Pelajar di Kotamobagu Tewas Dikeroyok Temannya, Begini Reaksi KPAI

Jumat, 24 Juni 2022 – 22:36 WIB
Retno Listyarti. Foto: dok/JPNN.com

jpnn.com, KOTAMOBAGU - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyoroti pengeroyokan yang melibatkan pelajar dan mengakibatkan korban meninggal dunia.

Komisioner KPAI Retno Listyarti menyebutkan kasus pengeroyokan di salah satu Madrasah Tsanawiyah di Kota Kotamobagu, Sulawesi Utara yang terjadi baru-baru ini.

BACA JUGA: Anda Kenal Mantan Anggota Polri Ini? Kini Mendekam di Balik Jeruji, Kasusnya Bikin Miris Hati

Pada kasus tersebut, BT (13) meninggal dunia, Minggu (12/6) karena diduga dikeroyok oleh sembilan orang temannya.

BT diduga diikat, ditutup matanya, dan mengalami pemukulan di bagian perut beberapa kali.

BACA JUGA: M Sulton Divonis Bebas, Padahal Barang Bukti Ada 92 Kilogram Sabu-Sabu, Kok Bisa?

Setelah dikeroyok, BT mengeluh sakit perut kepada orang tuanya lalu dibawa ke rumah sakit dan harus menjalani operasi. Sehari setelah operasi, dia meninggal dunia.

"Ironisnya, kasus pengeroyokan terjadi di dalam lingkungan sekolah pada jam sekolah," kata Retno, Jumat (24/6).

Dia menilai kejadian ini sangat mengenaskan karena terjadi di lingkungan sekolah yang seharusnya merupakan lingkungan yang aman bagi peserta didik.

Menurut keterangan pihak Kantor Kementerian Agama Kota Kotamobagu, peserta didik MTs tersebut sedang ujian PAT (penilaian akhir tahun) dengan berbasis komputer dan dilakukan di laboratorium komputer.

Jumlah komputer sekolah hanya 95 unit sehingga siswa yang ujian PAT harus bergantian karena jumlah siswa mencapai lebih dari 400 orang.

Namun, siswa yang sudah selesai ujian PAT harus tetap di sekolah untuk melaksanakan salat zuhur berjemaah.

"Saat 95 siswa ujian PAT, ada 300 lebih siswa harus menunggu hingga salat zuhur berjemaah, di sini lah terjadinya pengeroyokan tanpa pantauan pihak sekolah."

BACA JUGA: Uang Bintara Polri Hilang Dicuri, Pelaku Ternyata

"Tentu hal ini perlu dievaluasi, karena sekolah memiliki andil terjadinya peristiwa pengeroyokan akibat lemahnya pengawasan," tutur Retno Listyarti. (mcr9/jpnn)


Redaktur : Budianto Hutahaean
Reporter : Dea Hardianingsih

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler