SURABAYA - Pengelola Liga Primer Indonesia (LPI) memang telah memberikan jaminan untuk memenuhi hak para pemain sesuai kontrak merekaNamun, itu belum cukup mengusir kekhawatiran pemain
BACA JUGA: Raup Semua Gelar
Ini karena mereka merasa bukan hanya mencari penghasilan dengan berkiprah di LPI, namun mereka berharap bisa menjadi bagian dari kompetisi yang lebih baik ketimbang liga sebelumnya"Tetap ada perasaan khawatir juga
BACA JUGA: LPI Jalan Terus
Karena kami berharap liga ini bisa berjalan profesional, dan lebih fair play seperti yang disampaikan di awal," tutur Taufiq, gelandang Persebaya 1927 kemarin (25/5)Sebelum tujuan menjadi kompetisi yang profesional dicapai, masa depan LPI justru mengalami ketidakjelasan
BACA JUGA: Pengacau Kongres Bakal Diseret ke Meja Komdis
Karena itu, dia berharap segera mendengar kabar bahwa LPI kembali bergulir dengan lancarTaufiq mengakui bahwa dirinya mendengar kabar bahwa LPI bakal diliburkan sampai September"Informasinya, libur itu sambil menunggu ada perkembangan di PSSI," lanjut pemain asal Tarakan, Kalimantan Timur itu
Tapi terkait hal ini, Persebaya 1927 dijadwalkan libur selama kurun satu bulan terlebih duluSetelah pengumuman libur tersebut, sebagian besar pemain tim berjuluk Green Force itu langsung pulang kampung ke daerah asal masing-masing"Tinggal saya dan Bang Nico (Nico Susanto) yang masih di mesBang Nico mungkin juga akan pulang kampung akhir bulan ini," kata Taufiq
Pemain yang pernah membela PSIM Jogjakarta itu mengaku belum punya rencana untuk pulang kampung ke Tarakan, KaltimSebab, dia masih harus menemani adiknya yang sedang studi di Surabaya.
Sementara itu, hal berbeda di alami oleh tim Persebaya Divisi UtamaMeskipun kompetisi level kedua di tana air ini telah usai, para pemainnya tidak bisa bebas ke mana-manaNasib pahit itu yang paling dirasakan oleh tiga pemain asing, yaitu Orock Charles (Kamerun), Camara Fassawa, dan Sakeydoe (Liberia).
"Kami tidak bisa kemana-mana, sampai akhir kompetisi ini saja, kami belum pernah menerima seribu rupiah pun dari manajemenIni adalah tim terburuk yang pernah saya bela selama berada di Indonesia," ujar Orock yang datang menagih pembayaran gajinya di kediaman Vigit Waluyo, penanggung jawab Persebaya Divisi Utama, siang kemarin
Menurut Orock, selama membela Persebaya, bukannya mendapat untung, tapi tabungan dia harus terkuras habisItu untuk mengontrak rumah dan membeli peralatan latihan seperti sepatuNamun, setelah lama menunggu, ketiga pemain tersebut tidak juga bertemu dengan Vigit Waluyo.
"Saya sudah habis Rp 60 Juta selama membela tim iniKalau mereka (manajemen, Red) tidak membayar gaji kami, maka kami akan melaporkan masalah ini ke FIFA," ancam Orock(uan/dik/ko)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dandim Ikut Cari Solusi
Redaktur : Tim Redaksi