lahan yang signifikan di Kota Pekanbaru. Namun perkembangan kota yang mengubah fungsi lahan menjadi kawasan perkantoran dan bisnis, mendorong kelompok masyarakat ini mencari lahan pengganti di luar kota, namun banyak juga yang beralih okupansi.

Wisata di Kota Pekanbaru

 

Jika mengunjungi kota Pekanbaru, terdapat beberapa lokasi yang layak dikunjungi. Seperti Masjid Agung An-Nur. Mesjid agung Riau ini terletak di pusat kota Pekanbaru. Ini merupakan mesjid Provinsi dengan bentuk bangunan yang unik dan menarik. Disainnya melambangkan keagungan dan kebesaran-Nya. Di lokasi Mesjid Agung An Nur terdapat fasilitas yang lengkap. Mulai dari taman yang lengkap hingga Islamic Center.

 

Bagi Anda penikmat wisata edukasi, tepat kiranya untuk berkunjung ke perpustakaan Soeman H.S. Perpustakaan yang berada di antara gedung-gedung tinggi milik pemerintah ini, diresmikan oleh Wakil presiden Jusuf Kalla pada tahun 2008. Perpustakaan termegah di Indonesia ini, memiliki enam lantai dengan fasilitas super lengkap. Bentuk dari arsitektur bangunan Perpustakaan Soeman H.S juga sangat unik dan mirip seperti sebuah buku yang terbuka.

 

Sedangkan bagi penikmat wisata alam, kota Pekanbaru juga memiliki komplek wisata Alam Mayang. Lokasinya terletak di jalan H. Imam Munandar, Kecamatan Bukit Raya. Alam Mayang merupakan nama dari sebuah kolam atau sarana tempat pemancingan ikan serta taman yang luas untuk rekreasi keluarga.

 

Kota Pekanbaru juga memiliki wisata religi dengan mengunjungi Mesjid Raya dan Makam Marhum Bukit serta Makam Marhum Pekan yang berada di Kecamatan Senapelan. Mesjid Raya merupakan mesjid tertua di Kota Pekanbaru sebagai bukti bahwa Kerajaan Siak Sri Indrapura pernah bertahta di kota ini. Arsitekturnya tradisional dan sangat menarik.

Mesjid ini dibangun pada abad 18 pada masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil Muazzam Syah dan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah sebagai sultan keempat dan kelima dari Kerajaan Siak Sri Indrapura. Di areal mesjid ini terdapat sumur yang mempunyai nilai magis untuk membayar zakat atau nazar yang dihajatkan sebelumnya. Masih dalam areal kompleks mesjid terdapat Makam Sultan Marhum Bukit dan Marhum Pekan sebagai pendiri Kota Pekanbaru. Marhum Bukit tak lain adalah Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah.

Tak jauh dari mesjid ini ada obyek wisata belanja bernama pasar bawah. Di pasar tertua di Pekanbaru ini dijual beragam karpet, tas, aksesoris, souvenir seperti gantungan kunci dan aneka makanan ringan.. Di lantai dasarnya juga berjejer penjual ikan asin yang menjadi salah satu makanan khas masyarakat tempatan.

 

Citarasa Kuliner Kota Pekanbaru

Jika mengunjungi Pekanbaru, tentu tak lengkap tanpa merasakan wisata kulinernya. Ada berbagai macam kuliner yang khas di Pekanbaru. Anda wajib mencoba masakan khas gulai ikan patin. Kuliner ini merupakan kuliner wajib jika mengunjungi Pekanbaru. Salah satu tempat yang menyediakan gulai ikan patin nikmat adalah rumah makan Pondok Patin H Yunus di Jalan KH Nasution, Simpang Tiga dan Pondok Gurih, Jalan Jenderal Sudirman, Pekanbaru.

Lalu ada gulai ikan baung. Ini merupakan adalah jenis ikan air tawar yang banyak diternakan di Pekanbaru. Tekstur daging ikan yang padat namun lembut terasa sangat pas dipadukan dengan bumbu asam pedas yang menggugah selera. Rasa gurih, pedas, dan asam menjadi satu masakan yang lezat yang harus dicoba. Beberapa rumah makan khas melayu menyediakan menu ini.

Jika mengunjungi Pekanbaru, jangan lupa untuk mencicipi kuliner roti jala. Ciri khas roti ini ialah jika pada umumnya roti berisi cokelat, pisang, susu, atau keju. Maka roti jala merupakan roti dengan kuah kari kambing dan acar nanas. Makanan ini bisa ditemui di beberapa rumah makan khas melayu.

Makanan lain yang pas untuk dijadikan oleh-oleh dari Pekanbaru adalah lempuk dan pancake durian. Hampir di semua tempat penjualan oleh-oleh, selalu menyediakan jenis kuliner ini. Durian Pekanbaru memang menjadi salah satu kuliner wajib yang harus dicoba. Hanya di Pekanbaru, durian biasa disajikan dengan pulut atau ketan putih serta taburan kelapa parut yang dapat menambah kelezatan.

Selain kuliner di atas tadi, Pekanbaru juga terkenal dengan berbagai kuliner khas seperti bolu kemojo, asidah dan kue Bangkit. Diberi nama kue bangkit karena ukuran dari kue ini setelah matang dan dikeluarkan dari oven akan berukuran dua kali lipat dari ukuran adonan semula. Warna kue bangkit ini putih kekuningan dan kadang dipercantik dengan diberi noktah berwarna merah di atasnya. Tekstur kue bangkit yang sangat halus dan gampang remuk. Kue bangkit akan lumer di dalam mulut dan mempunyai rasa yang renyah ketika dikunyah. Rasanya yang manis ini menjadi daya tarik bagi anak-anak. Mudah ditemukan di tiap toko oleh-oleh.

Lalu ada pula ikan salai. Yakni sejenis ikan basah yang masih segar lalu dikeringkan melalui proses pengasapan. Ikan Salai merupakan salah satu menu makanan yang cukup terkenal terutama bagi masyarakat Riau  yang tinggal di sepanjang sungai-sungai besar yang ada di Riau.(***Tulisan dari berbagai sumber)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Lahan Wisata Anyer Terancam Hilang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler