PERUSAHAAN Daerah Taman Satwa (PDTS) Kebun Binatang Surabaya (KBS) bakal membenahi pengelolaan kesejahteraan satwa. Pasca kematian komodo, BUMD pemkot itu akan mengawasi lebih detail makanan yang diberikan kepada satwa koleksinya.
Dirut PDTS KBS Ratna Achjuningrum mengungkapkan, selama ini pengelompokan satwa memang sudah dilakukan. Di antaranya, dengan membedakan satwa yang sakit dan satwa sehat. Namun, pengelompokan tersebut belum dilakukan seluruhnya. Maklum, di KBS ada 3.500 satwa.
Lagi pula, kata dia, memeriksa satwa liar sebagaimana koleksi KBS bukan hal mudah. Sebab, hewan-hewan tersebut rawan stres.
Beda halnya dengan satwa jinak, yang lebih terpantau kesehatannya.
Ratna mengatakan, dengan kematian komodo itu, pola perhatian akan sedikit diubah. Di antaranya, mengamati makanan yang diberikan. "Apa makanannya akan kami pelototi. Jadi, hal-hal yang tidak terduga bisa terbaca sebelumnya," kata Ratna. "Ibarat manusia, kalau matinya karena tersumbat kolesterol, kan tentu tidak bisa diprediksi sebelumnya," lanjutnya.
Dia mengakui bahwa khusus komodo tersebut tidak banyak mengundang tanya seperti kematian Michael, singa afrika yang tergantung tali sling baja di kandang.
Komodo itu masih berusia tujuh tahun. Usia tersebut memang masih cukup rawan. Usia komodo jantan selama ini bisa mencapai 50 tahun. "Jadi, ini memang usia rentan," ungkapnya.
Selain memperhatikan pola makan, pihaknya akan memberikan suntikan rutin kepada satwa. Yang paling sering diberikan adalah suntikan anticacing.
Kendati tidak terlalu mempersoalkan kematian komodo, pihaknya tetap meminta polisi menyelidiki hal tersebut. Setidaknya, untuk menyudahi kecurigaan yang selama ini muncul bahwa komodo mati karena ada kesengajaan manusia. (git/jun/end/mas)
BACA JUGA: Nikah Siri, Anak Dapat Akta
BACA ARTIKEL LAINNYA... Alami Gangguan Jiwa, Sutopo Panjat Tower 100 Meter
Redaktur : Tim Redaksi