jpnn.com, JAKARTA - Band post-punk/deathrock asal Jakarta, Pelteras akhirnya merilis album debut berjudul Peranjakan pada Jumat (13/10) ini.
Dalam album tersebut, grup beranggotakan Techa Aurellia (vokal), Adam Bagaskara (bass), Achmad Raditya (drum), dan Adam Pribadi (gitar) itu menyuguhkan 12 lagu yang sudah digarap sejak 2018 lalu.
BACA JUGA: Pelteras Rilis Floren Sebelum Kelahiran Album Perdana
Daftar lagu dalam album Peranjakan yakni Peranjakan I, Pancang, Diadem, Meranggas, Seribu Lebam, Floren, Gaduh Lonceng, Pusaran, Peranjakan II Sarang/Kubangan, Palang, Semarak.
Pelteras mengungkapkan bahwa album Peranjakan merupakan romantisasi atas dialog internal tentang interaksi individu dengan kota tempat tinggal.
BACA JUGA: Pelteras Melepas 3 Lagu Baru Sekaligus
Lagu-lagu dalam album bercerita tentang fase-fase personal kehidupan personel Pelteras yang biasa namun penuh kejutan, seakan berkompetisi dengan kota yang membosankan tetapi juga terus berubah.
Menurut Achmad Raditya, lagu-lagu dalam album Peranjakan diceritakan melalui perspektif primal personel dalam menghadapi dunia dan peralatannya yang modern, tentang bagaimana identitas, dan hubungan antara penghuni sangat dipengaruhi oleh ruang yang ditinggali.
BACA JUGA: Kintani dan Misi Mulia di Pestapora 2023
"Peranjakan adalah perayaan atas setiap kebahagiaan dan nelangsa yang kami bagi dengan setiap kelokan, lalu lintas, panas, dan hujan di kota setiap hari, setiap malam," kata Achmad Raditya, Pelteras, Jumat (13/10).
Vokalis Pelteras, Techa Aurellia bercerita bahwa album Peranjakan bisa bercerita tentang bagaimana seseorang hidup, melihat dan mengalami dinamika kota.
Menurutnya, dalam waktu yang singkat, banyak hal yang berlangsung dengan cepat.
"Membuat kita nyaman atau gelisah, mampu atau tidak berdaya, bisa mengambil langkah atau pasrah saja. Tetapi tiba-tiba waktu sudah berlalu, kita sudah menjadi individu di hari ini yang cuma bisa bangga atau menyesal; atau mungkin sebatas merenung atas hal-hal tersebut," beber Techa Aurellia.
Dari segi musik, album Peranjakan dari Pelteras tidak hanya soal post-punk/deathrock.
Pelteras juga memadukan dan membaurkan sensibilitas pop, rock, bahkan new wave ke dalam debut album itu.
"Selain lirik, benang merah album Peranjakan adalah mood atau tone yang gelap, muram, resah, bahkan mungkin sedih. Pelteras bisa sangat konstan atau lempeng di salah satu lagu tetapi penuh dinamika di lagu lainnya. Temponya bervariasi di setiap lagu tetapi tetap berada di lingkup yang sama,” ucap Adam Pribadi.
Sampul album Peranjakan dari Pelteras menampilkan seseorang bertelanjang dada mengenakan kalung dengan liontin sigil.
Foto tersebut diambil oleh fotografer Juan Akbar dan desain sigil yang dibuat oleh seniman asal Surabaya, Dansi.
Peranjakan banyak menceritakan kehidupan sehari-hari, sehingga sosok tersebut dirasa dapat merepresentasikan siapa pun yang merasa hari-harinya dinarasikan oleh lagu-lagu dalam album tersebut.
"Sigil yang ditampilkan dalam bentuk kalung dan keseluruhan rasa foto yang dihasilkan Juan juga memenuhi imajinasi personel Pelteras yang merasa bahwa grup kami juga perlu direpresentasikan secara cantik," imbuh Achmad Raditya.
Album Peranjakan milik Pelteras sudah dapat dinikmati di berbagai layanan musik digital serta YouTube. (ded/jpnn)
Redaktur & Reporter : Dedi Yondra