Pelajar dan Mahasiswa Terbanyak Ditilang Polisi

Selasa, 27 Maret 2018 – 23:29 WIB
Pelajar ditilang. Foto: JPG/Pojokpitu

jpnn.com, SURABAYA - Pelajar dan mahasiswa menjadi pelanggar terbanyak dalam pergelaran Operasi Keselamatan Semeru 2018 yang berakhir Minggu (25/3).

Dengan dasar itu, Kapolrestabes Surabaya Kombespol Rudi Setiawan menyebut para orang tua ternyata masih mengesampingkan keselamatan anaknya.

BACA JUGA: Bocah SMP Tewas Kecelakaan

Mereka menganggap bahwa memberi anak kendaraan pribadi, baik motor atau mobil, merupakan solusi mengatasi mobilitas.

Ketika orang tua tidak punya waktu mengantar jemput anak sekolah, mereka memilih memberikan kendaraan.

BACA JUGA: Hukuman Push - up karena Tak Pakai Helm

"Itu jalan pintas," ujar Rudi.

Padahal, anak belum siap menghadapi berbagai ancaman di jalan. Mulai kemampuan fisik, stabilitas emosi, hingga tingkat konsentrasi

BACA JUGA: Tak Punya SIM, Pelajar Malah Adu Mulut dengan Polisi

"Semua aturan ditabrak. Belum waktunya punya SIM sudah naik motor," sesal Rudi.

Rudi mengaku tidak kaget dengan data analisis dan evaluasi yang dirilis satlantas.

Menurut dia, usia pelajar dan mahasiswa merupakan usia yang labil. Artinya, belum ada kesadaran utuh soal keselamatan.

Mereka cenderung berpikir kemudahan berpindah tempat saja. "Pokoknya, bisa pindah dari lokasi A ke lokasi B. Paling banyak pakai motor," ujarnya.

Selama Operasi Semeru yang berlangsung 5-25 Maret itu, Polrestabes Surabaya mengeluarkan 23.430 surat teguran. Yang ditilang 5.850 orang.

Peringkat tilang pertama diduduki oleh para pelajar dan mahasiswa. Selama Operasi Keselamatan Semeru, polisi hanya mengeluarkan surat tilang apabila pelanggaran yang dilakukan mengarah pada potensi kecelakaan.

Misalnya, berjalan zig-zag atau secara mendadak berpindah jalur.

Kasatlantas Polrestabes Surabaya AKBP Eva Guna Pandia menyatakan, setelah potensi kecelakaan itu ditindak, kebanyakan para pengendara tersebut tidak memiliki kelengkapan surat.

"Entah SIM atau STNK. Lebih dari 60 persen tilang, polanya seperti itu," ucapnya.

Eva berharap operasi serentak di seluruh kota di Indonesia itu bisa menjadi cara efektif untuk mengampanyekan keselamatan berlalu lintas.

Dengan berakhirnya rangkaian operasi itu, mulai kemarin (26/3) polisi tidak lagi memilah pelanggaran.

Semua akan ditindak tegas, ditilang. Tidak ada lagi yang hanya diberi teguran. "Yang kami kejar efek jera," ujarnya. (mir/c6/ayi/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hantam Jembatan, 2 Pelajar Meninggal Mengenaskan


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler