Pembunuh Staf Analisis Kesehatan Siap Dihukum Mati

Kamis, 27 November 2014 – 12:26 WIB

jpnn.com - PALANGKA RAYA - Ahmad Raharjo alias Waras kini meringkuk di tahanan Mapolres Palangka Raya. Dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya karena telah membunuh Emma Rahmatiyah, staf analisis kesehatan berusia 21 tahun itu.

Pria kelahiran Pangkoh Juni 1982 itu menceritakan penyebab dirinya tega membunuh Emma. Waras mengaku, perbuatan yang menyeretnya ke proses hukum karena terdesak kebutuhan ekonomi terkait pembayaran kredit sepeda motor Honda Blade sebesar Rp 700 ribu setiap bulan.

BACA JUGA: Mahasiswa Sweeping Polisi Buntut Aksi Brutal di Musala

“Saya terakhir bekerja ikut teman yang bernama Gondrong. Saya bekerja hanya sebagai buruh bangunan saja. Saya mendapat gaji setiap seminggu sekali,” kata Waras dilansir Kalteng Pos (Grup JPNN.com), Rabu (27/11).

Waras kembali menceritakan, dia bekerja sebagai buruh bangunan mendapat uang Rp 85 ribu sampai 90 ribu setiap hari. Kalau bekerja rutin setiap hari selama enam hari, sehingga dalam seminggu bisa mendapat upah Rp 510 ribu hingga Rp 540 ribu. Namun tidak setiap hari dia bisa mendapatkan pekerjaan, karena harus bergantung pada orang lain.

BACA JUGA: Sopir Bus Maut Dituntut 1,6 Tahun Penjara

Pada saat kepepet karena harus membayar kreditan motor yang baru dibayar enam bulan terhitung sejak kredit pertama bulan Mei, Waras mulai memikirkan cara lain untuk mendapatkan uang. Sehingga uang itu bisa membayar kredit motor bulan November.

Karena butuh uang untuk bayar kreditan dia berencana untuk mencuri uang. Awalnya, dia keluar dari baraknya di Jalan G Obos dengan tujuan untuk mencari peluang mencuri uang di sekitarnya. Bahkan dia melengkapi diri dengan senjata tajam untuk antisipasi membela diri jika nantinya kepergok warga atau sekadar untuk menakut-nakuti calon korbannya.

BACA JUGA: Naik 20,75 Persen, UMP Banten Diklaim Tertinggi se-Indonesia Setelah Babel

Karena tak ada peluang untuk mencuri di sekitar Jalan G Obos, Waras pun teringat akan Emma yang sudah dikenalnya. Kebetulan Waras juga kenal dengan ayah Emma bernama Berkat (43).

“Saya baru ingat nama Emma setelah tidak ada peluang untuk mencuri. Saya pun datang ke rumahnya,” ungkap Waras.

“Saya ke rumah Emma terlebih dahulu memarkirkan motor Yamaha Vixion milik teman saya bernama Gondrong yang dipinjam di jalan. Untuk menuju ke rumahnya saya jalan kaki. Setelah itu, saya langsung ketok pintu dan ternyata dia (Emma) langsung membukakan pintu. Saat itu saya meminta nomor HP ayahnya bernama Berkat kepada Emma,” bebernya.

Setelah itu, Emma balik badan ke ruangan tengah untuk mengambil pulpen dan kertas agar bisa menulis nomor HP bapaknya. Waras pun mengikuti dari belakang dan langsung membekap mulutnya serta meminta uang kepada korban, tapi Emma berteriak.

Karena panik dan takut didatangi tetangga sekitarnya, Waras langsung memukul kepala bagian belakang korban sebanyak tiga kali menggunakan tangan. Korban pun ambruk ke lantai namun tidak pingsan.

“Setelah saya pukul dia tiga kali pakai tangan, korban jatuh dan teriak lagi minta tolong. Karena bingung dan panik, sehingga saya menusuk korban beberapa kali dengan pisau yang saya bawa dari rumah. Saya langsung mengambil tasnya yang digantung di pintu kamar dan menyobek tas tersebut untuk mengambil dompetnya,” kata Waras seraya mengaku saat datang ke rumah Emma dalam keadaan sadar tanpa terpengaruh alkohol atau obat.

“Saat menusuk korban saya kalap dan bingung. Kemudian pikiran saya juga buntu saat membunuh korban. Setelah membunuh saya langsung mencuci tangan dan kaki di kamar mandi korban,” ucapnya.

Usai membunuh dan mengambil dompet korban, dia langsung pulang ke rumahnya di Jalan G Obos IX. Waras mengaku saat dia keluar dari rumah korban, Emma masih dalam keadaan hidup tapi sudah tak sadarkan diri dalam kondisi bersimbah darah.

Sesampainya di barak, dia langsung ganti baju dan merendamnya di belakang rumah. Waras baru membuka dompet korban di jalan dan mengambil uang Rp 200 ribu. Dompet korban dibuang di parit sekitar Jalan G Obos X.

“Uang tersebut saya gunakan untuk pulang ke kampung halaman di Pangkoh IX. Sebelum pulang ke Pangkoh, saya menukarkan motor Vixion yang digunakan untuk mendatangi rumah korban dengan motor Blade Nopol KH 4869 JG yang saya gadai ke teman saya sebelumnya,” ungkapnya.

Waras mengaku sebelumnya dia tidak pernah melakukan tindakan kriminal, termasuk halnya mencuri dan membunuh. Perbuatannya terhadap Emma merupakan yang pertama karena terdesak faktor ekonomi.

“Setelah membunuh saya takut dan menyesal karena telah melakukan perbuatan yang sampai menghilangkan nyawa orang,” tuturnya dengan penuh penyesalan.

Namun nasi sudah menjadi bubur. Yang ada saat ini hanyalah penyesalannya yang sudah menghabisi nyawa wanita cantik bernama Emma Rahmatiyah yang kabarnya akan menikah tahun depan dengan kekasihnya yang sedang bertugas di Barito Timur.

Karena perbuatannya itu, Waras mengaku siap menanggung akibatnya. Termasuk halnya dihukum seberat-beratnya, hingga penjara seumur hidup atau pun dihukum mati.

“Saya menyesal dan minta maaf kepada keluarga korban serta istri dan orangtua saya. Akibat perbuatan saya sehingga mereka tak bisa tenang. Untuk itu saya siap menanggung sendiri akibatnya, termasuk dihukum seberat-beratnya,” tandasnya.(jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sebulan Buron, Lima Pembunuh Imam Dibekuk


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler