Pembentukan Karakter di Sekolah Swasta Lebih Siap

Rabu, 05 April 2017 – 16:31 WIB
Mendikbud Muhadjir Effendy. Foto: Jawa Pos Group/dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menilai, selama ini ada yang salah dalam implementasi UU Sisdiknas.

UU yang mengamanatkan pembentukan karakter ada di jenjang pendidikan sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP), tapi pelaksanaannya di lapangan justru kacau balau. SD dan SMP dipecah seolah-olah berbeda, padahal keduanya sama.

BACA JUGA: 1,3 Juta Siswa Ikut Ujian Nasional, Ini Pesan Mendikbud

"UU Sisdiknas itu jelas mengamanatkan pendidikan karakter dimulai SD sampai SMP. Itu sebabnya ada pembaruan kurikulum termasuk K-13 yang intinya untuk pembentukan karakter," kata Menteri Muhadjir yang memberikan sambutan di Global Sevilla Pulo Mas, Rabu (5/4).

Siswa SD dan SMP, diwajibkan mendapatkan 70 persen pendidikan dasar berupa pembentukan karakter, 30 persen pengetahuan. Untuk sekolah swasta seperti Global Sevilla menurut Muhadjir sebenarnya sudah selesai pembentukan karakter.

BACA JUGA: Mendikbud: Pelaksanaan UN Harus Utamakan Kejujuran

Apa yang dilakukan Global Sevilla dengan menerapkan kurikulum nasional, Cambridge International Curriculum, dan International Primary Curriculum sudah berada di jalur yang benar. Apalagi sekolah SPK (Satuan Pendidikan Kerja Sama) ini sejak awal telah mengintegrasikan pengembangan karakter dan prestasi akademik.

"Kalau saya lihat, sekolah swasta lebih siap menjalankan program pembentukan karakter di mana jam belajarnya bisa delapan jam. Berbeda dengan negeri yang hanya lima sampai enam jam," ujarnya.

BACA JUGA: Upsss, Siswa Tumpahkan Minuman di Baju Pak Menteri

Menanggapi ini, Direktur Sekolah Global Sevila Robertus Budi Setiono mengatakan, siap menjalankan program pemerintah dalam pembentukan karakter.

Salah satu bentuk kesiapan Global Sevilla adalah dengan membangun gedung SMP dan SMA yang nantinya bisa digunakan sebagai pusat studi kebinekaan, pendidikan karakter, dan pusat praktik mindfulness (metode pengajaran yang membawa anak-anak pada kekinian).

Bangunan ini, menurut Omi Komariah Madjid, istri almarhum Prof Dr Nurcholish Madjid (pendiri sekolah Global Sevilla), akan terdiri dari empat lantai, terbagi dalam ruang kelas SMP dan SMA, laboratorium, dan ruang pengembangan seni budaya Indonesia berupa gamelan.

Salah satu bangunan baru ini diperuntukkan sebagai pusat studi agama (worship center), di mana anak-anak dan guru-guru bisa menjalankan ibadahnya masing-masing dan mempraktikkan rasa saling menghormati antar agama serta kepercayaan.

“Ini menjadi fokus kami untuk menanamkan semangat toleransi dan pluralisme di kalangan generasi muda sejak dini," tuturnya.(esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Siswi SMK Menumpahkan Minuman Kena Baju Menteri


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler