jpnn.com, BATAM - Aktivitas pembalakan hutan bakau di Batam, Kepulauan Riau, cukup marak. Kayu bakau yang diambil dari pulau-pulau di wilayah Kecamatan Sagulung dan Bulang, itu diduga akan dijual ke luar negeri.
Nelayan resah sebab aktivitas pembalakan hutan bakau ini masih terus berlanjut hingga saat ini. Puluhan hektare hutan bakau rusak parah di daerah tersebut.
BACA JUGA: Waduh, Ratusan Karung Limbah Sengaja Dibuang ke Bibir Pantai
Padahal, hamparan hutan bakau di pesisir pulau-pulau yang ada merupakan harapan bagi nelayan untuk menangkap udang dan kepiting.
BACA JUGA: Sembunyikan Sabu-sabu di BH dan Celana Dalam, Oknum PNS Ditangkap Petugas Bandara
BACA JUGA: Lanal Batam Gagalkan Penyeludupan Burung Kacer
Situasi perairan Batam yang tak lagi sehat akibat padatnya aktivitas pelayaran dan galangan kapal mengharuskan nelayan untuk bergantung hidup pada deretan hutan bakau untuk mendapatkan udang dan kepiting.
Harapan ini kian memudar sebab hutan bakau yang diandalkan, perlahan-lahan dibabat demi kepentingan sekelompok orang. Batang kayu bakau dikumpulkan dan diangkut menggunakan kapal kayu ke negara lain.
BACA JUGA: Kelakuan Oknum PNS yang Ketangkap Bawa Sabu di Bandara Terungkap, Bikin Geleng Kepala
Inilah yang dikeluhkan sejumlah nelayan saat dijumpai Batam Pos di pelabuhan Sagulung, akhir pekan lalu. Seorang nelayan yang tak mau namanya disebutkan mengaku pembalakan hutan bakau paling parah terjadi di salah satu sungai di Pulau Jalo. Puluhan hektare hutan bakau sudah dibabat untuk mendapatkan batang kayu bakau.
“Seminggu bisa sampai dua kali kapal jemput kayu-kayu itu. Habis hutan bakau di pulau-pulau ini. Kami tak mampu melarang karena orang ini banyak bekingan,” ujarnya.
Aktivitas pembalakan dilakukan hampir setiap hari. Kayu-kayu hasil pembalakan liar dikumpulkan di pinggir sungai kemudian diantar ke pelabuhan Dapur 12, Sagulung untuk diberangkatkan ke luar negeri. Penyelundupan kayu ini dilakukan menggunakan kapal bermuatan sekitar 50-60 ton sekali antar.
Bahkan, dia mengatakan, kapal pembawa muatan kayu bakau tersebut biasanya lepas tali pada malam hari dengan rute Dapur 12 ke Pulau Bulang, lanjut Selat Penyu, kemudian Pulau Labun/Pompen.
BACA JUGA: Listrik Padam, Seluruh Penumpang MRT yang Terjebak di Bawah Tanah Berhasil Dievakuasi
“Mereka angkutnya memang sengaja pilih malam hari agar tak ketahuan,” ujar sumber tersebut.
Kepala Bidang Bimbingan Kepatuhan dan Layanan Informasi (Kabid BKLI) Kantor Pelayanan Utama Bea Cukai Tipe B Batam Sumarna saat dikonfirmasi mengatakan akan segera menindaklanjuti keluhan masyarakat pulau itu.
“Akan kami tindak lanjuti. Kawan-kawan bagian penindakan sudah kami informasikan untuk mengecek,” ujarnya.
Camat Bulang, Nasrun saat dikonfirmasi juga menyampaikan hal yang sama. Keluhan nelayan tersebut juga akan ditindaklanjuti oleh pihak kecamatan.
“Baik, kami akan cek juga. Belum tahu di mana lokasinya,” ujar Nasrun. (eja)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Oknum PNS yang Ketangkap Bawa Sabu-sabu di Bandara Ternyata Istri Polisi
Redaktur & Reporter : Budi