Peluang Ekspor Melawan Mitos

Rabu, 21 Maret 2018 – 16:31 WIB
Dahlan Iskan. Ilustrasi: Jawa Pos

jpnn.com - Rupiah memang melemah. Tapi bukan berarti dolar Amerika (USD) menguat di mana-mana.

Ternyata USD melemah terhadap Yen Jepang. Melemah terhadap Euro. Melemah terhadap dolar Singapura.

BACA JUGA: Akhir Era Gangster Hong Kong

Juga melemah terhadap renminbi Tiongkok. Dan seterusnya. Total USD melemah 10 persen setahun terakhir.

Kinerja ekonomilah yang membuat negara-negara tersebut mata uangnya menguat. Kinerja ekononi mereka memang membaik.

BACA JUGA: Debat Kesepakatan dan Ketidakwajaran

Mereka seperti membantah dalih bahwa Amerikalah yang membuat mata uang sebuah negara merosot. Misalnya, menurut ahli dalih itu, pemotongan pajak yang gila-gilaan di AS dari 35 persen ke 21 persen.

Atau karena ekononi AS yang membaik: angka penganggurannya hanya 4,1 persen bulan lalu. Terbaik dalam sejarah. Atau rencana bank sentral AS yang akan menaikkan suku bunga empat kali tahun ini.

BACA JUGA: Menarif Mahal, Ditagih Mahal

Semua itu betul. Bisa membuat negara seperti Indonesia kelabakan. Akibatnya, seperti rupiah melemah begitu mencolok.

Tetapi di tengah situasi seperti itu, toh masih banyak negara yang mata uangnya menguat. Bahkan lembaga keuangan dunia seperti Goldman Sachs sebenarnya sudah memberikan indikasi bahwa perekonomian dunia 2018 ini akan membaik secara nyata.

Ekonomi banyak negara penting terbukti tumbuh menggembirakan. Goldman Sachs bahkan menggambarkan inilah untuk pertama kalinya perbaikan ekonomi dunia paling jelas sejak tahun 2013.

Maka yang lebih penting adalah kinerja. Terutama kinerja ekonomi masing-masing negara.

Di tengah tekanan Presiden Trump yang begitu hebat dan kejam, Tiongkok mestinya kelabakan. Tetapi ternyata tetap saja neraca perdagangan Tiongkok dengan AS surplus gila-gilaan.

Tahun lalu, bahkan, suplusnya mencapai rekor baru: USD 275 miliar. Surplus satu bulan saja, Desember lalu, saat Trump lagi marah-marah, bisa mencapai 25 milyar dolar.

Padahal mata uang renminbi menguat terhadap USD. Mestinya ikut menghambat ekspornya ke Amerika. Ekspor Tiongkok mestinya ibarat sudah jatuh (dipukuli Trump) masih tertimpa tangga (oleh renminbi yang menguat).

Tetapi tetap saja Tiongkok lari dan lari. Untuk bisa mendapatkan tangga yang lebih kuat. Dan lebih tinggi. Kinerja ternyata bisa mengalahkan tangga yang jatuh.

Kinerja. Kinerja. Kinerja.

Lalu, kinerja apa yang bisa kita perbaiki? Tentu ekonomi, ekonomi, ekonomi. Bukan politik, politik, politik.

Tentu tetap harus ada yang tekun menggeluti sektor ekonomi riil. Kalau tidak, makro ekonomi kita akan terus memburuk.
Sehebat-hebat orang yang pandai mengatur makro ekonomi, tidak akan bisa membidani angka-angka yang merah kalau angka mikro ekonominya memang buruk.

Harus ada yang selalu menjelimeti peluang-peluang ekonomi yang ada. Jangan pesimistis. Jangan putus asa. Selalu akan ada peluang. Di tengah kesulitan seperti apa pun.

Misalnya, adakah yang melihat bahwa saat ini Tiongkok lagi menutup semua pabrik kertasnya di sepanjang sungai mana saja di sana?

Adakah yang tahu bahwa Tiongkok saat ini, sekarang ini, lagi melarang impor bahan baku sampah plastik dan sampah apa saja?

Semua itu adalah peluang besar bagi negara seperti Indonesia. Tentu juga peluang bagi Malaysia, Vietnam, Thailand dan Kamboja. Tinggal siapa yang lebih jeli. Lalu memanfaatkannya. Dengan cara mendorong industri dalam negeri masing-masing.

Termasuk memberikan dukungan peraturan yang jelas. Dan pro-ekspor. Dan cepat.

Jangan sampai peraturannya baru akan dirapatkan. Entah kapan keluarnya.

Tiongkok sekarang hanya mau mengimpor bahan baku biji plastik. Untuk bahan baku pabrik plastik mereka. Bukan lagi sampah plastik. Semua pabrik pengolahan bahan baku plastik di Tiongkok sekarang tutup. Secara massal.

Begitu besar peluang ini. Untuk ekspor biji plastik kita. Agar necara perdagangan kita tidak lagi defisit. Agar rupiah kita tidak melemah.

Jelas, kinerja yang baik hanya bisa diraih oleh tim yang serius dan fokus. Bukan oleh tim yang hanya membuatnya sebagai kerja sampingan.(***)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dahlan: Apakah Seperti ini Akan Membawa Kemajuan?


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler