Pemanasan di California, Menuju Aspen Sehari Lebih Dini

Minggu, 18 Agustus 2013 – 11:36 WIB

jpnn.com - Dari seluruh dunia, hanya sebelas orang yang dapat kesempatan bersepeda bersama Team Sky, di USA Pro Challenge di Colorado. Empat di antaranya dari Indonesia. Termasuk AZRUL ANANDA dari Jawa Pos.

Penggemar sepeda, khususnya ajang balap sepeda, mungkin sudah sangat familier dengan nama Sky Pro Cycling alias Team Sky. Tim asal Inggris itu kini berada di urutan pertama dunia, dan telah dua tahun berturut-turut menjadi jawara Tour de France.

BACA JUGA: Berkarir 13 Tahun, Tidak Punya Uang, tapi Dipercaya Orang

Termasuk Juli lalu, saat Christopher Froome merebut yellow jersey di edisi ke-100 ajang paling bergengsi di dunia tersebut.

Hebatnya lagi, walau baru eksis sejak 2010, tim ini telah mengubah standar bagaimana sebuah tim profesional dikelola dan di-marketing-kan. Tim ini dikenal selalu memakai peralatan termewah atau yang dianggap sangat mewah.

BACA JUGA: Hadapi Ujian Praktik Bagaikan Menunggu Hari Pernikahan

Misalnya, bus pendamping tim paling megah. Mobil pendukung merek Jaguar (yang juga asal Inggris). Sepeda yang dipakai merek Pinarello asal Italia, yang terkenal masuk barisan paling mewah. Pilihan kerja sama jersey dan seragam lain pun merek Rapha. Juga asal inggris, Rapha dianggap sebagai "Louis Vuitton"-nya baju sepeda.

Saat ini, untuk bisa mendekat saja dengan Team Sky merupakan sebuah tantangan. Baik mendekat di arena balap maupun di luar arena.

BACA JUGA: Di Antartika Hanya Ketemu Penguin, di Argentina Kagumi Danau Garam

Karena itu, ketika ada kesempatan untuk bersepeda bareng mereka, harus diambil dengan sangat segera. "Kereta" yang sama belum tentu lewat lagi walau kita tunggu seumur hidup di stasiun.

Kesempatan tersebut datang dari Rapha. Kesempatan itu diberikan di ajang USA Pro Challenge, ajang lomba sepekan yang sejak 2011 diselenggarakan di pegunungan Colorado, Amerika Serikat.

Hanya ada jatah yang sangat terbatas untuk mengikuti kiprah Team Sky saat berlaga di Colorado. Tinggal di satu kawasan, makan bareng, bahkan bersepeda bareng saat sesi latihan. Lomba berlangsung pada 19–25 Agustus, sedangkan kesempatan "mendampingi" tim diberikan pada 17–21 Agustus.

Ketika e-mail "peluang" itu sampai kepada kami (customer Rapha) beberapa bulan lalu, seperti biasa e-mail dari Eropa sampai pada dini hari WIB. Prajna Murdaya, rekan bersepeda saya saat mengikuti Tour de France 2012 dan Tour of California 2013 lalu, merupakan yang pertama yang membukanya. Secara instan, dia langsung mendaftar detik itu juga.

Pagi itu, dia berusaha menelepon saya. Tapi, kala itu saya sedang latihan sepeda, baru membukanya saat makan pagi. Saat saya angkat, dia langsung bilang: "Kamu punya sepuluh menit untuk membuat keputusan, ikut atau tidak."

Walau belum buka e-mail, saya tahu kesempatan seperti ini sangat langka. Tentu saya bilang iya. Dalam hitungan jam, saya juga mengajak dua rekan lain. Sun Hin Tjendra, rekan lain sesama founder di Surabaya Road Bike Community (SRBC), menyatakan ikut. Cipto S. Kurniawan alias Wawan, rekan bersepeda dari Pasuruan, juga bilang iya. Padahal, ketika saya hubungi pagi itu, Wawan sedang dalam perjalanan bisnis di Tiongkok.

Empat orang pun terdaftar hari itu juga. Semula, Rapha menyebut peserta bakal 14 orang. Angka tersebut kemudian dikecilkan lagi menjadi hanya 11 orang, untuk memudahkan servis dan pelayanan selama program. Hebat, dari total 11 jatah sedunia, empat peserta dari Indonesia!

Prajna mengaku ditelepon Rapha, yang tampaknya sempat ragu dan bingung melihat ada empat orang Indonesia mengikuti program unik mereka!

Saat kami mendaftar itu, Tour de France 2013 belum berlangsung. Dan belum dipastikan siapa saja pembalap Team Sky yang turun di Colorado.

Alangkah senangnya kami ketika menonton Team Sky (Christopher Froome) menang di Tour de France. Senang itu jadi bahagia bukan kepalang ketika tahu Christopher Froome, beserta rekan setim terbaiknya, Richie Porte, bakal turun di Colorado!

