jpnn.com - JAKARTA - Pemberangkatan haji sudah masuk pertengahan jalan. Pemberangkatan gelombang I calon jamaah haji (CJH) sudah ditutup kemarin. Kemudian mulai hari ini hingga 28 September nanti, dijalankan pemberangkatan gelombang II CJH menuju Jeddah.
Perbedaan yang mencolok dalam pemberangkatan CJH gelombang II ini adalah, seluruhnya menuju Jeddah. Dengan rute itu, maka ada CJH mulai melakukan miqat haji ketika masih berada di tanah air. Kemudian mulai mengenakan baju ikhram sebelum mendarat di Jeddah.
Kemenag mengevaluasi penyelenggaraan pemberangkatan CJH gelombang I. Inspektur Jenderal (Irjen) Kemenag Mochammad Jasin menuturkan, secara umum proses pemberangkatan CJH gelombang I berjalan lancar dan tertib. "Tidak ada gangguan yang signifikan dan bersifat menyeluruh di embarkasi-embarkasi," katanya di Jakarta kemarin.
Untuk itu Jasin berharap panitia haji mempertahankan kinerjanya untuk pemberangkatan CJH gelombang II ini.
BACA JUGA: SBY Keluarkan 7 Instruksi untuk Tangkal ISIS
Menurut dia penyelenggaraan pemberangkatan tahap II ini harus lancar. Pasalnya di penghujung masa pemberangkatan, 28 September, bertepatan dengan closing gate bandara internasional King Abdul Aziz, Jeddah.
Akan sangat riskan ketika ada kasus CJH gagal berangkat di penghujung pemberangkatan gelombang II ini. Sebab waktu untuk pengurusan ulang dokumen-dokumen mepet dengan closing gate bandara di Jeddah. "Kita optimis panitia bisa mempertahankan kinerjanya," tutur Jasin.
Selain mengevaluasi kinerja panitia di tanah air, Jasin juga membeber evaluasi kinerja panitia di Arab Saudi. Selama masa pemberangkatan CJH gelombang I, Jasin mengatakan tidak ada laporan keluhan yang berarti untuk daerah kerja (daker) Makkah.
Meskipun begitu, dia tetap meminta seluruh panitia haji di daker Makkah untuk siaga. Sebab dalam beberapa hari ke depan, jumlah CJH yang mengalir ke Makkah bakal semakin padat. Ketika masa penyelenggaraan pemberangkatan gelombang I, sebagian CJH menuju ke Madinah dulu baru ke Makkah.
"Imbauan dari Dirjen PHU (Penyelenggaraan Haji dan Umrah, red) Kemenag, panitia harus mengawal atau menempel setiap aktivitas jamaah di luar pemondokan," tutur dia. Dengan cara itu, potensi ada jamaah yang tersesat atau mengalami kondisi darurat di Makkah bisa diminimalisir.
Menurut Jasin gangguan pelayanan haji secara umum hanya terjadi di Madinah. Yakni ketika ada delapan penyedia pemondokan mengingkari kontrak kerja. Seharusnya mereka menyiapkan pemondokan di wilayah markaziyah (maksimal radius 500 meter dari Masjid Nabawi). Tetapi nyatanya, mereka mencarikan pemondokan di luar wilayah markaziyah.
Rekaman statistik haji di Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kemenag hingga kemarin pagi menyebutkan, 73.676 jamaah dari 176 kloter sudah berada di Arab Saudi. Dari seluruh kloter itu, 45 kloter (18.750 jamaah) diantaranya sudah berada di Makkah.
Sisanya 1 kloter (366 jamaah) masih di Jeddah, 2 kloter perjalanan dari Jeddah ke Madinah, 122 kloter (51.351 jamaah) masih di Madinah, dan 1 kloter lagi perjalanan dari Madinah ke Makkah. Perkembangan terkini, ada sepuluh jamaah yang meninggal. (wan)
BACA JUGA: Konflik Berakhir jika SDA Ditahan
BACA JUGA: 56 WNI Mantan Napi Terpantau di Irak dan Suriah
BACA ARTIKEL LAINNYA... Politisi Gerindra Tak Yakin Ada Partai Mau Tampung Ahok
Redaktur : Tim Redaksi