Pembubaran Densus 88 Antieror, Eks Napi Terorisme: Pak Martinus Beri Tantangan pada Saya

Jumat, 15 Oktober 2021 – 23:49 WIB
Eks terpidana terorisme Hendi Suhartono di Jakarta, Jumat. Foto: ANTARA/HO-Jakarta Journalist Center.

jpnn.com, JAKARTA - Eks terpidana kasus terorisme Hendi Suhartono tidak sepakat terhadap pendapat Fadli Zon yang mengusulkan Densus 88 Polri sebaiknya dibubarkan.

Hendi, yang terlibat aksi Bom Buku, berpendapat Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror masih punya peran yang krusial menindak dan mencegah aksi terorisme.

BACA JUGA: Pro dan Kontra Pembubaran Densus 88, Eks Napiter Bereaksi Begini

“Kalau Densus tidak ada, orang-orang seperti saya dulu, orang-orang yang nakal siapa yang mau pegang, siapa yang mau tandem, karena (itu) memang harus ada satuan khusus,” kata Hendi pada acara diskusi yang digelar oleh Jakarta Journalist Center di Jakarta, Jumat.

Dia mengatakan terpidana terorisme akan sulit dideradikalisasi jika tidak ada pendampingan dan pengawasan.

BACA JUGA: Fadli Zon: Masih Ada yang Menganggap Demonstran Musuh Negara

Terkait itu, dia mengatakan Densus 88 telah menjalankan fungsinya mencegah para terpidana terorisme mengulang kejahatannya itu.

Hendi, pada acara diskusi bertajuk “Kenapa Densus 88 Penting”, menyampaikan ada kemungkinan para terpidana terorisme kembali punya paham ekstrem jika mereka tidak mendapat pendampingan saat bebas dari tahanan.

BACA JUGA: Fadli Zon Minta Densus 88 Dibubarkan, Mabes Polri Merespons Tegas

“Saya mengalami sendiri, saat kembali ke masyarakat, mereka acuh (tak acuh), karena itu di hati ada dendam. Kalau cuma dipantau lembaga negara nggak akan bisa. Sakit hati kita, saat berbuat baik, diomongin sakit hati. Ini faktor makanya ada yang kembali ke garis keras,” terang Hendi.

Walaupun demikian, situasi itu berbalik setelah ia mendapat pendampingan dari Densus 88 Polri.

Hendi mengaku ia dibantu oleh Kepala Densus 88 Polri Irjen Martinus Hukom beradaptasi dengan kehidupan di luar tahanan dan berbaur dengan masyarakat.

Kepala Densus 88 Antiteror Polri itu, kata Hendi, membantunya membangun TK dan Yayasan Hubul Wathon Indonesia.

“Setelah TK diresmikan, ketika itu Pak Martinus memberi tantangan kepada saya, bisa tidak membuat wadah (agar) orang-orang seperti kamu sejahtera? Setelah tantangan beliau tadi, saya kumpulkan teman-teman, kita buat Yayasan Hubul Wathon, (yang) cinta tanah air,” terang dia.

Pendampingan dan bantuan itu, menurut Hendi, membantu dirinya dan kelompoknya untuk tidak lagi kembali punya paham ekstrem.

“Bukan badan kita, tetapi hati yang disentuh. Insyaallah dengan hati cepat selesai,” ujar dia.

 “Dari itu kita sudah menilai bahwa Densus tidak setengah hati,” kata dia menambahkan.

Wacana Densus 88 dibubarkan ramai dibicarakan publik setelah usulan itu disampaikan oleh Anggota DPR RI Fadli Zon lewat akun Twitter pribadinya, Selasa (5/10).

Fadli berpendapat pasukan khusus itu telah menyebarkan narasi kebencian terhadap Islam (Islamofobia). (antara/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler