Pekanbaru Menjadi Negeri di Atas Asap

Selasa, 11 Maret 2014 – 11:32 WIB

PEKANBARU - Jika anda warga luar kota yang berniat datang ke Pekanbaru, sepertinya harus kembali menjadwal ulang kunjungan anda ke Ibukota Provinsi Riau ini. Bencana kabut asap yang sudah berlangsung selama sebulan terakhir, kini sudah dipastikan membuat kualitas udara di Pekanbaru menjadi sangat berbahaya untuk dihirup.

Dari pantauan JPNN.com, hampir setiap hari, nyaris tanpa melihat cahaya matahari. Sejak pagi hingga sore hari, sejauh mata memandang, hanya terlihat kabut asap. Apalagi saat berada di kawasan yang cukup tinggi seperti dari arah jembatan Rumbai, wajah kota Pekanbaru yang berada di dataran cukup rendah, nyaris hilang tertelan asap. Kabut pekat berwarna putih bahkan menyamarkan keberadaan gedung-gedung tinggi pertokoan dan perkantoran di pusat kota.

Dimana-mana, masyarakat kota yang tetap menjalankan aktivitasnya, harus menggunakan masker. Anak-anak sekolah yang diliburkan, juga terlihat asyik bermain meski dengan tetap menggunakan masker. Termasuk para pedagang kaki lima, juru parkir dan juga polisi yang mengatur arus lalu lintas. Semuanya menggunakan masker.

"Rasanya, baru kali ini bencana asap yang begitu parah di Pekanbaru. Berminggu-minggu tak kunjung hilang. Asapnya bikin kepala pusing dan sesak nafas," kata Saipul, seorang warga pada awak media ini.

Namun tidak selamanya bencana menjadi malapetaka. Buktinya, bencana kabut asap yang berlarut-larut ini, justru menjadi mata pencaharian baru bagi beberapa orang. Siapa lagi kalau bukan penjual masker.

Kini hampir di setiap sudut kota Pekanbaru, para penjual masker bertebaran. Bencana asap yang seolah sudah menjadi langganan di tiap musim kemarau, sepertinya menumbuhkan kreatifitas pedagang musiman ini. Hal tersebut terlihat dari bentuk dan jenis masker yang dijual. Tidak hanya itu, warna warni plus gambar yang lucu-lucu, juga menjadikan masker pelindung dari asap itu berubah menjadi komoditi yang imut tanpa menghilangkan fungsi utamanya.

Dengan harga jual bervariasi mulai dari Rp5 ribu hingga Rp 10 ribu, warga Pekanbaru ditawarkan berbagai jenis masker. Mulai yang bergambar klub sepakbola, tokoh kartun hingga gambar yang romantis menampilkan bentuk bibir artis yang seksi.

"Lumayan jugalah penghasilan dari jual masker ini. Minimal tiap hari bisa terjual hingga 50-80 masker. Bahkan pernah lebih dari 100 masker," ujar Kusmin, yang mengaku dadakan berdagang masker karena penghasilan jualan jajanan kecil di sekolah jadi seret dampak kebijakan siswa diliburkan.

Kini kalau melihat kota Pekanbaru, jangan harap bisa menghirup udara segar. Bahkan di beberapa perumahan, kabut asap dampak kebakaran hutan dan lahan, juga mulai masuk ke rumah-rumah warga.

"Kalau dulu, buka pintu rumah baru terlihat asap. Tapi sekarang, buka mata saja sudah lihat asap. Benar-benar seperti tinggal di negeri awan eh di negeri asap," ujar Rifai, seorang warga Rumbai. (afz/jpnn)

BACA JUGA: Tim Verifikasi Honorer K2 Diingatkan Jangan Main-main

BACA ARTIKEL LAINNYA... Belum Berani Pastikan Nasib Honorer K2 yang Gagal


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler