Sebagaimana dikutip The New York Times, tiga di antara korban tewas adalah pejabat militer, yang terbunuh dalam aksi penyanderaan di markas besar pasukan penjaga perbatasan di Dhaka, yang dikenal dengan nama Bangladesh Rifles.
Pertempuran senjata mulai terdengar di kota itu Rabu pagi, hingga pada malam harinya, kelompok penjaga perbatasan yang membangkang dikabarkan telah menerima tawaran amnesti umum dari PM Sheikh Hasina
BACA JUGA: Wapres Zimbabwe Jual Emas 3,7 Ton
Hanya saja, proses penyerahan diri mereka harus tertunda, lantaran bentrok fisik lain kemudian terjadi di pos penjaga perbatasan lainnya.Diberitakan oleh kantor berita setempat, tembakan-tembakan senjata api masih berlangsung di komplek Dhaka hingga Kamis sore
Krisis ini, sejauh ini merupakan ujian terberat pemerintahan PM Hasina yang baru saja terpilih, yang pada prinsipnya coba mengembalikan kontrol sipil di Bangladesh setelah dua tahun berada di bawah darurat militer
BACA JUGA: Syria Diduga Bangun Fasilitas Nuklir
Pemberontakan itu sendiri dikabarkan muncul akibat ketidakpuasan berlarut-larut dari anggota pasukan penjaga perbatasan, terkait bayaran (kesejahteraan) dan perlakuan dari para komandan militer merekaBACA JUGA: Iran Uji Coba Perdana Reaktor
BACA ARTIKEL LAINNYA... Diusir Argentina, Uskup Penolak Holocaust Tiba di Inggris
Redaktur : Tim Redaksi