jpnn.com, BANDUNG BARAT - Integrasi teknologi pada sektor pertanian amat penting. Lewat sistem dan implementasi yang tepat, teknologi mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas usaha tani secara signifikan.
Berangkat dari hal tersebut, Kementerian Pertanian (Kementan) menggelar kegiatan pelatihan smart farming di Cibodas, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
BACA JUGA: Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang, Gelagat Aneh Suami Korban
Kepala Bidang Penyuluhan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat Ajat Sudrajat mengatakan pelatihan difokuskan pada optimalisasi tiga aspek. Yakni Internet of Things (IoT), penyuluh pertanian, dan nutrisi mikroba fermentasi.
Ajat memaparkan, keterlibatan penyuluh dalam penerapan smart farming berupa IoT di Jawa Barat adalah faktor penentu keberhasilan dalam implementasi teknologi digital pertanian.
BACA JUGA: Prajurit TNI Menduga Banyak Warga Menyimpan Senjata Api
"Jawa Barat harus menjadi nomor satu dalam pertanian, khususnya dalam penerapan teknologi," ujar Ajat melalui keterangan tertulisnya, Rabu (22/9).
Untuk mencapai ke arah itu, lanjut dia, perlu sinergi semua pihak terkait sebagaimana dalam acara pelatihan ini.
BACA JUGA: Lewat SL Kementan Sebarkan Pengetahuan Baru untuk Petani
"Alhamdulillah, kami ucapkan terima kasih khususnya kepada Kementerian Pertanian, P4S Mekar Tani Jaya, dan PT Inovasi Telematika Nusantara," jelas dia.
"Kemudian Perwakilan Pusat Penyuluhan Pertanian Kementerian Pertanian RI (PUSLUHTAN), para Kepala Bidang Penyuluhan dari Kab/Kota di Jawa Barat dan perwakilan Posluhdes yang telah menerapkan smart farming berupa IoT," lanjut Ajat.
Penyuluh Pertanian Utama Siti Nurjanah dari PUSLUHTAN memberikan apresiasi kepada Provinsi Jawa Barat yang serius dalam penerapan teknologi digital.
"Ini membuktikan bahwa pertanian Jawa Barat memang maju, mandiri, dan modern dengan akan adanya tindak lanjut dari kegiatan ini," kata Siti.
Dia berharap agar inovasi ini dapat menjadi terobosan yang membawa perubahan baik bagi pertanian Jawa Barat.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menjelaskan bahwa Smart Farming bukan sekadar teknologi digital untuk pertanian. Tetapi, merupakan sistem pengelolaan tanaman yang terdiri atas teknologi IoT, penyuluhan dan nutrisi tanaman.
"Dan peran penyuluh adalah untuk memberikan rekomendasi tindakan dan pemberian nutrisi yang tepat agar sesuai dengan kondisi tanaman. Ini amat penting agar hasil panen optimal," beber dia.
Mentan mengingatkan bahwa IoT ini tidak akan bisa memberikan hasil yang optimal tanpa keterlibatan penyuluh pertanian dalam kolaborasi dengan petani.
"Penyuluh Pertanian memiliki peran dalam analisa kondisi lahan dan tanaman di lapangan dan data-data keluaran IoT," tutup SYL -sapaan Syahrul Yasin Limpo.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi menjelaskan bahwa IoT pada pertanian berfungsi untuk mendapatkan informasi secara cepat dan otomatis tentang kondisi tanaman.
Pasalnya, IoT memiliki sensor yang dapat mengukur kelembaban udara, suhu udara, intensitas cahaya, kelembaban tanah PH tanah dan berbagai informasi tentang pendataan kualitas lahan.
"Termasuk fitur penyiraman otomatis (air dan nutrisi). Semuanya bisa diakses dari perangkat mobile atau smartphone. Sangat praktis," jelas Dedi.
Dedi menegaskan jika Kementan mendukung penuh penerapan teknologi pertanian. Hal ini sebagai upaya akselerasi dalam revolusi industri 4.0 untuk kesejahteraan petani sebagaimana yang sering digaungkan Mentan.
"Petani harus makin sejahtera," katanya. (rhs/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti