jpnn.com, JAKARTA - Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) terus mengembangkan teknologi nuklir untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).
Kini, pembangunannya sampai tahap pengkajian.
BACA JUGA: Periset BRIN: Yang Kuasai AI pada 2030 Akan Pimpin Dunia hingga 2100
Hal itu dilakukan untuk mencapai target net zero emission (NZE) pada 2060.
PLTN saat ini merupakan salah satu sumber energi yang menjadi andalan dan banyak dimanfaatkan di negara maju.
BACA JUGA: Penderita Kanker Kini Bisa Bernapas Lega, BRIN Ciptakan Inovasi Samarium
Teknologi ini terbukti menghasilkan energi listrik dengan lebih efisien dengan emisi yang lebih sedikit daripada sumber fosil.
Peneliti Ahli Utama ORTN BRIN Djarot Sulistio Wisnubroto menjelaskan beberapa kelebihan dan kekurangan dari pendirian PLTN.
BACA JUGA: BRIN: Vaksin Merah Putih Siap-Siap Masuk Uji Klinik
Menurut dia, pembangunan PLTN membutuhkan biaya yang besar di awal dan penanganan hasil limbahnya cukup lama.
Namun, kelebihannya lebih banyak, seperti lamanya waktu operasi, emisi karbon rendah, dan penggunaan area lahan yang lebih sedikit.
“PLTN memiliki banyak kelebihan, masa waktunya operasinya lama lebih dari 80 tahun. Selain itu, emisi karbonnya sangat rendah, most reliable energy source, penggunaan lahan yang sedikit, relative affordable,” jelas Djarot sebagaimana dilansir dari laman BRIN.
Hal tersebut disampaikan dalam kegiatan webinar IATKI Enginering Lecture dengan tema Bauran Energi Nuklir Menuju Indonesia Net Zero Karbon 2060 pada Sabtu (5/3).
Menurut Djarot, kesiapan Indonesia pernah dievaluasi secara langsung oleh misi Badan Tenaga Atom Internasional pada 2009 untuk infrastruktur tahap pertama.
Hasil evaluasi IAEA menunjukkan hampir sebagian sudah terjawab oleh Indonesia.
Indonesia sudah menyiapkan SDM sejak 1990-an.
SDM untuk tenaga kerja paling banyak dibutuhkan ketika pembangunan PLTN.
Ketika pengoperasian, SDM yang dibutuhkan hanya ratusan orang.
“Keberhasilan kami mengoperasikan tiga reaktor riset di Serpong, Bandung, dan Yogyakarta bisa menjadi modal pengalaman untuk mengoperasikan PLTN,'' ujarnya.
Djarot menyatakan, dari segi SDM dan infrastruktur, Indonesia siap menjalankan program pembangunan PLTN.
Namun, tantangan utama ada pada sosial politik.
''Nuklir itu tantangannya bukan pada teknologi, SDM, infrastruktur, tetapi lebih kepada masalah sosial politik,” ungkap Djarot. (jpnn)
Redaktur & Reporter : Tarmizi Hamdi