Oh ya, ketika mendaftar, tidak semua di antara kami langsung memberi tahu keluarga (istri) masing-masing. Tapi, kami sepakat dengan prinsip: "Meminta maaf lebih mudah daripada meminta izin…"

Tantangan Udara Tipis
Rocky Mountains, alias pegunungan Colorado, merupakan dataran yang sangat tinggi. Denver, kota terbesar di negara bagian tersebut, punya julukan "Mile High", terletak satu mil (1,6 km) di atas permukaan laut.

USA Pro Challenge akan finis di Denver, tapi bakal dimulai di Aspen. Nah, di Aspen ini pula kami akan "bergabung" dengan Team Sky. Ketinggiannya" 2.400 meter…
Sebagai perbandingan, titik tertinggi Tour de France 2013 adalah Col de Pailheres, "hanya" 2.001 meter. Jadi, titik start USA Pro Challenge sudah lebih tinggi daripada titik tertinggi Tour de France!

Dalam lomba, para pembalap akan menghadapi tanjakan-tanjakan yang lebih tinggi. Puncaknya adalah Independence Pass, yang mencapai lebih dari 3.650 meter. Itu merupakan titik tertinggi ajang balap sepeda di seluruh dunia.

Dan kami, sebagai peserta program, juga akan diajak mendakinya…

Untuk bisa menjalani program, kami harus berlatih ekstra. Walau semua sibuk, kami berusaha meluangkan waktu semaksimal mungkin untuk berlatih. Khususnya untuk menanjak.

Tapi, itu saja pasti tidak cukup. Karena ketinggian Colorado juga akan dibarengi udara tipis, kami jadi semakin kerepotan.
 
Bahkan, para pembalap akan merasa tersiksa dengan tipisnya udara. Christopher Froome, begitu tiba dan berlatih di Aspen, langsung berkomentar via Twitter: "Bersepeda keliling Aspen bikin shock badan. Indah, tapi tak banyak oksigen! Balapan seminggu ke depan bakal kejam."

Dalam program yang disiapkan, tanggal 17 Agustus adalah hari santai untuk membiasakan diri dengan udara di ketinggian Aspen. Tapi, kami memutuskan untuk terbang lebih dini, tiba lebih cepat.

Tanggal 14 Agustus meninggalkan Indonesia, menyempatkan bersepeda sehari di kawasan berbukit di sekitar San Francisco, lalu tiba di Aspen pada 16 Agustus.

Menanjak Mount Tamalpais
Tiba di San Francisco, California, Rabu, 14 Agustus malam, kami langsung cari makan malam di Yuet Lee di China Town, salah satu restoran favorit orang Indonesia yang kondang lewat cumi goreng keringnya.

Kemudian, langsung membongkar koper dan merakit sepeda yang kami bawa (semua Pinarello). Kami merakit sepeda sampai Kamis dini hari pukul 01.00.
Kamis pagi, kami sudah ingin bersepeda dulu. Selain "pemanasan" menanjak di udara kering (walau tidak tipis), juga mengecek untuk memastikan tidak ada masalah pada komponen-komponen sepeda yang kami bawa.

Pagi itu, pukul 07.00, kami mampir dulu ke Rapha Cycle Club, butik/kafe untuk ngopi. Baru kemudian menuju kawasan jembatan Golden Gate, menunggu Franklyn Wu, teman Prajna asal Taiwan yang akan menjadi pemandu.

Dari sana, kami menyeberangi Golden Gate, memasuki Marin County, dan menuju Mount Tamalpais.

Bagi Wawan, ini kesempatan yang sudah lama diimpikan. Ketika liburan keluarga ke San Francisco empat tahun lalu, dia sangat ingin menyewa sepeda dan menyeberangi Golden Gate. Tapi, tidak ada waktu. Sekarang dia benar-benar puas, walau kabut tebal menyelimuti jembatan tersebut.

Mount Tamalpais sendiri merupakan salah satu tujuan bersepeda favorit warga San Francisco dan sekitar. Tidak hanya untuk bersepeda, tapi juga untuk running (lari). Di situ juga ada jalur mountain bike yang sangat populer, tempat nama-nama besar sepeda, seperti Gary Fisher dan Tom Ritchey, "bermain".

Puncak Mount Tamalpais tidaklah terlalu tinggi, 785 meter. Tapi, tanjakannya lumayan menantang, dan punya bagian seru berupa tujuh bukit berseri. Orang-orang di sana menyebutnya "seven sisters" (tujuh cewek bersaudara).

Di atas, kita seharusnya bisa melihat seluruh kawasan Bay Area. Sayang, kabut tebal membuat pemandangan hari itu sangat terbatas.

Tidak terasa, hari itu kami bersepeda sekitar 85 kilometer. Lebih dari sekadar "pemanasan". Setelah makan siang, kami mengunjungi beberapa toko sepeda, sebelum kembali untuk membongkar dan mengepak lagi sepeda. Sebab, Jumat pagi (16/8) kami sudah harus terbang ke Colorado.

California terletak di pantai barat, sedangkan Colorado ada di kawasan tengah Amerika. Menuju Aspen, kami harus transit dulu di Denver. Baru Jumat menjelang sore kami mendarat di Aspen, menghadapi langsung sulitnya beradaptasi di dataran tinggi. (bersambung)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Upaya Eks PSK Tambakasri Mentas dari Bisnis Syahwat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler